|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Rabu, 11 Februari 2015

Kisah Haru Duka Keluarga, Firasat Mimpi Melihat Tiga Peti Mati dan Foto Selfie Terakhir Anna Widyawati

 


KEBAJIKAN ( De 德 ) -  Hidup ini memang penuh dengan misteri. Tak ada yang pernah menyangka, bahwa liburan keluarga ke luar negeri dengan menumpang pesawat AirAsia QZ8501 menuju Singapura akan berakhir duka, akibat jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 di sekitar Selat Karimata, Kalimantan Tengah, Minggu 28/12/2014.

Berbagai kisah mengharukan dan kenangan manis dari kisah penumpang semasa hidup turut diceritakan dengan harapan doa dapat sampai kepada Almarhum sehingga mereka dapat beristirahat dengan tenang.

Tiada yang lebih bersedih dan berduka selain keluarga penumpang karena hampir sebagian besar penumpangnya adalah sekeluarga. Namun mereka harus ikhlas ditinggalkan sekaligus oleh beberapa orang pada saat bersamaan, yang kini hanya masih berharap agar sanak saudaranya terkasih bisa ditemukan, dari sekian banyaknya korban yang masih belum ditemukan Tim Basarnas, walau dalam keadaan apapun.

Setelah lama menunggu yang disertai doa dan harapan dari keluarga dan sahabat, kini penantian sejak 28 Desember 2014 terjawab sudah, setidaknya keluarga masih diberi kesempatan untuk melihat jasadnya yang terakhir kali, serta memakamkannya dengan layak, setelah jasad B100 atas nama Anna Widyawati (37) berhasil ditemukan dan dikenali dari tiga jasad yang berhasil diidentifikasi oleh Tim DVI Polda Jatim, Rabu (/11/2/2015), seperti dirangkum dari berbagai sumber.

Jasad Anna Widyawati, teridentifikasi berdasarkan metode primer terdapat kecocokan antara dental record semasa hidup dan rontgen setelah pemeriksaan postmortem. Berdasarkan temuan medis dan antropologi juga terdapat kesamaan antara jenis kelamin, usia, dan tinggi badan. Bukti itu diperkuat properti kalung emas dengan gantungan salib serta baju lengan pendek bermotif bunga-bunga yang sesuai dengan analisis CCTV Bandara International Juanda.

Firasat Perpisahan, foto Selfie Anna dan Mimpi Melihat Tiga Peti Mati di Dasar Lautan

    

Anna Widyawati berangkat ke Singapura dengan naik pesawat AirAsia QZ8501, bersama suaminya, Wirantono Kusumo (49) serta anaknya, Nelson Kusumo (11). Keluarga ini berasal dari Dompu, NTB yang membuka usaha dan tinggal di sebuah rumah toko (ruko) di Jalan Jendral Sudirman, Kabupaten Dompu. Dengan ditemukannya Anna, maka suami dan anaknya hingga kini belum ditemukan atau teridentifikasi.

Maut pasti akan datang menjemput, namun tak ada yang mengetahui kapan waktunya. Karenanya, setiap orang masih memiliki kesempatan untuk tersenyum meski pada menit-menit terakhir hidupnya.

Setidaknya, itulah yang dilakukan Anna Widyawati, salah satu penumpang pesawat nahas AirAsia QZ8501, sebelum lepas landas. Dalam foto selfie itu, Anna tampak tersenyum bersama anaknya, Nelson Kusumo (11) di kabin pesawat. Tak ada yang tahu, pesawat itu tidak bakal pernah membawa mereka sampai di Bandara Changi Singapura.

Sebuah firasat perpisahan telah dirasakan Cenny, yaitu keponakan Anna Widyawati. Hal ini karena Anna mengirimkan foto selfie dirinya bersama anaknya di dalam pesawat sebelum pesawat AirAsia QZ8501 lepas landas, kepadanya bersama sang suami di Bandar Udara Juanda, Jawa Timur.

Rupanya ini adalah sebuah firasat perpisahan antara ia dengan mereka. Saat mendengar pesawat yang ditumpangi keluarga Wirantono hilang kontak, Cenny sempat mencoba menghubungi melalui telepon, namun tak ada jawaban.

Wajah Cenny Martan, terlihat sembab, Minggu (28/12) siang. Beberapa kali dia mengusap air matanya dengan tisu. Ditemani Himawan, saudaranya, Cenny tergopoh-gopoh menuju ruang crisis centre di Terminal 2 Bandara Internasional Juanda, Surabaya, Jawa Timur. Dia mendatangi salah satu meja petugas, seperti dilansir dari tribunnews.

"Pak, saya keluarganya Pak Wirantono. Salah satu penumpang Air Asia," ujarnya.

Mendengar itu, petugas langsung meneliti satu persatu nama yang ada di tiga lembar manifes penerbangan.

"Iya, Mbak. Ini nama Wirantono Kusumo ada di nomor 113 daftar manifes penumpang," kata si petugas.

Beberapa kali dia mengusap air matanya dengan tisu, dirinya mengaku cukup akrab dengan sang paman, yang bekerja di Dompu dan seminggu sekali pulang ke Surabaya. Nah, ketika liburan Natal kemarin, Cenny mengaku bertemu dengan Wirantono.

"Sabtu (27/12), kemarin saya ketemu dia," jelasnya.

Menurut Cenny, selain Wirantono yang juga pamannya, Ana Widyawati dan Nelson Kusuma, istri dan anak sang paman juga ikut dalam penerbangan Air Asia QZ8501, jurusan Surabaya - Singapura. Di manifes, ketiga korban berada di nomor berurutan, 113, 114, dan 115.

Keluarga yang tinggal di Jalan BKR Pelajar nomor 53 Surabaya tersebut rencananya akan menghabiskan liburan tahun baru di Singapura.

"Tanggal 3 Januari nanti baru pulang dari Singapura," katanya.

Namun, setelah pesawat yang take off dari Bandara Juanda pukul 05.30 itu dinyatakan hilang kontak, semua keluarga besar Wirantono yang ada di Surabaya langsung panik.

Namun yang membuat Cenny khawatir akan nasib paman, bibi, dan sepupunya tersebut adalah, beberapa hari sebelumnya dirinya mendapat firasat buruk. Cenny yang mengaku tidak pernah bermimpi saat tidur, tiba-tiba bermimpi melihat tiga peti mati di dasar lautan. Dari tiga peti tersebut, dua berhasil diangkat. Sementara yang satunya tidak.

"Saya tidak tahu apa makna mimpi tersebut. Mungkin itu sebuah firasat sebelum ada kejadian. Dan saya jadi takut saat ingat mimpi itu," tegasnya, dengan suara terbata-bata.

Untuk itu, pada pukul 10.32, Cenny mencoba menghubungi Wirantono dengan mengirim pesan melalui BlackBerry Messenger (BBM). Namun hingga sore, pesan tak kunjung dibalas.

"Padahal biasanya, kalau saya 'ping', paman langsung membalas," imbuhnya.

Kini, di tengah belum ada kepastian informasi akan posisi pesawat Air Asia QZ8501 serta nasib para penumpang yang ada di dalamnya, Cenny mengaku hanya berdoa dan berharap agar paman, tante, dan saudara sepupunya selamat.

Selain itu, untuk mendapatkan kepastian nasib ketiganya, dirinya dengan keluarga akan bergantian menunggu di posko pusat krisis.

"Sebelum ada penjelasan resmi tentang nasib paman saya, saya tidak akan pulang. Karena pesan Mama saya seperti itu," tandasnya.

Sementara itu, menurut adik kandung Wirantono Kusumo, Indawati (45 tahun), Wirantono Kusumo bersama istri dan anaknya sebenarnya meninggalkan Dompu untuk berlibur di Johor, Malaysia, tapi mampir di Singapura.


Kita doakan semoga Almarhum Anna Widyawati, mendapat tempat yang layak di sisiNya dan suami serta seorang anaknya juga penumpang lainnya dapat segera ditemukan. Turut berduka cita untuk keluarga yang ditinggalkan dan semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kekuatan dalam menghadapi musibah ini, karena semuanya adalah atas kehendak yang kuasa.

Sobat, Tak selamanya kita diberikan kesempatan untuk memiliki hidup di dunia ini, maka hiduplah dengan sebaik-baiknya dan buatlah menjadi bermakna, bukan hanya untuk diri Anda sendiri, tetapi juga untuk semua orang yang mengenal Anda. Supaya, suatu saat nanti jika kita sudah tiada, kenangan kebaikan kita masih akan tetap hidup di hati mereka semua. Salam kebajikan

Tidak ada komentar:
Write komentar