KEBAJIKAN ( De 德 ) - Mungkin kita semua tahu bahwa masalah dan tekanan hidup dapat mengubah suasana hati seseorang, namun hanya sedikit yang mengakui bahwa kita dapat menerima dampaknya juga.
Satu contoh adalah ketidakseimbangan gula darah. Jika tingkat gula darah menurun drastis, akan menyalakan respon stres (tekanan) dalam tubuh, yang pada gilirannya akan memengaruhi ketegangan dan kegelisahan seseorang.
Tentu saja, selalu ada kemungkinan bahan makanan yang memiliki efek pencegahannya dan membantu kita mencapai atau memelihara kondisi ketenangan.
Salah satu tumbuhan yang memiliki reputasi ini adalah teh. Menariknya, studi yang dipublikasikan baru-baru ini di American Journal of Clinical Nutrition menemukan bahwa orang dewasa Jepang yang meminum teh paling tidak lima gelas teh hijau setiap harinya mengalami penurunan "kesulitan psikologis" 20 persen dibandingkan mereka yang hanya mengonsumsi satu gelas atau kurang.
Studi epidemiologi kebiasaan ini tidak membuktikan teh hijau memiliki efek anti stres; hanya saja kebiasaan minum teh hijau dikaitkan dengan peningkatan kesejahteraan mental.
Namun demikian, sedikitnya ada beberapa bukti yang menyatakan bahwa teh dapat memengaruhi peningkatan suasana hati.
Dalam studi yang dipublikasikan beberapa tahun lalu, pengaruh teh terhadap respon stres diujikan ke sekelompok laki-laki . Semua subyek studi menjalani pengurangan minuman berkafein dan mengonsumsi minuman berkafein placebo selama 4 minggu.
Setelah itu, mereka yang menjalani pengujian ini, diukur respon stres sebelum, selama, dan setelah pengujian.
Setelah itu, mereka diberi minuman teh atau minuman placebo untuk dikonsumsi selama 6 minggu, pada titik dimana respon stres akan dicek ulang.
Beberapa pengukuran termasuk detak jantung dan tekanan darah tidak berbeda di antara dua kelompok tersebut, namun, beberapa orang memang menunjukkan perbedaan.
Dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi minuman placebo, mereka yang meminum teh mengalami penurunan aktivasi platelet. (Aktivasi platelet membuat darah lebih memungkinkan untuk membeku dan reaksi ini aktif selama respon stres).
Kelompok yang meminum teh juga mengalami penurunan tingkat kortisol setelah menjalani pengujian. Kortisol adalah hormon utama yang dikeluarkan dalam rangka merespon stres.
Dan akhirnya, kelompok yang meminum teh merasa lebih rileks setelah menyelesaikan seluruh pengujian.
Penemuan ini mengemukakan bahwa meminum teh mungkin paling tidak mempunyai kapasitas untuk mengurangi pengaruh negatif stres. Salam kebajikan (theepochtimes/ dr. john briffa)
Tidak ada komentar:
Write komentar