Kesadaran untuk merasa cukup, menjadi suatu hal yang baik dalam kehidupan
ini. Orang yang merasa cukup akan hidup ini akan mampu bersyukur atas
kebaikan Tuhan atas dirinya.
Tetapi jika seseorang itu tidak pernah merasa puas dan cukup maka suatu saat bisa saja mengalami kehilangan yang tidak terduga.
Adalah seorang petani miskin yang tinggal dalam sebuah gubuk reyot di kaki gunung. Dia punya sebidang kebun sempit yang ditanami kentang, wortel, kacang buncis dan sedikit sayur yang lain. Meskipun demikian, hasil dari kebunnya itu tidak cukup untuk makan sehari-hari.
Tetapi jika seseorang itu tidak pernah merasa puas dan cukup maka suatu saat bisa saja mengalami kehilangan yang tidak terduga.
Adalah seorang petani miskin yang tinggal dalam sebuah gubuk reyot di kaki gunung. Dia punya sebidang kebun sempit yang ditanami kentang, wortel, kacang buncis dan sedikit sayur yang lain. Meskipun demikian, hasil dari kebunnya itu tidak cukup untuk makan sehari-hari.
Tidak jauh dari rumahnya terdapat sebuah anak sungai
yang jernih airnya. Airnya dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari,
untuk memasak, minum dan menyirami kebunnya. Di anak sungai itu juga
banyak terdapat ikan. Maka tidak jarang Pak Tani datang ke sana selain
mengambil air untuk kebutuhan sehari-hari dan juga menangkap ikan. Jika
nasibnya sedang mujur dia berhasil menangkap ikan di anak sungai untuk
menambah lauk pauk.
Suatu hari yang cerah seperti
biasanya Pak Tani pergi ke sungai untuk mengambil air sekaligus
menangkap ikan untuk lauk, ia berhasil menangkap seekor Ikan Salem.
Petani itu riang sekali. Dibayangkannya nanti dia bisa makan malam
dengan lauk Ikan Salem panggang. “Hem……pasti lezat sekali ikan panggang
salem ini. Nikmat sekali.” Kata Pak Tani sambil mengamati ikan Salem
yang cukup besar itu di dalam jaringnya.
Tapi ternyata ikan itu dapat berbicara. “Kembalikan aku ke sungai.
Jika kau perlu sesuatu datanglah ke mari, panggil saya dan semua
permintaanmu akan kukabulkan.”
Pak Tani menjadi
bimbang. Ia tadi sudah membayangkan betapa lezatnya makan Ikan Salem
panggang hari ini. Tapi ia juga merasa iba melihat ikan salem yang bisa
berbicara itu. “Benarkah, yang kudengar ini? Benarkah kau dapat
berbicara ikan? Atau aku hanya mimpi” Kata Pak Tani.
“Benar
Pak Tani, aku memang bisa berbicara dan ini bukan mimpi. Percayalah
padaku. Aku mohon kembalikan saja aku ke sungai. Dan sebagai tanda
terima kasih aku akan mengabulkan apapun permintaanmu.” Sahut ikan
salem.
Pak Tani itupun memasukkan kembali ikan
salem itu ke dalam sungai. Sesampainya di rumah, Pak Tani menceritakan
pengalamannya kepada istrinya. Namun Bu Tani marah-marah dia tidak
percaya.
“Dasar tolol!” omel Bu Tani. “Malam ini
kita terpaksa makan sayur lobak dingin. Padahal seharusnya kita bisa
makan Ikan Salem panggang. Lagi pula, jika apa yang dikatakannya itu
benar, mengapa tidak langsung saja kau buktikan?”
Bu
Tani tidak percaya dengan cerita suaminya. Pikirnya, Pak Tani hanya
mencari-cari alasan saja. Padahal dia sendiri yang sengaja membuang ikan
salem itu. Padahal hari ini mereka hanya punya sayur lobak.
“Kamu
tidak percaya ya istriku? Sungguh ikan itu bisa berbicara!” kata Pak
Tani dengan sungguh-sungguh. “Aku yakin itu ikan salem ajaib, dia pasti
tidak membohongiku. Baiklah istriku, agar kamu percaya aku akan pergi ke
sungai menemui ikan salem itu.” Untuk membuktikannya Pak Tani lalu
pergi ke tepi sungai.
Lalu dia memanggil Ikan Salem. Ikan Salem mengeluarkan kepalanya dari dalam air. “Ada apa Pak Tani? Apa yang harus aku bantu?” kata Ikan Salem.
“E…
ikan salem yang baik datang untuk mengajukan permintaan.” Kata Pak Tani
sedikit ragu-ragu. “Aku ingin punya rumah yang bagus, kebun yang luas,
yang ditanami kentang, wortel, pohon buah-buahan yang beraneka macam dan
juga kandang-kandang kuda dan ternak.” Kata Pak Tani menyampaikan
permintaannya kepada Ikan Salem.
“Kukabulkan semua permintaanmu. Pulanglah kerumah semoga istrimu senang.” Kata Ikan Salem. Setelah mengucapkan terima kasih, Pak Tanipun bergegas pulang.
Sesampainya
di rumah, Ia begitu takjub karena tahu-tahu gubuknya telah berubah
menjadi rumah yang indah dan mewah. Kebunnya luas. Persis seperti
permintaannya kepada Ikan Salem. Pak Tani begitu gembira begitu juga
dengan istrinya. Mereka bersuka ria mengelilingi rumah dan kebun yang
berisi bermacam-macam tanaman. Buah kentang yang besar, pohon buahnya
sedang berbuah ranum sungguh luar biasa. Sejak itu mereka tidak lagi
kekurangan bahan pangan.
Namun, beberapa waktu
kemudian Bu Tani berkata,”Rumah dan kebun ini cukup bagus. Tapi kita kan
bisa minta apa saja? Mintalah istana.” Bu Tani menjadi tamak dan
menginginkan harta yang lebih dan lebih banyak lagi.
Pak Tani lalu pergi ke sungai dan memanggil Ikan Salem. “Aku ingin mempunyai istana, gaun-gaun indah untuk istriku dan puluhan pelayan untuk melayani kami.” Kata Pak Tani.
“Aku kabulkan permintaanmu, semoga istrimu puas.” Kata Ikan Salem.
Benar
juga setelah Pak Tani tiba dari sungai…… di bekas rumahnya, telah
berdiri sebuah istana yang megah. Merekapun pindah ke istana itu. Mereka
memiliki puluhan pelayan yang mengurus mereka.
Beberapa waktu kemudian, Bu Tani berkata, “Istana ini menyenangkan, tapi pengaturannya repot. Mintalah sebuah surga.” Pak Tani kembali ke tepi sungai dan minta diberi surga oleh Ikan Salem tadi.
“Baiklah, ini adalah permintaanmu yang terakhir ya. Semoga istrimu puas.” Kata Ikan Salem.
Betapa
terkejutnya Pak Tani ketika sampai di istananya. Kemudian istana itu
lenyap, juga taman dan para pelayan. Tinggal gubuk reot dan sepetak
sempit kebun sayuran.
Yah sebuah surga untuk petani
miskin adalah hidup cukup, meskipun secara sederhana. Itulah jika orang
yang tidak dapat menyukuri apa yang telah dia miliki. Sudah diberikan
lebih masih ingin lebih banyak lagi. Keinginan manusia memang tidak ada
batasnya
Tidak ada komentar:
Write komentar