Segala bentuk keinginan positif jika disertai dengan perencanaan yang matang dan dilaksanakan pada saat yang tepat, serta berpegang pada hidup saat ini, maka akan menghasilkan kesuksesan yang mantap.
Hidup saat ini mengingatkan kita untuk tidak melekat pada keinginan kita, karena segala keinginan itu akan berhadapan dengan keberhasilan dan kegagalan. Mengurangi keinginan yang dimaksud adalah keinginan rendah dan egois, yang hanya mengumbar keserakahan, kebencian dan kebodohan yang tidak membawa manfaat spiritual.
Jika keinginan, cita-cita, tujuan hidup tidak didasari oleh keserakahan, kebencian dan kebodohan batin, tentunya akan membawa manfaat bagi kehidupan kita. Mempunyai cita-cita harus membawa manfaat bagi kehidupan spiritual kita, dan juga sebagai sarana untuk kesuksesan duniawi.
Jadi jangan sampai potensi dunia ini disalah artikan yang akhirnya membawa kemerosotan batin. Dan cita-cita yang tanpa disertai tindakan hanya akan menjadi impian saja, untuk keberhasilan duniawi kita perlu kerja dan ulet serta cekatan sesuai profesi masing-masing.
Begitu juga dengan hal spiritual juga harus mempunyai kemauan, usaha, pengorbanan dan kesabaran. Jika cita-cita, harapan ataupun keinginan tidak bisa menjadi kenyataan, maka kita seharusnya mulai meninjau dan mampu membedakan antara kebutuhan dan keinginan, kita seharusnya mendahulukan kebutuhan daripada keinginan.
Apabila kebutuhan sudah terpenuhi barulah keinginan disusun berdasarkan tingkat kepentingan. Dengan mampu membedakan kebutuhan dan keinginan, tentu sudah cukup masalah kehidupan yang dapat diselesaikan.
Contohnya seseorang dengan uang seratus ribu, mungkin hanya memenuhi kebutuhan pokoknya terlebih dahulu, seperti makanan, pakaian, sarana kesehatan. setelah kebutuhan pokok terpenuhi, barulah memikirkan memenuhi keinginannya, misalnya membeli ini/itu, memang memiliki uang senilai seratus ribu mungkin saja dirasakan kurang, tapi itulah kenyataan. Jadi siapapun membeli ini/itu terlebih dahulu daripada kebutuhan pokok, merupakan keinginan rendah yang didasari kebodohan.
..
Realita kehidupan muncul benih-benih keraguan, kecemasan, ketakutan dan kekhawatir menghadapi masa depan akan mengeringkan darah lebih cepat daripada usia sebenarnya. Sebagian orang yang hanya menghayal cita-cita, tapi harapan itu tidak disertai tindakkan nyata juga memunculkan rasa cemas, karena yang namanya menghayal tentunya tidak akan menjadi kenyataan.
Harapan dalam kehidupan tidak seperti terjadi dalam mimpi-mimpi atau impian-impian juga munculkan rasa sedih, kecewa, cemas dan putus asa. Yang namanya cita-cita itu kadang-kadang bisa sukses dan bisa juga gagal.
Oleh karenanya yang terpenting dalam hidup ini adalah usaha meraih cita-cita, tetapi harus disertai kebijaksanaan dan jangan melekat pada cita-cita, sebab semakin melekat pada cita-cita, maka rasa cemas semakin berkembang. Begitu juga saat menghadapi kegagalan akan timbul rasa kecemasan dan ketakutan menghadapi kehidupan ini.
Cita-cita atau harapan harus diiringi pengetahuan akan kebenaran, maka saat mengalami apapun yang baik maupun yang buruk, maka rasa cemas tidak akan berkembang.
Hidup saat ini bukan berarti tidak ada misi dan visi, agar manusia tidak sedih masa lalu, tak mengejar apa yang belum datang. Merindukan masa depan, menyesali masa lalu, dengan cara ini orang dungu merana seperti ilalang terbakar.
Hidup bahagia dan sukses bukan terletak dimasa depan, tetapi terletak pada apa yang dilakukan pada saat ini. Karena kondisi dunia yang terus menerus berubah, maka hanya ada satu momen yang bisa dikendalikan secara sadar adalah saat ini.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat dan menurut Anda bisa mengilhami orang untuk menjadi baik dan berbuat kebajikan, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar