|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Kamis, 11 Agustus 2016

Memupuk Rasa Cinta

 


KEBAJIKAN ( De 德 ) -  Dora dan Emon, sepasang suami isteri yang telah menikah selama delapan tahun sedang mengalami krisis kepercayaan antara satu dengan lainnya, mulai melunturnya rasa kebanggaan terhadap pasangannya dan sedang mengalami fase kemunduran dalam keharmonisan keluarga.

Beberapa hari belakangan ini, Dora merasa kesal, kecewa, marah dan bersikap uring-uringan. Penyebabnya, sang suami selalu menyalahkan dirinya atas perbuatan yang bukan dilakukannya, memarahinya atas kelalaian yang sepele dan langsung menghardik dirinya saat melakukan pembelaan diri.

Suatu malam, saat menunggu kepulangan Emon dari bekerja lembur, Dora seperti tersadar bahwa dirinya telah kehilangan rasa cinta dan sayang kepada Emon. Muncul pergulatan dalam dirinya atas dilema perasaan yang telah dipendamnya selama ini. Apakah dia akan sanggup bertahan atau sebaliknya mengakhiri semua ini dengan baik-baik.

Dora sudah merasakan memudarnya kehangatan cinta bersama Emon. Apalagi saat memikirkan dirinya selalu terlibat pertengkaran demi pertengkaran yang berujung dengan tumpahnya air mata membasahi bantal.

Dalam kesendirian, pikiran Dora melayang jauh ke belakang, saat di awal-awal pernikahan...

Masih terbayang olehnya, saat pagi-pagi subuh, Dora dengan semangat menggebu-gebu menunaikan kewajibannya menyiapkan sarapan untuk sang suami tercinta, Masih terpatri dalam ingatannya, perasaan rindu yang amat berat saat ditinggal oleh suaminya karena Emon harus berdinas ke luar kota. Masih terlintas dalam benaknya, saat malam-malam indah yang romantis dan penuh keintiman bersama Emon.

Mengobrol dan bercanda membahas apa saja hingga larut malam dan saking asyiknya, tidak menyadari waktu pagi sudah menjelang. Empuknya dada bidang, perut buncit dan segempal paha berlemak sang suami, sebagai bantal kehangatan dirinya. Namun, saat ini, semuanya hanya tinggal kenangan.

Saat-saat indah dan mengesankan tidak lagi pernah dirasakan. Tiada lagi kemesraan seperti saat mereka baru mengikat janji setia sehidup semati. Tiada lagi gelak tawa dan guyonan yang menyegarkan pikiran. Tiada lagi kesempatan untuk bercengkerama, mengobrol dan berdiskusi di bawah tatapan mata penuh kasih. Tiada lagi waktu untuk bertamasya ke tempat-tempat romantis baik di dalam maupun di luar negeri.

Semuanya rasa itu telah hilang tergantikan oleh perdebatan yang saling menjatuhkan dan tertukar dengan hardikan kasar yang menusuk hingga ke lubuk hati terdalam. Terasa amat menyakitkan.

Saat ini, Dora merasa kehidupan pernikahannya sudah kering dan gersang, bagaikan berada di padang pasir yang tandus. Hubungan mereka menjadi sangat kaku sekaku tiang pancang bangunan.

Hari-hari terasa demikian panjang, membosankan dan sepertinya jarum jam berjalan begitu lambat. Waktu telah mengubah segalanya. Api cinta yang dulu demikian membara dan menggelora, kini makin lama semakin suram dan akhirnya padam sama sekali. Gelap dalam kekosongan. Kelam dalam kehampaan.

Akhirnya, semua berakhir dengan sia-sia. Mereka memutuskan untuk bercerai. Membiarkan keping-keping cinta berserakan di lantai, tanpa berniat untuk memungut dan merangkainya menjadi utuh kembali. Keduanya justru berupaya mencari kebahagiaan lain di luar sana. Perpisahan ini terjadi hanya karena mereka tidak berusaha merawat dan memupuk tanaman yang berbungakan cinta dan kasih sayang.

Sobatku yang budiman...

Saat ini, teramat sering kita mendengar kata perpisahan atau perceraian muncul menghiasi berita di hadapan kita. Selebriti, politikus, orang terkenal, tetangga, teman, sahabat, saudara bahkan orang biasa, terperosok dalam lembah perceraian.

Mereka mengabaikan kesempatan peluang menyiram, menyiangi dan memupuk rasa cinta kepada pasangannya. Membiarkan perasaan negatif dan virus masalah, berkembang dalam hati, mula-mula kecil dan dianggap tidak berarti, namun semakin lama akan menggelembung membesar bagaikan bola salju, lalu datang menghantam dan menghancurkan semuanya dalam sekejap.

Untuk itu, janganlah kita menganggap remeh dan menunggu hingga cinta kita memudar, mengering dan layu membusuk. Jagalah rasa cinta kita bersama pasangan hidup dengan berbagai aktivitas yang dapat mengembalikan kesegaran tanaman berbunga cinta. Kita semua pasti tahu apa yang sebaiknya dilakukan. Jangan diamkan atau mengabaikannya. Lakukan sesuatu agar bunga-bunga cinta yang indah kembali bermekaran.

Semoga semua pasangan-pasangan yang ada tetap kekal dan harmonis dalam menjaga keutuhan rumah tangga masing-masing.  Salam kebajikan #‎firmanbossini‬

Tidak ada komentar:
Write komentar