Suatu hari, seorang petani lokal pergi
ke kota dan membawa angsa-angsanya. Petani kemudian masuk ke sebuah
penginapan dan menitipkan angsanya pada pemilik penginapan sementara dia
pergi keluar untuk melakukan bisnisnya.
Setelah kembali, petani meminta
angsanya pada pemilik penginapan, namun yang dijawab oleh pemilik
penginapan, “Anda menitipkan angsamu ke saya? Saya tidak tahu apa-apa
tentang hal itu. Angsa-angsa itu semua milik saya.” Dia mengatakan
sambil menunjuk empat angsa di belakang penginapan.
“Jika Anda dapat membuktikan bahwa salah
satu dari mereka adalah milik Anda, maka Anda dapat mengambilnya, jika
tidak, Anda tidak dapat mengambilnya,” kata pemilik penginapan.
Petani itu kehilangan kata-kata, dan
melaporkan kesulitannya kepada Gubernur Qian. Setelah mendengarkan
cerita si petani, gubernur memerintahkan anak buahnya untuk mengambil
empat angsa itu, dan mengamankan mereka di empat lokasi berbeda di
belakang kantornya. Dia lalu menginstruksikan anak buahnya untuk
meninggalkan kuas, tinta, dan selembar kertas diletakkan di
masing-masing angsa sambil berkata, “Biarkan angsa-angsa ini yang mengakui
siapakah pemiliknya yang sah.”
Orang-orang menyerbu kantor gubernur,
seiring instruksinya cepat menyebar ke seluruh kota. Ketika orang-orang
menunggu, Qian bekerja dengan sabar di kantornya. Dia akhirnya keluar
setelah beberapa jam, dan pergi untuk mengunjungi setiap angsa.
Setelah mengunjungi masing-masing angsa,
gubernur menyatakan kepada massa yang berkumpul di luar kantornya, “Angsa ini telah mengaku.” Dia menunjuk ke salah satu angsa dan
mengatakan kepada petani yang sedang berdiri di depan kerumunan massa,
“Yang satu ini adalah milik Anda, Anda bisa mengambilnya.”
Orang-orang tertegun, dan mereka
bertanya bagaimana gubernur tahu angsa itu milik si petani. Qian
menjelaskan, “Kotoran yang dikeluarkan angsa yang dibesarkan di kota ini
berbeda dengan yang dibesarkan di sebuah peternakan. Kotoran angsa yang
dibesarkan di kota berwarna kekuningan, karena mereka diberi makan
gandum dan padi-padian, sedangkan kotoran angsa pertanian adalah
kehijauan, karena mereka biasanya makan gulma.
Setelah mendengar kata-kata ini, wajah
pemilik penginapan itu tiba-tiba pucat dan langsung bersujud di depan
Gubernur Qian, meminta pengampunan. Catatan, Qian adalah gubernur kabupaten
Linjiang pada Dinasti Ming. Dia seorang pemimpin yang rajin dan jujur
dan sangat memperhatikan rakyatnya. (Sumber)
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat dan menurut Anda bisa mengilhami orang untuk menjadi baik dan berbuat kebajikan, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar