Pada dasarnya kita mempunyai sebuah kesamaan yaitu sama-sama
manusia. Manusia sendiri adalah satu kesatuan dari berbagai elemen baik
materi maupun imateriil. Ada tangan, kaki perut, kepala, mata kulit,
tulang dan sebagainya yang pada akhirnya membentuk kita menjadi manusia.
Ada yang bertugas memerintah dan diperintah. Si pemerintah tak pernah
lelah dan mengeluh untuk menemukan berbagai cara untuk mencapai apa yang
disebut kebahagiaan, demikian halnya dengan yang menerima perintah.
Saat otak memerintah tangan kita untuk mengambil gelas, akan menjadi hal
yang tidak mungkin bila kemudian dia memegang pisau. Selain patuh pada
perintah, seluruh komponen dalam tubuh manusia juga saling mendukung.
Apabila kaki kita terantuk batu, maka mata kita akan menangis, mulut
kita mengaduh, dan tangan kita akan memegangnya erat erat. Tidak mungkin
ketika kaki terluka mulut kita berucap “rasain lo”.
Bukan hanya pribadi, manusia satu dengan yang lainnya juga merupakan
satu kesatuan dengan fungsi dan tugasnya masing-masing. Sebagaimana
ketidak sempurnaan pada diri manusia secara individual.
Secara pribadi,
mungkin ada salah satu bagian atau lebih dari tubuh kita yang tidak
sempurna atau kurang baik. Hidung pesek, mata juling, kaki pincang, dsb.
Untuk merawat diri, kita perlu mencukur kumis, rambut, kuku, pergy ke
gym, salon dan lain-lain.
Kesatuan antar manusia juga terdapat ketidak
sempurnaan. Kita perlu untuk terus memperbaiki diri dengan belajar
menjadi manusia seutuhnya. Dalam memperlakukan orang lain, sebisa
mungkin kita harus menganggapnya sebagai bagian dari tubuh kita sendiri
seburuk apapun dia.
Kita dituntut untuk mengerti bahwa setiap manusia
mengemban tugasnya masing-masing dan apabila ia dipaksakan untuk
mengemban tugas lain maka itu justru akan berakibat semuanya menjadi
sakit atau mempesar kemungkinan untuk terluka.
Sebagaimana manusia ketika menjadi wujud pribadi, ia terkena siklus
lahir, tua, sakit, dan mati. Suatu ketika mungkin ada bagian tubuh kita
yang direlakan untuk diamputasi karena kusta maupun diabetes atau
sebab-sebab lain.
Demikian juga pola pikir yang kita terapkan pada
manusia-manusia lain. Terkadang kita harus berani mengambil keputusan
untuk membuang salah satu dari mereka demi menyelamatkan sebagian besar
lainnya.
Kita memang tidak akan mendapatkan ganti serupa dari bagian
tubuh yang sudah kita buang, tapi paling tidak kita akan merasa lebih
nyaman dan lebih baik dari semula sebelum kita membuang bagian tubuh
tersebut. (Sumber)
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat dan menurut Anda bisa mengilhami orang untuk menjadi baik dan berbuat
kebajikan, maka anda dipersilahkan untuk
mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar