KEBAJIKAN ( De 德 ) - Maut pasti akan datang menjemput, namun tak ada yang mengetahui kapan waktunya serta tak ada yang menyangka, bahwa liburan keluarga di akhir tahun 2014 dengan menumpang pesawat AirAsia QZ8501 menuju Singapura akan berakhir duka, akibat jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 di sekitar Selat Karimata, Kalimantan Tengah, Minggu 28/12/2014.
Berbagai kisah mengharukan dan kenangan manis dari kisah kru pesawat semasa hidup turut diceritakan dengan harapan doa dapat sampai kepada Almarhum sehingga mereka dapat beristirahat dengan tenang.
Tiada yang lebih bersedih dan berduka selain keluarga kru pesawat AirAsia. Namun mereka harus ikhlas ditinggalkan, yang kini hanya masih berharap agar sanak saudaranya terkasih bisa ditemukan, dari sekian banyaknya korban yang masih belum ditemukan Tim Basarnas, walau dalam keadaan apapun.
Setelah lama menunggu yang disertai doa dan harapan dari keluarga dan sahabat kru pesawat AirAsia, maka kini penantian sejak 28 Desember 2014 terjawab sudah, setidaknya keluarga masih diberi kesempatan untuk melihat jasadnya terakhir kali, setelah jasad B097 atas nama Remi Emmanuel Plesel (46) berhasil ditemukan dan dikenali dari dua jasad yang berhasil diidentifikasi oleh Tim DVI Polda Jatim, Selasa (/10/2/2015), seperti dirangkum dari berbagai sumber.
Remi Emmanuel Plesel, teridentifikasi berdasarkan dari metode primer pemeriksaan gigi, dimana hasil rontgen korban cocok dengan data ante mordem dental record korban semasa hidupnya yang diperoleh dari dokter gigi yang pernah merawatnya. Selain itu, juga dengan menggunakan metode sekunder berupa temuan medis antropologi ada kesamaan jenis kelamin, usia, tinggi badan dan diperkuat dengan temuan properti baju seragam AirAsia dengan uniform 3 bar (pangkat strip 3 di pundaknya) yang menunjukkan sebagai kopilot AirAsia.
Staf Bagian Keselamatan dan Keamanan AirAsia Indonesia, Dono B Sukoco mengaku masih berkoordinasi dengan keluarga kopilot terkait mekanisme pengiriman jenazah ke negara asalnya, Prancis.
"Saat ini, jasad Remi Plesel masih disimpan di ruang pendingin jenazah RS Bhayangkara Polda Jatim. Dan kita menunggu konfirmasi keluarga korban di Prancis," tutur dia.
Seperti yang telah diketahui, Remi Plesel ketika ditemukan dalam keadaan memakai baju pilot dan dasi bertulisan “AirAsia” serta tanda tiga bar di pundaknya oleh Tim penyelam di dalam kokpit pesawat AirAsia QZ8501, dengan posisi masih duduk di kursi. Kondisi jasad sudah tidak utuh dan sulit dikenali, Jumat, (6/2.2015) petang.
Remi Emmanuel Plesel, merupakan Kopilot pesawat AirAsia QZ8501, warga negara Prancis yang mendampingi kapten pilot asal Sidoarjo, Iriyanto. Namun saat insiden jatuhnya pesawat AirAsia QZ 8501, pilot tidak mengemudikan pesawat buatan Prancis tersebut. Data yang diunduh dari black box atau kotak hitam diungkapkan bahwa saat kejadian tersebut pesawat dikemudikan oleh Kopilot Remi Emmanuel Plesel, sementara pilot Kapten Irianto duduk di sebelah kiri dia sebagai pilot monitoring, seeprti yang diungkap oleh Ketua Tim Investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Mardjono Siswosuwarno..
Bersama dengan pilot Iriyanto, Plesel menerbangkan pesawat jenis Airbus A320-200, AirAsia QZ8501 yang terbang dari Bandara Internasional Juanda, Sidoarjo pukul 05.20 WIB menuju Singapura, yang seharusnya tiba di Bandara Internasional Changi, Singapura pukul 08.30 WIB, namun sayangnya, pesawat tersebut hilang kontak pada pukul 06.17 WIB dan jatuh di sekitar Selat Karimata, Kalimantan Tengah, Minggu 28/12/2014.
Pilot sempat minta izin ke menara ATC untuk mengubah haluan dan naik ke ketinggian 38 ribu kaki untuk menghindari awan berbahaya.
Media Prancis menyebut Remi Plesel sebagai Pilot Berpengalaman dan Terlatih
Tidak banyak informasi soal Remi Emmanuel Plesel. Namun seperti dilansir dari media Prancis, dreuz.info, Senin (29/12/2014), Plesel disebutkan sebagai pilot berusia 46 tahun berasal dari Marigot, wilayah Prancis di wilayah Karibia. Remi dilahirkan di Martinique, sebuah pulau yang ada di Laut Karibia yang masih merupakan wilayah Prancis. Namun dia tinggal diketahui tinggal di wilayah Paris.
Remi adalah pilot dengan pengalaman 2.275 jam terbang dan masuk dalam daftar bergengsi pilot-pilot paling berkualitas dan terlatih oleh Federal Aviation Administration (FAA) pada September 2013 lalu. Ia juga menjabat sebagai wakil presiden APPAG, yang merupakan asosiasi pilot profesional keturunan Antillo-Guyanese yang dibentuk sejak 15 November 2001 lalu.
"Plesel merupakan salah satu pilot yang menjalani pendidikan tinggi dan memiliki kesehatan baik yang dididik oleh FAA," demikian tulis dreuz.info yang merupakan situs berita berbahasa Prancis.
Tidak dijelaskan lebih lanjut soal FAA tersebut oleh dreuz.info, namun diketahui bahwa FAA merupakan kependekan dari Federal Aviation Administration, atau otoritas penerbangan federal di Amerika Serikat.
Sosok Kopilot di Mata Keluarga
Pada Minggu (28/12) pagi waktu Prancis, yang berarti Minggu siang atau sore waktu Indonesia, Dewan Kota Marigot datang mengujungi keluarga Plesel di wilayahnya untuk menyampaikan simpati dan duka cita mendalam.
Duka mendalam juga dirasakan keluarga Co-pilot AirAsia QZ8501 berkebangsaan Prancis, Remi Emmanuel Plesel. Rodale Plesel, ibunda Remi merasa hancur dan sedih ketika mendengar kabar buruk tentang sang anak melalui telepon.
"Dia ingin menjadi pilot sejak dia masih kecil," kata Rolande Plesel pada Straitstimes, Senin (29/12/2014) waktu setempat.
Sang Adik juga merasakan duka mendalam. Namun ia bangga dengan dedikasi luar biasa sang kakak dalam dunia penerbangan.
"Ia adalah pilot yang sangat baik. Menjadi seorang pilot adalah panggilan hidupnya dan mimpinya sedari kecil. Dan Ia telah mewujudkan mimpinya tersebut," kata sang adik.
Dijelaskan dia, kopilot Remi telah menetap di Indonesia selama 3 tahun dan bekerja di AirAsia yang merupakan maskapai swasta milik Malaysia.
"Menurutku dia adalah pilot yang mahir, salah satu pilot terbaik," kata Renee.
Perempuan tersebut mengaku tidak banyak berharap atas insiden hilangnya pesawat QZ8501. Dia mengaku pasrah dengan segala kemungkinan yang terjadi lantaran sudah lebih dari sehari kapal terbang tak bisa ditemukan.
"Saat pesawat kemungkinan jatuh dari langit, sangat jarang ada yang selamat," ujar Renne.
Sang ibu bernama Rolande Peronet-Plesel mengatakan dia mendapat kabar hilangnya AirAsia di rumahnya, di Prancis, pada pukul 03.00 dini hari waktu setempat. Kabar itu didapat dari orangtua kekasih kopilot Remi.
"Sekarang kami sedang menunggu kabar. Menurutku, tim pencari tidak akan menemukan pesawat di lokasi yang sama dengan titik akhir," tandas Rolande.
Jasad Kopilot AirAsia QZ8501 Hari Ini Sudah Diserahkan Ke AirAsia Untuk Diterbangkan ke Prancis
Jasad kopilot pesawat nahas AirAsia QZ8501, Remi Emmanuel Plesel diserahkan oleh tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jatim, kepada pihak AirAsia.
"Sudah diserahkan kepada kami dan sudah dipindahkan dari Rumah Sakit Bhayangkara," kata Departemen Safety AirAsia Indonesia, Dono Sukoco di posko Crisis Center Mapolda Jatim, Kamis (12/2/2015), seperti dikutip dari liputan6.com.
Dia menuturkan, penyerahan jenazah kopilot telah dilakukan tadi pagi. Mendiang Remi, sambung dia, pun sudah dibawa ke salah satu tempat di Surabaya. Namun Dono enggan membeberkan kemana jasad tersebut dibawa.
"Yang jelas jasad kopilot itu masih di Surabaya," tutur dia.
Menurut Dono, pemulangan jenazah Remi masih menunggu proses pengurusan surat-surat yang sampai saat ini belum selesai. Juga menunggu pesawat yang akan membawanya ke Prancis. "Kami usahakan secepatnya bisa dikirim ke Prancis."
Pelayanan dan fasilitas yang diberikan kepada jasad sang kopilot tidak jauh berbeda dengan korban lain. Dono menuturkan, AirAsia selalu memfasilitasi pengiriman jasad hingga tiba ke rumahnya masing-masing.
"Apabila ada fasilitas khusus dari pihak AirAsia, kami masih belum tahu, tapi yang menyediakan transport itu biasanya kami," ucap Dono..
Kita doakan semoga Almarhum Remi Emmanuel Plesel mendapat tempat yang layak di sisiNya dan penumpang lainnya dapat segera ditemukan.
Turut berduka cita untuk keluarga yang ditinggalkan dan semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kekuatan dalam menghadapi musibah ini, karena semuanya adalah atas kehendak yang kuasa.
Sobat, Tak selamanya kita diberikan kesempatan untuk memiliki hidup di dunia ini, maka hiduplah dengan sebaik-baiknya dan buatlah menjadi bermakna, bukan hanya untuk diri Anda sendiri, tetapi juga untuk semua orang yang mengenal Anda. Supaya, suatu saat nanti jika kita sudah tiada, kenangan kebaikan kita masih akan tetap hidup di hati mereka semua. Salam kebajikan
Tidak ada komentar:
Write komentar