Kebajikan (De 德) - Mao Kong adalah seorang yang hidup pada jaman Chun Qiu, berasal dari kerajaan Qi. Suatu ketika ia pergi mengunjungi seorang sahabat yg baru pulang dari kerajaan Chu, namanya Ai Zi. Mao Kong bercerita kepada Ai Zi bahwa ada seekor itik yang sekali bertelur bisa sampai 100 butir. Ai Zi menggeleng-gelengkan kepala tanda tidak percaya.
Mao Kong lantas meralat, mungkin saya yang salah, 2 ekor itik sekali bertelur sampai 100 butir. Ai Zi tetap saja menggelengkan kepalanya. Mao Kong melihat Ai Zi tidak percaya berkali-kali meralat jumlah itik, terus memambah jumlah itik sampai 10 ekor.
Akhirnya Ai Zi mengeluh kepada Mao Kong, “di dunia ini mana ada itik sekali bertelur menghasilkan 100 butir? kenapa kamu tidak mengurangi jumlah telurnya?.”
Mao Kong dengan sewot menjawab, “karena tidak ada, jadi aneh.” Ai Zi melihat Mao Kong bersikukuh dengan jumlah telur tersebut maka diam saja tidak berkomentar lagi.
Mao Kong lantas bercerita lagi. “Bulan lalu, langit menjatuhkan sepotong daging, panjangnya 30 chang – lebar 10 chang.”
“Tidak masuk akal” jawab Ai Zi.
“Kalau begitu panjangnya 20 chang” ralat Mao Kong.
Ai Zi berkomentar, “mustahil”.
Karena sudah habis kesabarannya, Ai Zi tanpa segan bertanya kepada Mao Kong, “kamu lihat di dunia ini mana ada sepotong daging panjangnya mencapai 20 chang-lebar 10 chang?”
Lantas bertanya lagi, “itik yang kamu bicarakan tadi, sekali bertelur bisa 100 butir milik siapa? Sepotong daging tadi jatuh dimana?”
Mao kong hanya terdiam saja tidak dapat menjawab, akhirnya dia berkata dengan jujur bahwa ia mendengar dari seseorang di tengah jalan. Semenjak itu semua orang menjadi tidak percaya dengan perkataan Mao Kong.
Oleh karena itu, kita tidak boleh menyebarkan gosip yang tidak ada buktinya, gosip akan mencelakai orang lain dan juga diri kita sendiri. Yang sudah terbukti kebenarannya baru dapat di katakan.
Masyarakat sering menggunakan pepatah Tiongkok, "dao ting tu shuo (道听涂说)" untuk mengiaskan seseorang yang sembarang menyebarkan kabar burung atau gosip.
Sembilan hal yang dipikirkan seorang Kuncu (Susilawan) :
1. Melihat sesuatu selalu dipikirkan sudahkah benar-benar terang.
2. Mendengar sesuatu selalu dipikirkan sudahkah benar-benar jelas.
3. Wajahnya selalu dipikirkan sudahkah ramah-tamah.
4. Sikapnya selalu dipikirkan sudahkah penuh hormat.
5. Kata-katanya selalu dipikirkan sudahkah penuh setia.
6. Pekerjaannya selalu dipikirkan sudahkah dilakukan dengan sungguh-sunguh.
7. Dalam keragu-raguan selalu dipikirkan sudahkan dapat bertanya dengan baik.
8. Di dalam marah selalu dipikirkan benar-benar apa kesukaran yang diakibatkannya.
9. Di dalam melihat keuntungan selalu dipikirkan sudahkah sesuai dengan Kebenaran.
(Lun Gi XVI : 10) Salam kebajikan
Tidak ada komentar:
Write komentar