Ada beberapa cara agar kita dapat menjadi puas dan bersyukur, yaitu :
1. Percaya kepada pemberian Tuhan.
Seberat apa pun masalah dan cobaan yang kita hadapi, hendaknya kita selalu tabah dan yakin bahwa hal itu semua yang terjadi adalah atas kehendaknya.
2. Puas dan bersyukur terhadap hal-hal yang kecil.
Kita harus belajar mencukupkan diri kita dalam segala keadaan sehingga kita dapat menikmati segala kekayaan anugrah Tuhan.
3. Tidak bergantung dan dipengaruhi oleh keadaan.
Hidup
tidak bergantung kepada situasi di sekitar kita. Kita harus belajar
puas dan bersyukur dengan apapun yang kita miliki dan situasi apapun
yang Dia berikan kepada kita. Terkadang Tuhan bukan bekerja dengan
mengubah situasi kita tetapi mengubah kita di tengah situasi yang tidak
berubah.
Kesalahan
kita adalah kita terlalu sering tidak puas dengan apa yang kita miliki
dan menginginkan apa yang belum kita miliki sehingga kita meragukan
kebijaksaan-Nya atas pemberian-Nya kepada kita saat ini.
4. Peduli pada kebutuhan orang lain.
Apa
yang Tuhan berikan kepada kita tidak seharusnya kita pakai untuk
kepentingan diri kita sendiri saja. Mahatma Gandhi mengatakan bahwa
kebahagiaan bukan bergantung kepada apa yang kita dapatkan melainkan apa
yang kita berikan. Hal ini berlawanan dengan inti keinginan sebagian
besar manusia yang lebih banyak ditujukan untuk memuaskan diri sendiri
daripada menolong sesama manusia.
5. Tidak membandingkan dengan orang lain (compare does not content).
Dalam kehidupan ini, Anda akan selalu menemukan ada orang yang lebih cakap, lebih baik, lebih pintar daripada Anda. Anda juga akan selalu menemukan ada orang yang lebih jelek, lebih bodoh, lebih jahat daripada Anda. Jika Anda terus menerus membandingkan diri Anda dengan setiap orang, Anda akan menemukan orang-orang yang belum dapat Anda tandingi dan Anda akan menjadi iri, rendah diri, membenci diri Anda atau orang tersebut.
Daripada membandingkan diri Anda dengan orang lain, lebih baik berusahalah untuk bersaing dengan diri sendiri, dengan mengali potensi dan talenta yang sudah Tuhan berikan, dengan belajar dan melakukan sesuatu yang lebih baik dibandingkan yang sebelumnya.
Setiap
orang diciptakan secara unik oleh Tuhan dengan bakat dan kelemahan
masing-masing. Kita tidak dapat mengukur keberhasilan kita dengan
membandingkannya dengan orang lain.
Di zaman ini memang manusia sulit merasa puas karena banyaknya iklan dan teknik pemasaran (marketing) yang mendorong rasa ingin melebihi rasa butuh sehingga memacu manusia terus menerus menginginkan hal-hal yang lebih baru dan lebih canggih ( misalnya: hp yang semakin baru dan semakin canggih ).
Rasa
puas juga sulit karena di zaman yang memuja hedonisme dan konsumerisme,
hidup dan status manusia ditentukan oleh apa yang kita miliki, khusus
barang-barang yang bermerek.
Rasa
ingin manusia tidak terbatas karena manusia merupakan makhluk yang
diciptakan untuk kekekalan. Tidak ada barang yang fana yang dapat
memuaskan keinginan manusia tersebut. Ketika kita mendapatkan apa yang
kita inginkan, kita selalu menginginkan hal yang lain atau hal yang
lebih.
Jika
kita tidak mendapatkannya, kita biasanya menjadi kecewa, marah atau
bahkan depresi. Hanya Tuhan saja yang dapat memuaskan kita.
Ketidak-puasan dan kekosongan dalam diri kita merupakan tanda bahwa kita
beriman dan berharap kepada sesuatu yang tidak
dapat menolong dan memuaskan kita.
Akan tetapi rasa kecukupan ini tidak seharusnya membuat kita berpuas diri secara membabi buta sehingga kita tidak menuntut diri untuk terus belajar dan bertumbuh. Rasa kecukupan ini seharusnya mendorong kita bertumbuh dalam pengenalan Tuhan dan diri kita sendiri.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat dan menurut Anda bisa mengilhami orang untuk menjadi baik dan berbuat
kebajikan, maka anda dipersilahkan untuk
mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar