Dari kecil Li Zhi sudah mengikuti ayahnya belajar
menulis dan membaca, belajar tata krama dan membuat puisi, Li Baizhai
mengharapkan anaknya setelah dewasa menjadi seorang yang berpendidikan
dan mempunyai pengetahuan yang luas.
Li Zhi ketika masih kecil, pernah di
“Lun Yi” Konfusius mengenai bagaimana tanaman dapat tumbuh menulis
artikel ini, sehingga menimbulkan respon yang besar di antara
murid-murid di sekolah, semua tetangganya juga mengetahui hal ini,
mereka semua memuji Li Zhi adalah seorang anak yang cerdas, dan berkata
kepada Li Baizhai, “Anakmu sangat cerdas, setelah dewasa pasti akan dapat
menulis artikel yang lebih bagus lagi, dan akan menjadi kebanggaan
bangsa.”
Tetapi, setelah Li Baizhai mendengar
pujian para tetangganya segera mengucapkan terima kasih kepada
tetangganya, tetapi dia malahan tidak memuji anaknya. Setelah pulang ke
rumahnya melihat rasa bangga anaknya, dia lalu memanggil anaknya dan
berkata, “Anakku, hari ini para tetangga memujimu sebagai seorang anak
yang cerdas, setelah saya mendengarnya saya sangat gembira. Tetapi
tahukah engkau, saya mempunyai harapan yang lebih tinggi lagi
terhadapmu.”
Li Zhi setelah mendengar perkataan
ayahnya, menyimpan kembali rasa bangganya, dengan hormat berkata kepada
ayahnya, “Baiklah, ayah, saya meminta maaf saya telah berbuat salah.”
Li Baizhai bertanya lagi, “Apakah engkau benar-benar menyadari kesalahanmu?”
Li Zhi berkata, :”saya tahu ayah, ayah walaupun tidak mengatakan kepada saya, tetapi ayah selalu menjadi teladan yang baik! Ketika orang kampung menghadapi kesulitan, ayah selalu membantu mereka walaupun ayah tidak memiliki uang yang banyak.
Ketika teman ingin menikah memerlukan
perhiasan emas, ayah tanpa ragu membuka perhiasan yang dipakai ibu
dipinjamkan kepada mereka untuk menyelesaikan masalah mereka.
Harapan
ayah supaya saya dapat bersekolah tinggi bukannya supaya saya kelak
menjadi pejabat yang mencari hidup yang senang, tetapi adalah supaya
saya bisa menjadi seorang yang berguna dan berbakti kepada negara, ini
adalah harapan ayah yang paling besar! Bukankah demikian ayah?”(Minghui
school)
Tidak ada komentar:
Write komentar