|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Senin, 25 Juni 2012

Sabar, Kunci Memecahkan Banyak Masalah

 

Fubi adalah seorang menteri yang sangat dihormati pada dinasti Song, dia pernah menjadi perdana menteri, dan menjadi menteri pada tiga dinasti. Sejak muda dia sudah sangat pintar dan sopan.  Di dalam sejarah Song dia adalah seorang yang bermoral tinggi, sopan, toleran, murah hati, bisa membedakan mana yang baik dan yang jahat, adil dan bijaksana.

Ada orang yang memakinya, dia akan pura-pura tidak mendengar, seperti tidak ada kejadian.

Orang yang berada disampingnya mengatakan kepadanya, ”Orang tersebut sedang memakimu! Fubi akan berkata, ”Mungkin memaki orang lain.” Orang disampingnya berkata lagi, “Dia sedang memaki namamu, bukan memaki orang lain.” Fubi akan berkata, “Mungkin orang yang sama namanya dengan saya.” Orang yang memakinya mendengar perkataan Fubi menjadi sangat malu.

Fubi sering menasehati anak dan keluarganya, “Sabar” adalah kunci untuk memecahkan banyak hal.  Jika telah memiliki sifat sederhana, baik hati dan moral yang tinggi, jika ditambah lagi dengan “sabar” masalah apalagi yang tidak dapat diselesaikan?”

Yuan Liaufan dari dinasti Ming pernah mengatakan, “Jika ada orang yang memarahi Anda, Anda harus berpikir, “Orang selalu memiliki kelemahan, harus bersimpati dan memahaminya. Walaupun perbuatannya tidak masuk akal, tidak ada pengaruhnya terhadap saya?  Saya tidak boleh marah.”

“Semua ini karena saya kurang bijaksana dan saya masih kurang  toleransi, tidak dapat menjadi teladan baginya. Seharusnya refleksi diri untuk menyadari kesalahan sendiri, dengan begitu, penganiayaan dan fitnah  yang dilakukannya adalah pelajaran untuk menempah diri sendiri, seharusnya dengan gembira menyambutnya. “

“Kenapa harus marah? ada lagi, mendengar fitnah dan pencemaran nama baik tidak perlu marah, walaupun sudah tersebar dimana-mana, anggap saja sebagai  api yang menyala di udara, api akan mati dengan sendirinya. Jika mendengar fitnah dan pencemaran nama baik menjadi emosional, dengan segala cara mencoba membantah, hanya bagaikan ulat sutra menyemburkan benang sutra, yang hanya dapat membelit diri sendiri. Marah tidak akan berguna, hanya merugikan diri sendiri.”

Tidak ada komentar:
Write komentar