KEBAJIKAN ( De 德 ) - Seperti yang dikenal umum, sayuran memiliki efek positif pada kesehatan manusia. Banyak survei epidemiologi dan percobaan ilmiah, juga merekomendasikan orang untuk memakan beberapa ratus gram sayuran per hari. Dibandingkan dengan orang yang jarang makan sayur, maka orang yang makan lebih banyak sayuran risiko terhadap kanker, kardiovaskular, hipertensi dan penyakit kronis lainnya lebih rendah.
Tetapi membersihkan, memasak dan cara menyajikan sayuran juga tak dapat dianggap remeh. Penanganan yang tidak tepat, meski makan banyak sayur, mungkin tidak dapat mencapai efek kesehatan yang baik.
Berikut ini adalah 7 mitos keliru tentang masalah sayuran:
1. Sayur yang ada bekas gigitan serangga tidak berpestisida
Tidak tahu sejak kapan bahwa sayuran yang ada bekas gigitan serangga menandakan tidak terpolusi pestisida, sayuran ini lebih aman, pernyataan seperti ini sudah menyebar. Para ahli mengatakan, ada tidaknya gigitan serangga, bukan sebagai standar untuk menilai keamanan sayuran. Gigitan atau lubang serangga hanya menunjukkan sayuran itu diserang hama, tetapi bukan berarti tidak pernah disemprot pestisida.
Sayuran yang ada bekas gigitan serangga mungkin karena pada awalnya tidak ada persiapan pengendalian hama, tapi pada akhirnya untuk menangani hama yang tumbuh besar, maka penggunaan dosis pestisida mungkin akan lebih besar, atau penggunaan konsentrat tinggi pestisida dengan cepat membunuh hama. Sayuran semacam ini beresidu pestisidanya boleh jadi lebih tinggi.
Saat mencuci sayuran, tambahkan sedikit tepung terigu untuk menggosok permukaan sayuran, lalu bilas dengan air, selain efektif menghilangkan residu pestisida, juga dapat mempertahankan nutrisi dalam sayuran.
2. Sayuran berdaun hijau, paling bergizi
Makan buah dan sayuran bermanfaat untuk kesehatan, tetapi hanya sedikit orang yang makan buah dan sayuran sebesar 70% dari menunya per hari. Sebuah penelitian dari University College London, Inggris, menunjukkan bahwa 70% makan buah dan sayuran per hari, bisa lebih sehat dan lebih panjang umur. Ahli gizi merekomendasikan, sebaiknya memilih warna dan jenis buah dan sayuran yang berbeda baru bisa mendapatkan setiap jenis nutrisinya.
Dengan sayuran berdaun hijau sebagai yang utama dan dikombinasikan dengan berbagai sayuran berwarna gelap, seperti labu, wortel, tomat dan lain-lain, dengan demikian akan kaya nutrisi, dan lebih berguna untuk kesehatan. Selain itu, jangan mengabaikan sayuran berwarna putih, seperti bawang bombay, sawi putih, lobak dan lain-lain juga memiliki efek anti-kanker yang baik.
3. Makan sayuran mentah lebih bergizi
Penelitian menunjukkan bahwa dalam masalah makan sayuran, kuncinya adalah bukan seberapa banyak Anda makan, tetapi bagaimana cara memakannya, karena hal itu berkaitan dengan jumlah fitokimia, vitamin dan nutrisi lainnya yang dapat diserap oleh tubuh manusia.
Peneliti melakukan pelacakan dan penelitian terhadap 198 orang Jerman yang menerapkan prinsip-prinsip mengonsumsi sayuran mentah, menemukan bahwa kadar vitamin A sama saja dengan orang pada umumnya, dan tingkat dari β-karoten relatif lebih tinggi daripada orang yang tidak mengonsumsi. Tetapi mereka relatif kekurangan lycopene, hampir 80% dari mereka tingkat lycopene darah di bawah rata-rata orang uumunya.
Makan sayuran mentah berguna untuk mendapatkan lebih banyak nutrisi vitamin C dan asam folat dan sebagainya yang rentan terhadap panas (dimasak), tetapi di dalam sayuran juga mengandung karoten, vitamin K, kalium, magnesium, serat, lycopene dan lainnya yang nutrisinya relatif lebih stabil bila dimasak. Jika makan sayuran mentah yang kaya akan nutrisi seperti ini, malah menghambat penyerapan nutrisi tersebut. Tomat yang telah diolah, kandungan lycopenenya lebih tinggi dari tomat segar. Makan sayuran yang ditumis akan membuat vitamin K memainkan peran yang sehat.
Selain itu, stimulasi sayuran mentah lebih besar terhadap lambung dan usus, bagi orang yang lambungnya bermasalah, dapat berdampak diare dan kembung. Ada sayuran tertentu berisi bahan alami anti-gizi atau beracun, dengan dimasak dapat menguranginya secara drastis, contoh yang paling khas adalah berbagai jenis kacang-kacangan.
4. Minum jus sayur lebih mudah menyerap nutrisi daripada memakannya
Jus sayuran juga merupakan cara masak yang tidak perlu dimasak. Dalam proses membuat jus, sebagian besar nutrisi yang larut dalam air tetap berada di dalam jus, tapi serat yang tidak larut akan tertinggal di dalam ampas dan menghilang, itu tidak bermanfaat untuk pembersihan usus, sangat mengurangi nilai gizi dari sayuran. Database USDA menunjukkan, kandungan serat dari 100 gr jus wortel adalah 0,8 gr, sedangkan 100 gr wortel adalah 2,8 gr.
Beberapa fitokimia dalam sayuran, termasuk banyak antioksidan, dalam proses pengejusan sepenuhnya terurai keluar dan akan teroksidasi oleh oksigen. Dengan demikian vitamin C-nya juga hilang akibat oksidasi.
Beberapa jus sayur dengan cara di blender, jus sayuran seperti ini disebut bubur sayur atau lumpur sayur, meskipun bisa tetap mempertahankan residu, untuk menghindari hilangnya selulosa dan mineral, tapi masalahnya masih ada kerusakan oksidatif.
5. Sayuran yang direndam dalam air bersih dalam jangka lama akan lebih bersih
Beberapa ibu rumah tangga untuk membersihkan lumpur dan tanah dalam sayuran, direndam dengan air bersih untuk jangka waktu lama. Hal tersebut, tidak hanya menghilangkan nutrisi, tetapi juga menyebabkan residu pestisida dalam perendaman menyusup kembali ke sayuran.
Metode terbaik adalah dengan menggunakan air yang mengalir mencuci ulang sayuran 3-4 kali, rendam selama 15-20 menit, dengan demikian membuat sayuran dapat dicuci bersih, juga nutisinya tidak hilang.
6. Memotong sayur dulu dan kemudian mencucinya
Sayuran yang telah dipotong dalam proses pencucian, bidang permukaan yang kontak dengan air, bertambah besar, sehingga vitamin B, vitamin C dan vitamin yang larut dalam air dan mineral akan lenyap. Selain itu, vitamin C melalui bekas potongan kontak dengan udara dan oksidatif akan rusak, semakin dicincang halus, waktu penyimpanan semakin lama, tingkat kerusakan semakin besar. Bersamaan dengan itu ketika memotong sayuran, juga meningkatkan kesempatan tertular bakteri dan menyebabkan risiko kesehatan.
Setelah dicuci baru dipotong adalah urutan yang benar, dengan teliti mencuci bersih sayuran lantas sebisanya dikeringkan airnya kemudian baru memotongnya, itu adalah cara yang terbaik. Selain itu, sayuran yang telah dipotong harus segera dimasak, jika disimpan jangan melewati 2 jam, jika tidak, beberapa nutrisi akan hilang karena oksidasi.
7. Menumis sayur dengan minyak yang banyak lebih harum
Banyak orang ketika menumis sayur, suka menggunakan minyak yang banyak dan waktu memasak yang lama, merasa lebih enak. Tetapi cara ini akan menghilangkan nilai gizi sayuran.
Umumnya sayuran kuat menyerap minyak, jika terlalu banyak minyak saat menumis sayur, maka perbedaan makan sayur dengan vegeratian sudah tidak besar lagi, juga permukaan sayur terbungkus oleh minyak, selain memengaruhi orang menikmati rasa makanan, juga tidak bermanfaat untuk pencernaan dan penyerapan nutrisi. Makan terlalu banyak minyak juga tidak bermanfaat untuk kelangsingan tubuh. Cara yang benar adalah, untuk menumis setiap jenis sayur gunakan minyak tidak lebih dari satu sendok.
Selain itu, asam folat adalah vitamin yang diperlukan oleh setiap tubuh manusia, adalah elemen utama dalam pembuatan sel darah merah dan sel darah putih, banyak ditemukan dalam sayuran berdaun hijau. Karena asam folat memiliki karakteristik larut dalam air, sayuran yang direbus terlalu lama, sebagian besar asam folatnya akan lenyap, dan dengan sedikit minyak menumis sebentar malah dapat mempertahankan lebih banyak asam folat. Salam kebajikan
Tidak ada komentar:
Write komentar