KEBAJIKAN ( De 德 ) - Seorang pemuda bernama Zuki, hendak pergi berkelana meninggalkan kampung halamannya menuju ke kampung saudaranya terletak cukup jauh dan memakan waktu berhari-hari, bersama ibundanya yang sudah tua.
Zuki tidak tega membiarkan ibunya seorang diri di kampung, tanpa ada yang mengurus kesehariannya. Perjalanan yang melelahkan ini akan melewati beberapa daerah perbukitan, lembah dan hutan rimba.
Karena kondisi fisik sang bunda yang tidak memungkinkan untuk terus menerus berjalan akhirnya Zuki memutuskan untuk berhenti setelah berjalan dua jam. Malamnya Zuki membangun tenda mini untuk beristirahat serta untuk menghindarkan mereka dari dingin dan gigitan serangga.
Pada suatu hari, saat berada di tengah hutan, mereka berhenti untuk melepas lelah. Sang bunda terlihat sangat kehausan dan persediaan air sudah habis.
Ibunda Zuki : "Nak Zuki, ibu sangat haus. Cobalah kamu pergi mencari air minum agar ibu dapat melepas dahaga ini..."
Zuki : "Baiklah bu... Ibu tunggu sebentar di sini. Jangan pergi kemana-mana sebelum saya kembali..."
Zuki segera berlalu dari hadapan sang bunda untuk mencari sumber air bersih untuk diminum. Setelah berjalan beberapa saat, Zuki menemukan sebuah aliran sungai.
Saat hendak mengisi air ke dalam botol minuman, Zuki melihat beberapa orang perempuan desa sedang mencuci pakaian. Air sungai yang jernih, saat ini terlihat berbuih karena busa sabun cuci. Akibatnya air sungai tersebut menjadi kotor dan tidak bisa digunakan sebagai air minum.
Dalam hati Zuki berkata, "Airnya begitu kotor dan berbau detergen. Bagaimana mungkin saya memberi air ini kepada ibuku?"
Zuki mengurungkan niatnya mengambil air sungai itu. Zuki berusaha mencari sumber air di sekitarnya, namun tidak ada satupun sumber air bersih yang dijumpainya.
Zuki merasa sudah cukup lama meninggalkan ibunya seorang diri di tengah hutan. Dia kembali ke tempat ibunya beristirahat dengan tangan hampa. Saat ibunya bertanya, Zuki menceritakan kejadian yang dialaminya, terutama mengenai air sungai yang seharusnya bersih dan layak diminum namun menjadi kotor karena ada yang mencuci pakaian.
Lantas, ibunda Zuki berkata : "Oh, ya... Gak papa... Kamu tunggu sebentar dan pergi lagi ke sana setelah menunggu beberapa waktu..."
Tanpa bertanya atau membantah, pemuda berambut cepak yang baik budi pekerti, menuruti kemauan sang bunda.
Setelah beberapa saat, Zuki kembali ke sungai tersebut. Saat tiba di sana, memang Zuki tidak melihat lagi para perempuan desa, karena mereka sudah menyelesailan tugasnya mencuci pakaian.
Namun, saat ini terlihat sekumpulan bocah yang sedang mandi dan berenang sambil bermain-main air. Upaya untuk mengambil air minum, kembali diurungkan niatnya. Zuki kembali lagi ke tempat ibunya untuk melaporkan apa yang dilihatnya.
Zuki berkata, "Bu... Tadi saya sudah kembali ke sungai itu. Namun, anak-anak sedang mandi. Sudah pasti airnya menjadi keruh dan tidak dapat diambil untuk air minum. Bagaimana baiknya sekarang bu...? Apakah kita segera melanjutkan perjalanan dan mencari air di tempat lain?"
Ibunda Zuki tersenyum dan menjawab, "Oh, begitu ya. Bersabarlah sejenak anakku. Kemudian pergi ke sungai lagi. Mungkin sebentar lagi airnya sudah jernih..."
Zuki merasa heran dan kebingungan mendengar ucapan ibunya. Dalam hati Zuki bertanya-tanya mengapa ibunya terus memintanya pergi ke sungai itu, padahal sudah dua kali dia gagal mendapatkan air bersih untuk diminum.
Namun, Zuki tidak membantah apa yang diinginkan ibunya. Dia menuruti kehendak ibunda tersayang dan setelah menunggu beberapa saat, dia kembali ke sungai tersebut.
Sesampainya di sana, tidak tampak lagi orang yang berada di dalam sungai. Anak-anak sudah selesai mandi dan sudah kembali ke rumahnya masing-masing.
Zuki melihat air sungai sudah jernih dan tidak kelihatan ada buih busa sabun atau warnanya keruh. Dengan senyum sumringah penuh kegembiraan, Zuki mencoba mereguk air sungai ke dalam telapak tangannya dan mulai meminum air tersebut.
Zuki : "Wuihhhh... Airnya segar sekali... Saya dapat melepaskan dahaga sepuas-puasnya..."
Setelah menuntaskan dahaga dengan menikmati air segar tersebut, Zuki mulai memasukkan air sungai ke dalam botol tempat air minum. Dan segera bergegas kembali ke tempat ibunya yang telah menunggu kepulangannya.
Dengan wajah gembira, Zuki berlari mendekat ke arah ibunya dan memamerkan sebotol air minum yang berhasil didapatkannya setelah berusaha untuk ketiga kalinya.
Zuki : "Ibuuu... Setelah saya kembali ke sungai itu, airnya sudah jernih. Jadi, kita dapat memperoleh air minum."
Sambil mengangguk-anggukkan kepalanya, Ibu Zuki berkata : "Betul sekali anakku... Air sungai menjadi jernih bukan karena air itu mengubah bentuknya dari kotor menjadi bersih, apalagi mengubah rasanya dari pahit menjadi segar. Air juga tidak mungkin dapat berhenti sejenak untuk membersihkan dirinya sendiri. Air sungai akan selalu mengalirkan air kotor ke tempat yang lebih rendah. Semua ini terjadi karena adanya perbedaan ketinggian daratan yang dilaluinya...."
Zuki mendengar dengan cermat petuah kehidupan yang disampaikan ibunya, yang terkenal di kampungnya sebagai sosok teladan yang arif dan bijaksana.
Ibunda Zuki melanjutkan : "Air sungai itu tidak selamanya selalu bersih. Ada kalanya ketika manusia memanfaatkannya untuk mandi, mencuci dan kegiatan lainnya, air sungai akan menjadi kotor dan berbau. Namun itu hanya sementara saja... Setelah beberapa saat, air akan kembali jernih karena air terus mengalir. Air kotor mengalir jauh dan digantikan air jernih. Semua ini terjadi dengan sendirinya tanpa ada yang memaksanya."
Sekarang Zuki sudah mengerti mengapa ibunya berulang kali menyuruhnya kembali ke sungai untuk mengambil air bersih, walaupun saat Zuki datang airnya sedang kotor dan tidak layak diminum.
Ibunya melanjutkan : "Anakku yang paling ibu sayangi. Begitu pula dengan kehidupan kita di dunia ini. Kita dapat belajar dari air yang mengalir ini. Hidup kita pasti akan dipenuhi oleh masalah. Ketila kita terganggu oleh pikiran yang rumit karena begitu banyak masalah menerpa, cobalah untuk bersabar dan biarkan saja semuanya mengalir. Jangan terpaku atau terbelenggu oleh pikiran negatif itu. Kita tidak akan dapat melakukan sesuatu dengan baik tatkala pikiran kita masih diliputi oleh kekhawatiran, kegelisahan dan ketakutan. Berilah sedikit waktu sehingga pikiran itu akan sirna dan digantikan oleh pikiran yang lebih jernih. Semua ini akan berlangsung dengan sendirinya..."
Zuki mengangguk dan berkata : "Terima kasih bu... Ibu telah memberi saya sebuah pelajaran yang amat berharga. Saya akan menyimpan semua wejangan ibu dengan sebaik-baiknya..."
Sobatku yang budiman..,
Dalam mengarungi lautan kehidupan ini, kita senantiasa akan berhadapan dengan berbagai beban dan masalah. Masalah yang datang tidak dapat kita hindari atau kita pilah-pilah sesuai dengan kemauan kita. Masalah yang ringan, akan mudah kita selesaikan. Namun, saat masalah berat dan rumit datang, pikiran kita seperti dibebani oleh batu ribuan kilo, sehingga membuat pikiran kita seakan-akan mau meledak.
Semakin dipikir, semakin rumit dan bertambah semakin runyam. Pikiran yang kusut tersebut tidak boleh dibiarkan bersemayam di pikiran dalam waktu lama. Jika terus dibiarkan, malah akan memperberat keadaan. Ujung-ujungnya dapat memutuskan urat saraf di kepala.
Ketenangan pikiran tidak sulit dicapai jika kita bersedia dengan penuh keikhlasan membiarkan pikiran kita yang sedang kusut untuk pergi menjauh. Biarkan pikiran tersebut lenyap, digantikan oleh pikiran baru yang lebih segar. Sama seperti air yang tidak pernah berhenti mengalir, maka pikiran kita juga senantiasa mengalir.
Mungkin saat ini, pikiran kita sedang kacau balau dan tidak bisa berpikir jernih. Berilah sedikit waktu untuk menenangkan diri, maka semuanya akan mengalir dengan sendirinya. Pikiran yang sedang kacau akan segera digantikan pikiran yang jernih.
Pergilah ke tempat tenang, dengarlah suara gemericik air atau pandanglah ikan-ikan yang berenang kesana kemari. Nikmati keindahan alam sepuas-puasnya dan hiruplah udara segar sedalam-dalamnya. Hal ini pasti akan membuat kita menjadi lebih tenang dan pikiran menjadi jernih.
Pikiran yang tenang dan jernih akan menjadikan diri kita lebih bijaksana dalam mengambil keputusan dan solusi atas penyelesaian masalah yang ada.
Saat pikiran sudah jernih, pasti akan muncul ide baru yang mungkin saja adalah penyelesaian solusi yang selama ini tidak terpikirkan di kala pikiran sedang kusut.
Sesungguhnya masalah itu selalu datang dan pergi silih berganti layaknya air yang terus mengalir. Hari ini muncul masalah baru, mungkin besok masalah tersebut akan terselesaikan. Esoknya datang lagi masalah baru dan lusanya semua akan menjadi beres. Semuanya mengalir dan terus berputar selagi kita masih bernafas.
Jika pikiran kita dapat mengalir lancar seperti aliran air, maka seberat apa pun masalah yang muncul, tidak akan berarti apa-apa lagi. Sebab kita menyadari bahwa dengan sedikit bersabar, maka semua masalah yang ada akan mengalir menjauh dari hadapan kita. Salam kebajikan #firmanbossini
Tidak ada komentar:
Write komentar