|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Sabtu, 09 Mei 2015

Kisah Kakek Sebatang Kara Rawat Anak Telantar yang Menggetarkan Hati

 


KEBAJIKAN ( De 德 ) -  Sobat, jika Anda ditanya bagaimana cara kita mengukur ketulusan seseorang, apa jawaban Anda? Atau mungkin Anda berpendapat kalau ketulusan itu malah tak bisa diukur dengan cara apapun? Ketulusan yang datang dari hati yang paling dalam memang seringkali tak bisa dilihat oleh mata, tapi dirasakan oleh hati.

Seorang kakek sebatang kara telah membuat hati siapa saja yang mendengar kisahnya terharu. Kakek berusia 70 tahun ini sudah merawat seorang anak terlantar selama 14 tahun. 


Dilansir dari shanghaiist.com, kakek bernama Li Yuhua itu sudah tinggal di daerah pegunungan di provinsi Anhuai selama 20 tahun. Dulu ia bekerja sebagai petugas keamanan kuil Shenquan di daerah tersebut. Hingga pada suatu hari ia menemukan anak perempuan terlantar di pintu rumah sakit.

Kakek Li Yuhua merawat Ceng Hui
Pada tahun 2001, Li menemukan anak perempuan terlantar di pintu masuk sebuah rumah sakit di kota Xiao. Lalu ia membawa anak perempuan tersebut pulang dan memberinya nama Chen Hui. Chen Hui rupanya lahir dalam keadaan yang kurang sempurna, ia menderita serebral palsi dan epilepsi. 


Kakek Li Yuhua dan Ceng Hui meditasi bersama
Berkat donasi dan sumbangan, Chen Hui sempat mendapatkan perawatan di sejumlah rumah sakit di Beijing. Sayangnya, kondisi kesehatannya tak kunjung membaik. Untuk biaya kebutuhan sehari-hari, Li menggantungkan pada subsidi pemerintah. Li mendapatkan 2.000 RMB (sekitar 4,2 juta rupiah) dan Chen Hui 400 RMB (sekitar 840 ribu rupiah) per bulannya. Terkadang, mereka juga mendapat kiriman nasi, mie, dan telur dari para donatur.

Kakek Li Yuhua menggendong Ceng Hui untuk meditasi bersama
"Kami memang hidup miskin tapi bisa hidup bahagia bersama-sama," ujar Li. Setiap hari Li akan mengajak Chen Hui untuk bermeditasi bersama. Li akan menggendong putri angkatnya tersebut ke tempat mereka berdua meditasi.

Meski mungkin hidup sang kakek tak pernah bergelimpangan harta, namun ia tetap memiliki hati yang kaya. Di usia senjanya, ia masih merawat seorang anak yang sama sekali tak memiliki ikatan darah dengannya. Betapa tulusnya sang kakek mau mengadopsi Chen Hui dan menjaganya hingga saat ini. Sobat, kita doakan yang terbaik untuk mereka, ya. Salam kebajikan (Sumber)

Tidak ada komentar:
Write komentar