PADI sekilas tak nampak hal yang luar biasa, padahal dalam kenyataannya begitu banyak hikmah yang terkandung di dalamnya. Tidak seperti tanaman lain, padi tidak pernah mementingkan jati dirinya.
Batangnya kita sebut jerami, buahnya gabah,
kulitnya pesak, hancur menjadi dedak, isinya beras, hancur menjadi
menir, matang menjadi nasi.
Seperti halnya padi, yang menopang hidup
kita adalah orang tua dan para guru yang menopang kita dengan membesarkan dan mendidik. Mereka tak pernah mementingkan jati dirinya, sekalipun berkorban demi eksistensi dan keberhasilan kita keteladanan padi yang semakin merunduk manakala semakin berisi.
Seringkali kita abaikan, begitu mudahnya kita merasa angkuh dengan jati diri kita sekarang ini, melupakan pengorbanan orang tua yang tak pernah mengenal pamrih. Kasih orang tua memang tidak berujung, kendati pandangan mereka diabaikan dan dicampakan, bahkan dihina. Tak ada yang lebih membahagiakan mereka, selain keselamatan, kesehatan,
dan keberhasilan kita.
Dengan melihat peranan ''kecil'' padi dalam kehidupan kita setiap hari, hendaknya mampu mengingatkan kita terhadap peran dan jasa orang tua kita selama ini.
Seringkali kita abaikan, begitu mudahnya kita merasa angkuh dengan jati diri kita sekarang ini, melupakan pengorbanan orang tua yang tak pernah mengenal pamrih. Kasih orang tua memang tidak berujung, kendati pandangan mereka diabaikan dan dicampakan, bahkan dihina. Tak ada yang lebih membahagiakan mereka, selain keselamatan, kesehatan,
dan keberhasilan kita.
Dengan melihat peranan ''kecil'' padi dalam kehidupan kita setiap hari, hendaknya mampu mengingatkan kita terhadap peran dan jasa orang tua kita selama ini.
Jika anda merasa
artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan
mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德
) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan
Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar