Kebajikan ( De 德 ) - Hari raya Cap Go Me (十五暝) atau Yuan Xiaojie (元宵节) dalam bahasa Tionghoa yang jatuh pada tanggal 15 bulan pertama tahun Imlek adalah salah satu hari raya tradisional Tiongkok. Menurut tradisi rakyat Tiongkok, sehabis Cap Go Me, maka berakhirlah seluruh perayaan Tahun Baru Imlek.
Tentunya dalam perayaan Cap Go Me ini banyak terjadi kegembiraan, peristiwa aneh dan kejadian lucu yang kadang-kadang membuat orang mau menangis tidak bisa, mau tertawa juga tidak. Di bawah ini ada beberapa kisah kejadian dalam perayaan Cap Go Me zaman dulu.
Chen Lie (陈列) menulis syair, menyindir residen
Konon, pada zaman Song (宋), di Fuzhou (福州), residennya bernama Cai Junmo (蔡君漠),
dia ingin memamerkan tertib dan amannya masyarakat, lalu mengeluarkan
perintah, pada malam Capgome, setiap rumah harus memasang tujuh buah
lampu, dengan alasan yang tidak jelas.
Saat itu ada seorang sastrawan bernama Chen Lie (陈列) yang berani membela kaum yang lemah, dia membuat lampu besar yang tingginya 3 meter, dengan tulisan sebuah syair :
Saat itu ada seorang sastrawan bernama Chen Lie (陈列) yang berani membela kaum yang lemah, dia membuat lampu besar yang tingginya 3 meter, dengan tulisan sebuah syair :
Sebuah lampu bagi orang kaya,
Bagaikan sebutir sekoi di lumbung.
Sebuah lampu bagi orang miskin,
Membuat ayah dan anak menangis kelaparan.
Pejabat agung terpuji tidak banyak tahu,
Hanya mengeluh tiada lagu yang merdu.
Pejabat boleh pasang api, rakyat dilarang pasang lampu
Cerita
ini juga terjadi pada zaman Song. Pada waktu itu ada seorang pejabat residen yang
bernama Tian Deng. Menurut adat feodal, bukan saja
nama baginda dan nama tahun yang tidak boleh ditampilkan di sembarangan tempat,
namun juga tidak boleh sembarangan menyebut nama seorang pejabat. Hal ini harus
dihindari di kalangan atau pada situasi tertentu.
Ketika Tian Deng sudah
menjadi residen, dia meminta seluruh rakyat di keresidennya untuk menghindari
menggunakan huruf 登
(deng), begitu juga huruf yang lafalnya sama pun dilarang digunakan. Beberapa
bawahannya pernah dihukum cambuk karena melanggar larangan ini.
Ketika perayaan Cap Go Me sudah dekat, Tian Deng sangat gemar sekali menonton festival lampion,
tapi dia tidak mau masyarakat menggunakan kata 灯, karena 灯 dan 登
lafalnya sama “deng”, bagaimana nih?
Untung pejabat ini otaknya “encer”
juga, dikeluarkanlah pengumuman untuk Cap Go Me yaitu, “Sesuai kebiasaan
Cap Go Me, Keresidenan akan memasang api tiga hari.”
Rakyat hanya melongo, tapi perintah atasan tidak boleh dilanggar, sehingga mereka terpaksa mengganti kata “memasang lampu” (点灯) menjadi “memasang api” (放火).
Rakyat hanya melongo, tapi perintah atasan tidak boleh dilanggar, sehingga mereka terpaksa mengganti kata “memasang lampu” (点灯) menjadi “memasang api” (放火).
Mencuri gelas emas untuk bukti
Konon baginda Huizong dinasti Song (宋 徽宗) Zhao Ji (赵佶) suka mendengar pujian orang. Oleh sebab itu, maka untuk mengambil hati rakyat, dia selalu
“bersenang-senang bersama rakyat”.
Pada hari perayaan Cap Go Me setiap tahunnya, maka dia akan naik ke balkon Xuande (玄德;楼). Siapa saja yang rindu untuk memandang “wajah mulianya”, maka akan diberi segelas minuman arak, yang gelasnya terbuat dari emas.
Pada hari perayaan Cap Go Me setiap tahunnya, maka dia akan naik ke balkon Xuande (玄德;楼). Siapa saja yang rindu untuk memandang “wajah mulianya”, maka akan diberi segelas minuman arak, yang gelasnya terbuat dari emas.
Suatu kali, ada seorang wanita yang setelah habis minum arak, diam-diam
menyembunyikan gelas emas kosong ke dalam pakaiannya, tidak disangka
kepergok oleh pengawal. Lalu, wanita itu dibawa ke hadapan baginda.
Mencuri barang istana, ini kan dosa besar, wah, wah, wah! Sudah barang
tentu, baginda menjadi murka, mau menjatuhkan hukuman. Siapa sangka
wanita itu berbakat sastra, dalam ketidak berdayaan, dia mengeluarkan
syair Zhegutian (鹧鸪天) :
“Bulan purnama menyinari lampu tambah cemerlang, bergandengan tangan
dengan kanda sampai di Duanmen. Keasyikan menonton musik nyanyi dan
tari yang berdesak-desakan membuat dinda terpisah dengan kanda. Hari semakin malam, terima
kasih anugerah Baginda di balkon Xuande; takut pulangnya dicela mertua,
mencuri gelas mas untuk bukti.”
Sesudah mendengar syair ini, Zhao Ji (赵佶) merasa kasihan, tidak jadi menjatuhkan hukuman, malahan memberinya gelas mas itu.
Cermin pecah bundar lagi
Pada abad ke 4 sampai abad ke 6 tahun Masahi, Song (宋), Qi (齐), Liang (梁), Chen (陈)
empat dinasti mendirikan kekuasaan di Tiongkok Selatan, disebut dinasti
Selatan (420-589 M). Adik perempuan raja terakhir dinasti Selatan Chen
Houzhu (陈后主), yaitu putri Songping (宋平公主), dinikahkan dengan bawahan residen Chen (陈) yang bernama Xu Deyan (徐德言).
Melihat dinasti Chen (陈) sudah bobrok hampir musnah, maka pada suatu hari, Xu Deyan (徐德言)
berjanji dengan istrinya, jika kemudian dinasti Chen musnah, rakyat
cerai-berai, dia dan istrinya masing-masing memegng separo cermin
tembaga pecah, kemudian saling mencari di perayaan Capgome, jika
bertemu, tinggal menyatukan pecahan cermin tembaga, sebagai bukti
hubungan suami istri.
Kemudian, kerajaan Chen benar-benar hancur, suami
istri tersebutpun terpisah. Tapi akhirnya, pada perayaan Capgome, dua
orang itu bertemu, cermin pecah bundar lagi, dua sejoli hidup bahagia
berdampingan sampai tua, menjadi cerita indah generasi selanjutnya. Selamat merayakan Cap Go Me....Salam kebajikan
Tidak ada komentar:
Write komentar