Bunga
plum menjadi simbol penting dalam budaya Tiongkok. Sebagai “sahabat di
musim dingin”, bunga plum sangat gamblang mewakili nilai ketahanan diri,
karena seiring berjalannya waktu pada akhirnya akan dikuasai kehidupan.
Sebagaimana pepatah Tiongkok yang mengatakan, "keharuman bunga plum, keluar dari kepahitan dan kebekuan”. Jiwa ditempa pada kematangan pengalaman, tumbuh dalam kekuatan batin dan keberanian yang pantang menyerah.
Penyatuan budaya dan alam telah menjadi bagian terpenting dalam tradisi Tionghoa, dan elemen-elemen alam menambahkan nilai-nilai penting dalam kebudayaan. Bunga plum, begitu juga dengan anggrek, bambu dan bunga krisan, dijuluki sebagai “tanaman bangsawan”. Ini dikarenakan karakteristiknya yang mewakili sifat keningratan, seperti kemurnian (anggrek), kebenaran (bambu) dan kerendahan hati (krisan).
Sebagaimana pepatah Tiongkok yang mengatakan, "keharuman bunga plum, keluar dari kepahitan dan kebekuan”. Jiwa ditempa pada kematangan pengalaman, tumbuh dalam kekuatan batin dan keberanian yang pantang menyerah.
Penyatuan budaya dan alam telah menjadi bagian terpenting dalam tradisi Tionghoa, dan elemen-elemen alam menambahkan nilai-nilai penting dalam kebudayaan. Bunga plum, begitu juga dengan anggrek, bambu dan bunga krisan, dijuluki sebagai “tanaman bangsawan”. Ini dikarenakan karakteristiknya yang mewakili sifat keningratan, seperti kemurnian (anggrek), kebenaran (bambu) dan kerendahan hati (krisan).
Zhu Xi,
seorang pelajar Konfusius era Dinasti Song, menuliskan empat falsafah
kebajikan bunga plum : kuncup bunga melambangkan kekuatan besar, bunga
melambangkan kemakmuran, buah melambangkan keharmonisan dan kematangan
melambangkan kebenaran. Menurut I Ching (Kitab Perubahan), seluruhnya mewujudkan karakteristik Surga (Qian).
Orang Tionghoa juga memandang, 5 helai mahkota bunga plum sebagai 5
simbol berkah, yakni panjang usia, kemakmuran, kesehatan, kebajikan dan
hidup bahagia.
Tanaman Plum atau Prunus mume,
berasal dari Tiongkok barat daya. Lebih dari 3.000 tahun pohon plum
ditanam di tanah Tiongkok, termasuk Tiongkok Utara, dimana musim
dinginnya lebih dingin. Dari Tiongkok, bunga plum menyebar ke Korea,
Jepang (disebut ume), dan lain-lain, sebagai tanaman hias. Pohon plum
akan berbunga sebelum mengeluarkan daunnya saat musim semi.
Mahkota
bunga plum biasanya memiliki 5 helai, satu lapis atau banyak lapis, dan
umumnya berwarna pink atau merah, putih, dan kuning. Warna pink / merah
seringkali digunakan untuk perayaan Tahun Baru Imlek pada akhir Januari
dan awal Februari.
Tiongkok
memiliki sejarah yang panjang dalam pembudidayaan bunga plum. Buah plum
dikonsumsi lebih 3.000 tahun, dan tanaman plum menghiasi taman-taman
atau halaman rumah selama lebih dari 2.000 tahun. Pada abad ke-5, para
raja dan putri istana mulai memanfaatkan bunga plum sebagai dekorasi,
dan ini membuat tanaman tersebut semakin populer.
Bunga
plum menjadi obyek penting dalam berbagai puisi dan lukisan sejak
Dinasti Tang, mencapai puncaknya saat Dinasti Song. Dibawah goresan kuas
literatur dan seni, semangat yang diwakili bunga plum menjadi terkenal.
Bagi
penyair Lin Bu dari Dinasti Song, bunga ini lebih dari sekedar simbol,
ia merupakan seorang sahabat dan belahan jiwa. Puisinya tentang bunga
plum yang terkenal telah diturunkan dari generasi ke generasi :
Seluruh bunga layu,
hanya kau sendiri yang mekar,
Menjadi pusat pemandangan di taman kecil.
Kelembutan cabangmu memantul bayangan serong diatas air jernih yang dangkal;
Harummu diam-diam melayang ringan dalam cahaya bulan.
hanya kau sendiri yang mekar,
Menjadi pusat pemandangan di taman kecil.
Kelembutan cabangmu memantul bayangan serong diatas air jernih yang dangkal;
Harummu diam-diam melayang ringan dalam cahaya bulan.
Penyair Dinasti Song lainnya, Lu You, juga terkenal akan puisi tentang bunga plum. Dalam “Pujian Bunga Plum”, dia menjabarkan :
Saya biasa berkuda mengunjungi Chengdu Barat,
Bau harum bunga plum memabukan.
Keharumannya hingga duapuluh li (satuan jarak Tiongkok, = 500 meter),
Dari Istana Qingyang hingga ke
selokan Huanhua.
Bau harum bunga plum memabukan.
Keharumannya hingga duapuluh li (satuan jarak Tiongkok, = 500 meter),
Dari Istana Qingyang hingga ke
selokan Huanhua.
Puisi ini mengekspresikan harapan penyatuan dengan bunga plum :
Bagaimana aku bisa meleburkan tubuhku
dalam jutaan,
masing-masing bermekaran di pohon plum.
dalam jutaan,
masing-masing bermekaran di pohon plum.
Su
Dongpo, penyair era Dinasti Song, disebut-sebut yang bertanggung jawab
pada gaya seni yang berfokus pada penggambaran spirit daripada bentuk
luarnya. Dia mengatakan, “Keindahan bunga plum jauh melampaui rasa masam
buahnya.” Pemikirannya melebihi fisik yang mempengaruhi lukisan bunga
plum secara mendalam, terutama pada gaya “tinta plum”, yang hanya
menggunakan tinta hitam untuk melukis pohon plum dan bunganya.
Shi
Zhongren, pencipta gaya “tinta plum” di atas kain sutera, adalah seorang
biksu pada masa Dinasti Song. Sebagaimana kepercayaan orang Tionghoa,
karakter mulia bunga plum menghendaki pelukisnya menjadi orang yang
berwatak mulia. Shi membubuhkan kesadaran inti yang penting dalam karya
seninya, dan lukisannya dikenal sebagai “puisi tanpa kata”.
“Lukisan
plum menghendaki karakter mulia pohon plum, dan kemurnian sang pelukis
dalam menerapkan filosofi bunga plum,” tutur Wang Mian dari Dinasti
Yuan, yang mengikuti Shi dalam gaya melukis tinta bunga plum. Tidak
seperti gaya Shi yang biasa melukis dengan sedikit cabang dan bunga
plum, lukisan Wang memiliki banyak cabang dan kuntum bunga plum,
mengekspresikan kebenaran dan semangat menyala. Wang hidup dalam
pengasingan dimana dia menanam ribuan pohon plum disekeliling kediaman
“Rumah Bunga Plum”. Puisinya tentang bunga plum mengandung kemiripan
dengan kehidupan pribadinya.
Bertempat di hutan, dengan es dan salju,
tak bercampur dengan debu persik dan bunga pir.
Tiba-tiba wewangian muncul di suatu malam,
menyebar ke langit dan bumi,
membawakan musim semi diseluruh daratan.
tak bercampur dengan debu persik dan bunga pir.
Tiba-tiba wewangian muncul di suatu malam,
menyebar ke langit dan bumi,
membawakan musim semi diseluruh daratan.
Sejak Dinasti Tang, tiap-tiap generasi penyair dan pelukis menikmati catatan-catatan yang dibuat pelukis bunga plum.Kini, Shen Yun Performing Arts
membawakan tarian bunga plum dalam pentas tarian klasik Tiongkok,
merayakan kemurnian, kecantikan dan daya tahannya. Penampilan Shen Yun
secara keseluruhan menampilkan filosofi bunga plum: Meskipun menderita,
mendapat rintangan dan kehilangan budaya, harapan adalah abadi, dan
pembaruan sudah tidak jauh lagi
Tidak ada komentar:
Write komentar