Ngabdul adalah salah satu orang terkaya di kota, namun dia berpenampilan seperti seorang pengemis. Alasan berlagak miskin karena dia mengira akan banyak orang yang akan keluar untuk merampok kekayaannya, dengan berpura-pura miskin dia merasa aman.
Namun sebenarnya bukan karena takut
dirampok, menurutnya jika banyak yang meminta sedekah maka akan sangat
mudah menjadi miskin, oleh sebab itu dia dijuluki Si Kikir.
"Kikir!, Kikir!” demikian teriakan anak-anak dan penduduk setiap kali dia lewat dengan pakaian usangnya.
Tahun-tahun berlalu dan Ngabdul menjadi lebih dan lebih puas dengan tumpukan uang yang kian bertambah.
Suatu hari, Ngabdul membeli sebongkah
besar emas dengan semua uang yang dia telah kumpulkan. Dia menggali
lobang di dalam tanah di dekat sebuah sumur yang tidak terpakai dan
menguburkan emasnya di sana. Dia yakin bahwa tidak akan ada pencuri yang
dapat menemukan tempat itu. Dengan gembira hati, Ngabdul memeriksa
hartanya setiap hari.
Bagaimana dia benar-benar bisa menjaga
tempat persembunyian jika dia melihatnya setiap hari? Tak lama, penduduk
kota itu berbisik-bisik tentang kunjungan misterius Ngabdul ke sumur
yang tidak terpakai di tengah malam. Tidak lama kemudian seseorang yang
penasaran menemukan emas tersebut dan mengeluarkan teriakan sukacita dan
lari dengan harta si Kikir tersebut.
Tentu saja, pada kunjungan berikutnya,
Ngabdul menemukan lubang kosong. Dia mulai melolong dengan penuh
kesedihan dan segera kerumunan penduduk berkumpul. Mereka mengawasinya
berduka, cara seseorang meratapi hilangnya sesuatu yang sangat berharga
baginya.
Akhirnya, seorang tetangga maju ke depan
dan memintanya untuk menghentikan tangisannya. "Kamu ingin emasmu yang
hilang?” tanyanya.
Lalu tetangga tersebut mengambil sebuah
batu yang berat dan menjatuhkannya di lubang dan berkata,
“Berpura-puralah itu adalah emas yang hilang."
"Bagaimana kamu memperolokku di saat seperti ini," kata si Kikir berang.
"Aku tidak mengolok-olokmu, teman!" kata tetangganya dengan tenang.
"Sebagaimana kamu telah menggunakan
emas saat itu di sini, lalu melihatnya setiap hari, kamu bisa melakukan
hal yang sama dengan batu itu." Ngabdul akhirnyapun bungkam.
(Sumber)Jika anda merasa artikel ini bermanfaat dan menurut Anda bisa mengilhami orang untuk menjadi baik dan berbuat kebajikan, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar