Suatu hari pada jaman zhan guo,di masa pemerintahan Qi Xuan Wang di pinggir jalan ditemukan seseorang telah terbunuh. Saat petugas berwenang datang ke tempat kejadian, mendapati ada 2 orang kakak beradik yang berdiri disamping mayat tersebut. Ketika petugas bertanya kepada mereka siapa sebenarnya yang telah membunuh korban, mereka berdua saling berebut untuk mengakui bahwa dirinyalah yang telah melakukan kejahatan itu.
Walau telah menghabiskan waktu yang lama, petugas berwenang masih tetap tidak bisa mengungkapkan siapa diantara kakak-beradik itu yang menjadi pelaku kejahatan sebenarnya. Kejadian ini akhirnya terdengar oleh Qi Xuan Wang. Beliau lantas mengutus sang perdana menteri pergi mengunjungi kediaman ibu mereka guna mencari tahu lebih lanjut.
Sang ibu berkata kepada perdana menteri : " Pasti sang kakak yang telah mengaku salah untuk melindungi si adik." Mendengar jawaban dari sang ibu, perdana menteri merasa janggal : " Untuk apa sang kakak melindungi si adik yang jelas-jelas bersalah "?
Sang ibu kemudian melanjutkan ceritanya: "sang kakak adalah anak dari suami saya dengan istri terdahulu, sedangkan si adik adalah anak saya. Sebelum meninggal mendiang suami saya berpesan agar saya memberlakukan anaknya dengan istri terdahulu dengan baik. Sayapun telah menyanggupinya. Jika sekarang terjadi pekara yang melanggar hukum, saya pasti akan menepati janji saya. Jika tidak, berarti saya telah ingkar janji dengan mendiang suami saya, kelak bagaimana saya akan mempertanggungjawabkannya?
Selesai bercerita ibu itu menangis tersedu-sedu. Sekembalinya ke istana, sang perdana menteri menceritakan segala sesuatunya kepada Qi Xuan Wang. Mendengar cerita tersebut Qi Xuan Wang menjadi tergugah hatinya, tidak saja mengampuni kesalahan dari kakak-beradik, tapi juga memuji ibu mereka adalah ibu yang dapat menepati janji dan menjaga kepercayaan.
Membunuh orang memang adalah suatu kesalahan, akan tetapi cerita ini lebih mengajak kita berpikir lebih jauh mengapa kakak-beradik saling berebut untuk mengaku salah. Sebagai ibu kandung pada umumnya akan lebih mencintai anak kandungnya daripada anak suami dengan istri terdahulu. Tokoh ibu dalam kisah ini rela agar anak kandungnya yang menerima hukuman demi menjaga janjinya dengan almarhum suami. Kita dalam kehidupan sehari-hari pun tampa disadari sering ingkar janji, apalagi kalau yang membuat janji dengan kita telah tiada.
Walau telah menghabiskan waktu yang lama, petugas berwenang masih tetap tidak bisa mengungkapkan siapa diantara kakak-beradik itu yang menjadi pelaku kejahatan sebenarnya. Kejadian ini akhirnya terdengar oleh Qi Xuan Wang. Beliau lantas mengutus sang perdana menteri pergi mengunjungi kediaman ibu mereka guna mencari tahu lebih lanjut.
Sang ibu berkata kepada perdana menteri : " Pasti sang kakak yang telah mengaku salah untuk melindungi si adik." Mendengar jawaban dari sang ibu, perdana menteri merasa janggal : " Untuk apa sang kakak melindungi si adik yang jelas-jelas bersalah "?
Sang ibu kemudian melanjutkan ceritanya: "sang kakak adalah anak dari suami saya dengan istri terdahulu, sedangkan si adik adalah anak saya. Sebelum meninggal mendiang suami saya berpesan agar saya memberlakukan anaknya dengan istri terdahulu dengan baik. Sayapun telah menyanggupinya. Jika sekarang terjadi pekara yang melanggar hukum, saya pasti akan menepati janji saya. Jika tidak, berarti saya telah ingkar janji dengan mendiang suami saya, kelak bagaimana saya akan mempertanggungjawabkannya?
Selesai bercerita ibu itu menangis tersedu-sedu. Sekembalinya ke istana, sang perdana menteri menceritakan segala sesuatunya kepada Qi Xuan Wang. Mendengar cerita tersebut Qi Xuan Wang menjadi tergugah hatinya, tidak saja mengampuni kesalahan dari kakak-beradik, tapi juga memuji ibu mereka adalah ibu yang dapat menepati janji dan menjaga kepercayaan.
Membunuh orang memang adalah suatu kesalahan, akan tetapi cerita ini lebih mengajak kita berpikir lebih jauh mengapa kakak-beradik saling berebut untuk mengaku salah. Sebagai ibu kandung pada umumnya akan lebih mencintai anak kandungnya daripada anak suami dengan istri terdahulu. Tokoh ibu dalam kisah ini rela agar anak kandungnya yang menerima hukuman demi menjaga janjinya dengan almarhum suami. Kita dalam kehidupan sehari-hari pun tampa disadari sering ingkar janji, apalagi kalau yang membuat janji dengan kita telah tiada.
Tidak ada komentar:
Write komentar