KEBAJIKAN ( De 德 ) - "Cang Shou" maksudnya adalah mengendalikan penyimpanan dan penyusunan buku sejarah dan dokumentari purba. "Zheng Cang" maksudnya adalah memungut bahan yang berkait dengan keadaan semasa dalam masyarakat ketika itu. "Zhu Xia" maksudnya adalah "di pangkal tiang" yang merujuk kepada Laozi yang diberikan tanggungjawab untuk mencatat perkataan raja dan pegawai pegawai dengan bersandar pada tiang di ruangan tengah istana.
Ketika melihat Laozi begitu teliti menjalankan tugasnya di ruangan tengah istana, baginda sangat menghargai kerja kerasnya dan mengijinkan beliau bersandar pada sebatang tiang sambil bekerja. Ini merupakan pengecualian baginda kepada Laozi, karena pegawai yang lainnya harus berdiri ketika sedang bekerja di depan baginda.
Tidak lama setelah itu, baginda menitahkan pelayannya agar meletakkan sebuah meja untuk digunakan Laozi di sebelah tiang itu. Dengan demikian, Laozi dikenal sebagai "Zhu Xia Shi" yang bermaksud pegawai yang mengendalikan urusan sejarah yang bertugas di pangkal tiang. Tugasnya merangkapi penyelidikan, penyusunan dan penyimpanan bahan sejarah.
Setelah diberikan kerja yang sesuai dengan minatnya dalam bidang keilmuan, Laozi bukan saja dapat belajar dari kitab sejarah yang begitu banyak jumlahnya, namun juga dapat mengumpulkan banyak bahan yang terkait dengan keadaan semasa dalam masyarakat ketika itu.
Pada suatu ketika, Putera Chao dan Putera Meng bertarung untuk merebut takhta. Setelah kalah dalam pertarungan itu, Putera Chao melarikan diri ke luar ibu kota dengan membawa semua bahan sejarah dan kitab purba. Sehingga Laozi terpaksa menghentikan kerja rutinnya, karena kehilangan bahan sejarah itu, lalu kembali ke kampung halamannya.
Setelah Raja Jing pada zaman Dinasti Zhou naik takhta, Laozi dipanggil oleh baginda untuk bertugas kembali dalam kerajaan. Namun, jabatannya hanya bertahan dua tahun. Laozi dipercayai pada usia 70-an.
Pada masa jabatan Laozi dipulihkan, Konfusius juga dilantik oleh Raja Ding di Negeri Lu sebagai Pengetua Kaunti Zhongdu. Beliau menyindir dirinya sendiri sebagai "belum menguasai teori hukum sosial, walaupun sudah berumur 51 tahun."
Setelah memulakan tugasnya sebagai Pengetua di Kaunti Zhongdu, Konfusius mendapati masyarakat di tempat itu kurang baik tatasosialnya. Gejala penduduk tempatan bergaduh selepas minum dan mabuk sering kelihatan.
Dengan demikian, Konfusius dan pelajarnya, Nangong Jingshu, berlepas ke ibu kota Luoyang untuk meminta tunjuk ajar dari Laozi tentang "kesantunan dan budi bahasa".
Laozi menerangkan secara terperinci kepada Konfusius dan pelajarnya tentang "kesantunan dan budi bahasa pada zaman Dinasti Zhou." Kata beliau, "kesantunan dan budi bahasa" berfungsi membantu umat manusia membina masyarakat yang harmonis, dan keharmonisan masyarakat akan terkena dampak tanpa pelaksanaan "kesantunan dan budi bahasa" itu. Maka, menurut beliau, kita patut belajar tentang "kesantunan dan budi bahasa" yang dilihat sebagai pengendalian yang bersifat harmoni terhadap diri sendiri.
Setelah mendengarkan penjelasan dari Laozi dengan penuh hikmat, Konfusius merasa amat terharu sehingga meniteskan air matanya. Beliau bertekad akan menyebarkan dan mengamalkan "kesantunan dan budi bahasa" setelah kembali ke kaunti Zhongdu.
Hal ini membuktikan bahawa ajaran Konfusius dan Taoisme mempunyai persamaan yang tertentu, tidak seperti yang dikatakan bahwa keduanya saling bertentangan. Salam kebajikan
Bersambung ke : Bagian 5
Tidak ada komentar:
Write komentar