Kebajikan ( De 德 ) - Berpeganglah pada sebuah prinsip, karena Prinsip adalah sebuah dasar yang kuat....Prinsip hidup kalau sudah mendarah daging tidak perlu ada polisi, guru, pasangan hidup atau orang tua yang mengawasinya. Ini namanya integritas. Manusia berintegritas dengan sendirinya akan taat pada prinsip yang dipegangnya termasuk prinsip agamanya.
Mana yang kita pilih? Ingin hasil biasa-biasa saja atau luar
biasa? Kalau mau luar biasa tentu ada syarat yang harus dipenuhi. Salah
satunya adalah kejujuran sebagian bagian dari integritas hidup.
Para Korban Tsunami Menemukan dan Mengembalikan Uang Di Reruntuhan Tsunami
Selain tidak ada
terjadinya penjarahan ketika terjadi Tsunami di jepang pada tanggal 29
September 2011, ada sebuah kisah yang membuat kita salut pada kejujuran mereka.
Walaupun korban tsunami hidup dalam keterbatasan di penampungan, kehilangan tempat tinggal, kekurangan makanan, dan masih abu-abu nasib mereka berikutnya. Namun, hal itu tidak lantas membuat mereka gelap mata, karena prinsip hidup mereka tidak boleh memiliki barang yang bukan milik sendiri.
Ketika itu ada seorang warga yang dilaporkan menemukan selembar cek senilai US$40.000 (Rp 359 juta) di antara reruntuhan tsunami. Seorang wanita lainnya juga menemukan uang yen senilai US$26000 (Rp233 juta), juga di antara puing-puing.
Ada juga warga yang menemukan selembar Cek senilai US$1,3 juta (Rp 11,6 miliar) yang ditemukan di dalam brankas yang terseret arus. Warga-warga lainnya juga menemukan uang-uang yang terserak di dalam dompet, kantong belanja, dan laci-laci rumah.
Walaupun korban tsunami hidup dalam keterbatasan di penampungan, kehilangan tempat tinggal, kekurangan makanan, dan masih abu-abu nasib mereka berikutnya. Namun, hal itu tidak lantas membuat mereka gelap mata, karena prinsip hidup mereka tidak boleh memiliki barang yang bukan milik sendiri.
Ketika itu ada seorang warga yang dilaporkan menemukan selembar cek senilai US$40.000 (Rp 359 juta) di antara reruntuhan tsunami. Seorang wanita lainnya juga menemukan uang yen senilai US$26000 (Rp233 juta), juga di antara puing-puing.
Ada juga warga yang menemukan selembar Cek senilai US$1,3 juta (Rp 11,6 miliar) yang ditemukan di dalam brankas yang terseret arus. Warga-warga lainnya juga menemukan uang-uang yang terserak di dalam dompet, kantong belanja, dan laci-laci rumah.
Para penemu ini adalah para korban tsunami yang hidup dalam keterbatasan di penampungan. Semua temuan tersebut diserahkan ke kantor polisi. Kepolisian di tiga prefektur di Jepang yang terkena bencana tsunami berhasil mengumpulkan uang temuan warga senilai US$78 juta atau setara dengan Rp 700 miliar. Tinggal polisi yang kini kewalahan untuk mencari siapa empunya harta.
“Mereka bilang kepada saya, hanya ingin uang ini kembali ke pemiliknya,” kata Kouetsu Saiki, petugas polisi di prefektur Miyagi yang bertugas mengumpulkan, melacak dan mengembalikan barang temuan, dilansir dari Los Angeles Times, Rabu 28 September 2011.
Menurut
hukum
di Jepang, jika dalam tiga bulan tidak ditemukan pemiliknya, maka akan
diberikan kepada lembaga bantuan atau kepada penemu uang tersebut. Namun
yang mengejutkan adalah, kebanyakan para penemu memilih untuk
tidak mengambil jatah mereka dan menyerahkannya kepada polisi.
“Setiap
orang ingin membantu sesama dengan cara yang mereka bisa,” kata Saiki.
Salah satu kisah yang paling mengharukan menurut Saiki adalah ketika
mereka menemukan sebuah brankas milik bos di sebuah perusahaan. Bukannya
mengambil uang yang memang miliknya tersebut, bos ini malah membagikan
semua isi brankas kepada para karyawannya.
“Dia sangat bersyukur uangnya kembali. Dia tidak menyimpannya, tapi membagikannya kepada para karyawan beserta keluarga mereka. Ini bukan lagi soal keuntungan pribadi. Setiap orang menderita akibat tsunami,” jelas Saiki.
Sejauh ini, telah ditemukan 5.700 brankas yang tertimbun di
antara puing. Saiki mengatakan, sebanyak US$500.000 (Rp 4,4 miliar)
dari keseluruhan US$30 juta (Rp 269 juta) uang di dalam brankas telah
dikembalikan ke pemiliknya.
Kejujuran adalah salah satu prinsip mereka.
Ketika itu ada seorang warga yang menemukan sebuah amplop berisi uang 10 juta yen atau
sekitar 1.1.M di toilet umum, namun dia tidak mengantonginya bahkan langsung menyerahkannya kepada
polisi terdekat.
Ternyata pemiliknya memang sengaja menaruh
uang di toilet dengan tujuan untuk disumbangkan bagi korban gempa bumi
Maret 2011 yang lalu. Berbicara tentang keikhlasan, mungkin ini model baru. Di
Jepang dimana si penyumbang tidak menyebutkan namanya dan hanya berpesan
di secarik kertas “Saya tinggal sendirian dan tidak butuh uang ini.
Mohon uang ini diberikan kepada korban bencana tsunami”. Berita ini
disiarkan oleh BBC.
Ini adalah bentuk sumbangan anonim, dimana penyumbangnya
tidak menyebutkan identitas. Pemberian sumbangan model begini merupakan
pertaruhan yang besar. Bukan tidak mungkin uang tersebut malah masuk ke
kantong si penemu.
Ternyata tidak. Si penyumbang sepertinya tau benar tabiat warga Jepang
yang mengembalikan barang yang bukan miliknya. Amplop berisi uang ini
akhirnya berlabuh di kantor polisi. Jika sampai tiga bulan tidak ada
yang mengakuinya, polisi akan memberikannya ke Palang Merah Jepang untuk
diserahkan kepada korban gempa.
Model pemberian unik dan membutuhkan nyali yang tinggi ini bukan kali
pertama terjadi di Jepang. BBC menuliskan, sebelumnya pada tahun 2007,
ditemukan 400 amplop masing-masing berisikan cek senilai 10 ribu yen (Rp
1,1 juta) yang diletakkan di toilet-toilet di seluruh Jepang. Pada
tahun itu juga, sekitar 18 warga Tokyo dikejutkan oleh amplop berisi 1,8
juta (Rp 210 juta) yang dimasukkan ke kotak pos mereka.
Sebelumnya, uang 1 juta yen (Rp 116 juta) disebarkan dari atas sebuah
apartemen di Tokyo. Bukannya mengantongi uang tersebut dan dipakai untuk
membeli kebutuhan sehari-hari, warga Jepang memungutnya dan
memberikannya ke kantor polisi, untuk dicarikan pemiliknya. Luar Biasa.
Semua diserahkan pada polisi karena prinsip hidup mereka tidak
boleh memiliki barang yang bukan milik sendiri. Luar biasa, Kita harus
belajar dari prinsip mereka agar dapat maju.
Kita bisa mengajarkan hal yang baik kepada anak-anak, keluarga atau
pegawai kita, walaupun gerakan kita seperti setetes air di tengah laut,
jangan kuatir beberapa tetes air lama-lama dapat membuat gelombang.
Apakah anda juga mau menjadi contoh ditengah hiruk pikuk keputusasaan
bangsa kita. Mari kita mencoba, Integritas berbicara kebenaran terhadap diri kita, Kejujuran menceritakan kebenaran kita pada orang lain. Salam kebajikan.
Tidak ada komentar:
Write komentar