Di antara periode Musim Semi dan Musim Gugur, Kaisar Ci menunjuk Bao Shuya sebagai jenderal untuk menyerbu negara Lu. Kaisar Lu sangat ketakutan ketika mendengar hal ini. Perdana menterinya, Shi Bo merekomendasi seorang pertapa bernama Cao Gui untuk bertahan. Dengan usaha keras, barulah dapat merayu Cao Gui untuk menerima jabatan ini, namun dia hanya ingin bekerja sebagai penasehat militer bukan jenderal.
Bao Shuya tidak menanggapi musuhnya dengan serius karena dia pernah menaklukkan tentara Lu sebelumnya. Dia ingin sekali langsung menyerang Lu untuk menangkap Kaisar Lu hidup-hidup.
Pada hari pertempuran, suara genderang dan tambul bersahutan yang sangat memekakkan telinga terdengar dari sisi tentara Ci dan tentara Ci segera menyerang tentara Lu.
Pada saat ini, Cao Gui meminta Kaisar Lu Zhuang untuk tidak memberi sinyal dengan memukul genderang yang menandakan tentara Lu harus melawan. Cao Gui berkata, “Tunggu sebentar. Sekarang ini semangat musuh sangat tinggi. Kita hanya perlu mempertahankan diri kita sendiri saat ini. Jangan sembarangan bertindak.”
Setelah tentara Ci menyerbu, mencoba dengan sia-sia menembus garis pertahanan tentara Lu. Digagalkan, Bao Shuya menginstruksi serangan lainnya tapi tidak berhasil. Namun, kegagalan tentara Lu melawan serangan tentara Ci dalam dua kali ini membuat Bao Shuya yakin bahwa tentara Lu sangat ketakutan untuk melawan tentara Ci dalam pertempuran. Dia berpikir bahwa pada serangan ke tiga tentu saja akan mematahkan pertahanan Lu, lalu tentara Lu akan segera runtuh. Jadi dia menginstruksi serangan ke tiga.
Namun pada saat ini, ketika Cao Gui mendengar pukulan genderang ke tiga dari pasukan Ci, dia berkata pada Kaisar Lu, “sekarang waktunya memukul genderang kita dan menyerang balik!”. Tentara Lu segera menyerang balik ketika mendengar suara genderang tempur sendiri, dan barisan tentara Ci segera roboh diserang.
Sesudah itu, ketika Kaisar Lu ingin mengejar musuh yang melarikan diri, sekali lagi Cao Gui menasehati raja menunggu hingga dia memeriksa jejak kaki kuda dan kereta pertempuran dan mengamati petunjuk dimana pasukan Ci melarikan diri. Lalu dia memberi lampu hijau untuk tentara Lu mengejar.
Kemudian raja bertanya pada Cao Gui, “Mengapa menunggu hinga serangan musuh ke-tiga? Dan mengapa tidak langsung mengejar tentara Ci yang mundur?”.
Cao Suei menjawab, “Setelah genderang ke tiga, semangat juang musuh sudah tidak setinggi saat genderang pertama. Sedangkan, semangat juang prajurit kita mencapai puncaknya karena kita barusan memukul genderang yang pertama kali.
Juga, kita mengejutkan musuh karena apa yang terjadi setelah dua serangan pertama, mereka mengira kita hanya berdiri mengertak daripada menyerang balik mereka, dan unsur kejutan tersebut menjamin kita menang.
Kemudian, resiko ditipu oleh musuh selalu ada, jadi kita harus memeriksa jejak roda dari kuda dan kendaraan perang dalam rangka memastikan bahwa musuh sungguh-sungguh lari dalam kondisi panik sebelum kita dapat dengan aman menyerang musuh.”
Dalam bahasa militer, "Menunggu Musuh Keletihan Demi Kemudahan Kita," artinya Ketika pertempuran dimulai, tidaklah perlu memukul dengan kekuatan penuh dan melawan segera. Kadang-kadang kita perlu melemahkan lawan kita dengan lambat atau dengan menghindari mereka dalam pertempuran langsung. Tunggu dan menghemat kekuatan hingga lawan letih dan mulai kehabisan tenaga. Ini akan meratakan kekuatan relatif ketika melawannya dalam pertempuran. Salam kebajikan (Minghuischool)
Tidak ada komentar:
Write komentar