Saya baru saja membaca, 'Choosing
Civility : The Twenty-Five Rules of Considerate Conduct' (Memilih
Keberadaban : Dua Puluh Lima Aturan dalam Bertindak) oleh P.M. Forni, dan
saya kembali diingatkan mengenai sikap baik yang pernah diajarkan oleh
orangtua saya ketika masih kecil dan juga kebiasaan-kebiasaan baik yang
jika dilatih sungguh-sungguh dapat membuat dunia menjadi tempat yang
lebih baik.
Sedihnya, saya juga
diingatkan bahwa pendekatan saya untuk kehidupan modern gaya hidup di
dua pesisir New York dan Los Angeles dan menuntut mengatur karier yang
membuat saya telah 'melupakan' banyak sikap baik yang dulu pernah saya
ketahui.
Seseorang mungkin pernah
mengatakan bahwa sekali saja Anda belajar mengatakan, 'Tolong', 'Terima
kasih', dan 'Permisi', Anda tidak akan pernah lupa menggunakan beberapa
frasa ini. Pengalaman saya sungguh berbeda dan sekarang saya menemukan
diri sendiri sungguh-sungguh menyadari bahwa saya tidak sendirian
mengenai hal ini.
Kita berada dalam
komunitas yang mendukung setiap individu dan memberi penghargaan kepada
sikap ambisi dalam rangka mengejar uang. Seringnya, pemenang yang
mendapatkan semuanya dan banyak orang telah merasa cukup nyaman dengan
pendapat ini untuk bahagia, kita harus mengumpulkan kepemilikan materi,
menjadi cantik, dan memiliki tingkatan tertentu mengenai kesehatan.
Tentu
saja saya tidak menentang keuntungan dan kesenangan yang datang seiring
dengan prestasi yang diraih, tetapi saya juga menyarankan bahwa ketika
kita berkonsentrasi dengan apa yang kita inginkan dalam hidup, kita juga
cenderung melupakan kebutuhan orang lain di sekitar kita bahkan dalam
aspek yang paling sederhana.
Karena
sering berlatih di gimnasium, saya menguji berapa banyak orang akan
mengatakan terima kasih ketika saya membukakan pintu untuk mereka. Yang
mengejutkan adalah adanya persentase tinggi, sekitar 20 persen yang
bahkan tidak menyadari sikap sopan saya, baik dengan gerak isyarat atau
sekedar berucap 'terima kasih'. Seolah mereka telah gagal untuk melihat
keberadaan manusia lain yang melakukan sesuatu untuk mereka.
Berjalan
di jalanan New York, atau di kereta bawah tanah, banyak orang
sepertinya merasa tidak mengapa bertubrukan dengan orang lain dan terus
saja berjalan, bahwa ketergesaan mereka juga milik semua orang maka
adalah hal yang wajar untuk mendesak orang lain.
Banyak orang sepertinya
merasa bahwa ketika mereka menggunakan pengeras suara di dalam lubang
telinga mereka yang disambungkan dengan telepon genggam atau PDA maka
kesakralan ruang telah diciptakan, dan dunianya sendiri yang tanpa
kewajiban kepada orang lain di sekitar mereka telah terbentuk.
Saya
ingin menawarkan satu pilihan, satu yang telah ada sekian lama, satu
yang dapat menciptakan keberadaan yang lebih baik dan lebih lembut untuk
setiap dari diri kita semua. Mulai dari sekarang, ingatlah bahwa setiap
orang di atas bumi ini memiliki hidup, agenda mereka sendiri, hari
baik, hari buruk, keinginan, kebutuhan dan pengharapan – sama seperti
Anda dan saya.
Di atas segalanya, hal
yang paling penting yang bisa kita lakukan adalah dengan menyadari hal
ini dan mengakui bahwa mereka ada. Sadarilah orang-orang di sekitar
Anda, berhenti dan sapalah mereka, bukalah pintu untuk orang baru,
biarkan seseorang berjalan terlebih dahulu daripada memaksa jalan Anda
sendiri di depan mereka, persilahkan orang lain ke luar dari garasi
mobil mereka dengan berkendara lebih pelan dan membiarkan mereka ke luar
ke jalan lebih dahulu.
Lakukan apa
pun yang mengatakan, 'Saya melihat Anda' dan kemudian tersenyumlah. Ini
bukan undangan untuk percakapan, hubungan romantis, atau sesuatu yang
akan memperlambat perjalanan Anda. Bukan, ini hanya sekedar 'halo' dari
satu jiwa kepada jiwa lain yang membuat seseorang tersebut merasa
istimewa, yang semoga saja memperindah hari mereka, dan mendukung mereka
melakukan yang sama untuk orang lain.
Saya
merasa bersemangat dan lebih bahagia setelah melatih sikap dasar sopan
santun ini yang dengan penuh pemikiran diperjelas oleh PM Forni. Saya
diingatkan kembali akan salah satu kutipan favorit saya yang pernah saya
dengar sekian tahun lalu, Think globally and act locally. Mari membuat
dunia menjadi tempat yang lebih baik dengan bersikap ramah untuk Anda
dan saya. (Lloyd Princeton /Mil/Yant)
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat dan menurut Anda bisa mengilhami orang untuk menjadi baik dan berbuat
kebajikan, maka anda dipersilahkan untuk
mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar