Kebajikan ( De 德 ) - Festival Lampion (hanzi sederhana: 元宵节, hanzi tradisional: 元宵節, pinyin: yuanxiaojie) adalah festival dengan hiasan lampion yang dirayakan setiap tahunnya pada hari ke-15 bulan pertama kalender Tionghoa yang menandai berakhirnya perayaan tahun baru Imlek.
Asal mula lampion dalam bahasa Mandarin adalah 燈籠 dēng lóng atau disebut 燈彩 dēng cǎi yang diperkirakan berasal dari masa 1800 tahun yang lalu, yaitu masa Dinasti Han Barat.
Asal dan Bentuk Lampion
Bentuk 燈籠 dēng lóng diantaranya adalah 宮燈 gōng dēng (lampion istana). Lampion ini digabungkan dengan 中國結 zhōng guó jié alias simpul yang sangat indah dan bernilai seni tinggi dari negeri tirai bambu.
Jenis lain adalah 紗燈 shā dēng (lampion kain kasa)、吊燈 diào dēng (lampion gantung). Bentuknya bisa dibedakan berbentuk manusia, pemandangan alam, bunga dan burung, naga dan burung phoenix, ikan dan serangga dan lain lain. Selain itu ada lampion yang dibuat mainan yaitu走馬燈 zǒu mǎ dēng (lampion kuda berjalan).
Lampion merupakan gabungan dari seni lukis, hiasan gunting kertas, origami, sulaman, yang mengunakan bahan bambu, kayu, rotan, batang gandum, tanduk hewan, bahan logam, dan sutera.
Hubungan lampion dengan masyarakat Tionghoa tidak bisa dipisahkan dalam sejarah. Lampion ada dimana-mana, di dalam ruangan rumah, di luar rumah, di rumah ibadah.
Lampion tidak hanya sebagai penerang saja akan tetapi juga sebagai lambang, mengunakan lampion istana dalam pernikahan melambangkan kebahagiaan pernikahan.
Lampion berbentuk payung atau 傘燈 sǎn dēng atau 字姓燈 zì xìng dēng melambangkan kelahiran anak lelaki atau anak cucu yang banyak karena bunyi 燈 dēng dengan 丁 dīng itu zaman dulu bunyinya sama (bahasa Hakka untuk lampion bunyi den 燈, dan tambah anak laki namanya thiam ten 添丁).
Pada masa Dinasti Tang, untuk memperingati ketentraman dan kedamaian rakyat maka pada masa tersebut membuat lampion yang berwarna-warni dan beraneka bentuk untuk mengambil cahaya lampion sebagai symbol 彩龍兆祥民阜國強 cǎi lóng zhào xiáng mín fù guó qiáng lentera liong melambangkan keberuntungan, negara kuat rakyat sejahtera. Di masa Dinasti Ming, ada tradisi melepas lampion air sebanyak ratusan ribu buah di sungai Huai.
Pada masa Dinasti Ming didirikan tugu lampion 虌山燈柱 biē shān dēng zhù, di pintu luar dibuat 燈市 dēng shì atau pasar lampion yakni suatu tradisi yang dimulai pada masa Dinasti Tang dan menjadi populer di masa Dinasti Song pada bulan 12 Imlek sampai awal tahun mulai membuat pasar yang beraneka ragam model lampion, dan puncaknya adalah malam 15 bulan 1 Imlek yang disebut 元宵節 yuán xiāo jié.
Obyek yang dipasang dan ditonton pada malam Capgome adalah lampu hias,
juga disebut lampu warna-warni atau lampion. Lampu hias adalah karya
seni yang indah ciptaan rakyat zaman dahulu di Tiongkok. Pada zaman Han
Barat (西汉), sudah ada lampu warna-warni; sampai dinasti Tang (唐),
melalui modivikasi para ahli lampu hias selama ribuan tahun, seni lampu
hias sudah mencapai tahap mahir sempurna dengan beraneka variasi.
Di aspek model, ada lampu gantung yang berumbai-rumbai, lampu duduk yang indah, lampu dinding yang imut, lampu tenteng yang praktis, lampu putar yang unik; di aspek desain, ada lampu pemandangan atau tokoh, lampu hewan dan tanaman; yang sering ditemukan ada lampu tanduk kambing, lampu harimau, lampu ikan mas koki, lampu bola sulam, lampu panjang umur, lampu aneka bunga, lampu sembilan sinar, lampu terang terus, lampu giok hijau, lampu bunga teratai, lampu sembilan teratai, lampu sawi putih, masih ada lampu yang kaya dengan kepribadian bangsa, yaitu lampu naga, lampu awan, lampu istana dan lain-lain, boleh dikata seribu pose seratus gaya, warna-warni bersaingan.
Di aspek model, ada lampu gantung yang berumbai-rumbai, lampu duduk yang indah, lampu dinding yang imut, lampu tenteng yang praktis, lampu putar yang unik; di aspek desain, ada lampu pemandangan atau tokoh, lampu hewan dan tanaman; yang sering ditemukan ada lampu tanduk kambing, lampu harimau, lampu ikan mas koki, lampu bola sulam, lampu panjang umur, lampu aneka bunga, lampu sembilan sinar, lampu terang terus, lampu giok hijau, lampu bunga teratai, lampu sembilan teratai, lampu sawi putih, masih ada lampu yang kaya dengan kepribadian bangsa, yaitu lampu naga, lampu awan, lampu istana dan lain-lain, boleh dikata seribu pose seratus gaya, warna-warni bersaingan.
Ada lampu berdesain tokoh, bermacam-macam tokoh sejarah, tokoh
sandiwara, tokoh dongeng ditampilkan seakan hidup, misalnya “Mulan masuk
militer” (木兰从军), “Wanita langit menyebar bunga” (天女散花), “Daiyu mengubur bunga” (黛玉葬花), “Chang’e naik ke bulan” (嫦娥奔月), “Naca mengacau di laut” (哪吒闹海), “Delapan dewa menyeberang laut” (八仙过海), “Guangong membaca Chunqiu” (关公夜看春秋), “Li Bai mabuk” (李白醉酒), “Wei Zheng memenggal naga” (魏政斩龙), “Wu Song menghajar harimau” (武松打虎) dan lain-lain.
Menurut catatan Peristiwa Awal Tahun Tianbao (开元天宝遗事), baginda Xuanzong (唐玄宗) Li Longji (李隆基) pernah memerintahkan membuat menara lampu yang tingginya 50 meter, sinarnya menerangi Chang’an (长安). Kakak Yang Guifei (杨贵妃) Hanguo Furen (韩国夫人) tidak mau kalah, khusus membuat sebuah “Pohon lampu seratus cabang” (百枝灯树),
tingginya 67 meter, didirikan di atas gunung, ketika dinyalakan pada
Capgome malam, terlihat dalam radius 50 kilometer, sehingga pesta lampu
Capgome semakin gilang gemilang.
Pembuatan lampu pada zaman Song (宋) lebih mewah dan nyentrik dari pada zaman Tang (唐), jenisnya lebih banyak, pesta lampu Capgome lebih semarak lagi. Menurut Catatan Rumit Pak Tua Danau Barat (西湖老人繁胜录), di kota Lin’an (临安) pada zaman Song Selatan (南宋), anak perempuan “menari di jalan dengan membawa lampu”, untuk menarik pembeli.
Di warung teh “Selatan Utara” jalan Zhongwa (中瓦), digantung bermacam-macam lampu kaca warna-warni, bermacam-macam lampu spesial, lampu Fuzhou (福州), lampu pagar giok (玉棚灯)dari Pingjiang (平江), lampu mutiara, lampu kain sutra seribu mata; dari warung Qinghe (清河坊) sampai jembatan Zhong’an (众安桥), ada: lampu main pasir, lampu naik kuda, lampu besi api, lampu ikan hidup, lampu pandan, lampu lobster, lampu keluarga berkumpul dan lain-lain. Selain ini, “yang diobral di kaki lima, kebanyakan terbuat dari kertas.”
Di warung teh “Selatan Utara” jalan Zhongwa (中瓦), digantung bermacam-macam lampu kaca warna-warni, bermacam-macam lampu spesial, lampu Fuzhou (福州), lampu pagar giok (玉棚灯)dari Pingjiang (平江), lampu mutiara, lampu kain sutra seribu mata; dari warung Qinghe (清河坊) sampai jembatan Zhong’an (众安桥), ada: lampu main pasir, lampu naik kuda, lampu besi api, lampu ikan hidup, lampu pandan, lampu lobster, lampu keluarga berkumpul dan lain-lain. Selain ini, “yang diobral di kaki lima, kebanyakan terbuat dari kertas.”
Pada zaman Ming (明) dan Qing (清), pusat pasar lampu di Beijing (北京), Nanjing (南京)
dan lain-lain siang hari memajang lampunya untuk dijual, malam hari
menyalakannya, penonton lampu berbondong-bondong berdesak-desakan,
aliran manusia tiada putus-putusnya. Di antara lampu-lampu yang bersaing
keindahan dan keunikan, yang paling menonjol ialah lampu putar.
Sebetulnya pada zaman Selatan Utara (南北朝) lampu putar telah diciptakan. Catatan Tahunan Jingchu (荆楚岁时记)
mencatat, “lampu bagaikan aliran api”. Karena kap lampu berputar,
gambar kudanya seakan berlari tak henti-hentinya, maka lampu putar juga
disebut “lampu kuda pacu” (走马灯).
Rahasia berputarnya kap lampu, adalah baling-baling di atas lilin, karena pembakaran menghasilkan panas, udara berkonveksi terus, menjadi angin panas mendorong baling-baling berputar, kap lampu yang satu as dengan baling-baling ikut berputar, gambarnya tentu berputar juga, berputar terus, tak henti-hentinya.
Ilmuwan Inggris Joseph Lee dalam karyanya Sejarah Ilmu Pengetahuan dan Teknik di Tiongkok (中国科学技术史) menganggap, lampu kuda pacu adalah sebuah ciptaan penting rakyat Tiongkok kuno. Salam kebajikan. Selamat merayakan Festival Lampion atau Capgome.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat dan menurut Anda bisa mengilhami orang untuk menjadi baik dan berbuat kebajikan, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini; Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Rahasia berputarnya kap lampu, adalah baling-baling di atas lilin, karena pembakaran menghasilkan panas, udara berkonveksi terus, menjadi angin panas mendorong baling-baling berputar, kap lampu yang satu as dengan baling-baling ikut berputar, gambarnya tentu berputar juga, berputar terus, tak henti-hentinya.
Ilmuwan Inggris Joseph Lee dalam karyanya Sejarah Ilmu Pengetahuan dan Teknik di Tiongkok (中国科学技术史) menganggap, lampu kuda pacu adalah sebuah ciptaan penting rakyat Tiongkok kuno. Salam kebajikan. Selamat merayakan Festival Lampion atau Capgome.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat dan menurut Anda bisa mengilhami orang untuk menjadi baik dan berbuat kebajikan, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini; Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar