KEBAJIKAN (De 德) - Pepatah mengatakan, “Diam adalah emas”. Memang, jika saja dalam pendidikan keluarga, orangtua dapat meneratpkan secara tepat seni “Diam”, acapkali dapat menghasilkan efek pendidikan “diam itu lebih baik daripada bersuara”, seperti dilansir dari efcohtimes.
1. Diam digunakan pada isyarat
Ketika orangtua menanamkan pendidikan ideologis dan moral pada anak-anak, menuntut anak-anak harus bisa melakukannya, maka sejatinya Anda harus lebih dulu bisa melakukannya. Sehingga dengan demikian, bisa membuat anak-anak secara sadar membentuk kebiasaan baik dengan meniru perilaku Anda selaku orangtuanya.
2. Diam membuat anak menyerah
Jika orangtua menemukan anak-anak melakukan kesalahan yang agak serius, tetapi tidak tahu situasi yang sesungguhnya, dan agar anak-anak tidak menyembunyikan kesalahan, segera memperbaiki tindakannya yang salah itu, maka Anda bisa mengambil sikap diam. Biarkan anak-anak merasakan tekanannya di tengah keheningan (diam) orangtua, sehingga anak-anak akan menyadarinya sendiri dan menjelaskan duduk persoalannya. Dengan demikian, orangtua bisa memberikan bimbingan yang tepat dengan melihat keadaannya.
3. Diam menggantikan kritik
Ketika orangtua mengkritik dan menegur anak-anak, kebiasaan yang paling mungkin dilakukannya adalah langsung menegur anak-anak di depan umum. Cara kritik dan sikap seperti itu sangat keterlaluan, mudah menyakiti harga diri anak-anak, yang akan memicu timbulnya antipati dan kontradiksi anak-anak. Karena itu, ada kalanya, dengan cara diam menggantikan kritik dan teguran langsung pada anak-anak, justru dapat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
Penggunaan cara diam dalam waktu singkat secara tepat, dapat memberi kesempatan pada diri kita memiliki pemikiran yang jernih, dan kesempatan memilih penggunaan kata-kata sekaligus mengamati reaksi anak-anak. Terutama pada saat terjadi perselisihan antara anak-anak dengan teman-teman sepermainannya, ketika memecahkan masalah seperti ini, Anda dapat menggunakan cara diam secara tepat, mengatasi perselisihan tersebut dengan “kepala dingin” untuk mencairkan suasana, supaya anak-anak bisa agak tenang dan rasional sehingga dengan demikian mereka akan menerima pendidikan orangtua. Salam kebajikan
Tidak ada komentar:
Write komentar