KEBAJIKAN ( De 德 ) - Sebuah surat berusia 500 tahun ditemukan di sebuah makam tua di Kota Andong, Korea Selatan. Tak hanya sepucuk surat, di dalam makam tersebut juga ditemukan sepasang sandal tua. Surat dan sepasang sandal itu ternyata adalah bagian dari jenazah pria yang dimakamkan tersebut.
Dilansir dari koreaboo.com, bulan April 1998, para arkeolog membongkar peti mati dari pria bernama Eung Tae Lee, pria dari abad ke-16 yang meninggal di usianya yang baru 30 tahun. Saat makamnya dibongkar, para arkeolog menemukan sepucuk surat yang rupanya ditulis oleh sang istri. Juga ada sepasang sandal yang dibuat sendiri oleh istri dari rambut dan jalinan kulit.
Dari isi surat tersebut, terlihat jelas kalau sang istri sangat berduka karena suaminya meninggal di saat ia sedang hamil. Seperti apa isi surat tersebut?
Dilansir dari koreaboo.com, bulan April 1998, para arkeolog membongkar peti mati dari pria bernama Eung Tae Lee, pria dari abad ke-16 yang meninggal di usianya yang baru 30 tahun. Saat makamnya dibongkar, para arkeolog menemukan sepucuk surat yang rupanya ditulis oleh sang istri. Juga ada sepasang sandal yang dibuat sendiri oleh istri dari rambut dan jalinan kulit.
Makam tua dengan sepucuk surat dan sepasang sandal dalam liang yang sama. |
"Kepada Ayah Won
1 Juni, 1586
Kau selalu berkata, "Sayangku, mari kita habiskan hidup bersama hingga akhir hayat dan meninggal di hari yang sama." Tapi bagaimana kau meninggal lebih dulu? Kepada siapa kini aku dan putraku mengadu dan bagaimana kami hidup selanjutnya? Teganya kau meninggalkanku lebih dulu.
Ingatkah bagaimana kita dulu saling menautkan hati masing-masing? Setiap kali kita tidur berbaring bersama, kau selalu bilang, "Sayangku, apakah orang lain bahagia dan saling mencintai seperti kita? Apakah ada yang sebahagia kita di luar sana?" Betapa teganya kau melupakan itu semua dan meninggalkanku sendiri?
Aku tak bisa hidup tanpamu. Aku hanya ingin pergi bersamamu. Ajaklah aku pergi bersamamu. Perasaan cintaku padamu tak akan pernah luntur dan penderitaan ini terasa makin menyiksa saja. Bagaimana aku menata hatiku sekarang dan bagaimana aku membesarkan seorang anak yang akan selalu merindukanmu?
Tolong baca surat ini dan berikan jawabanmu melalui mimpiku. Karena aku ingin mendengar penjelasan lengkapmu dalam mimpiku, kubuat surat ini dan kuletakkan di dekatmu. Lihatlah lebih dekat dan bicaralah padaku.
Entah kapan aku melahirkan bayi yang kukandung ini, siapa pula nanti yang bisa ia panggil ayah? Adakah orang yang bisa merasakan penderitaan yang kualami? Hanya aku yang merasakan tragedi pedih ini di muka bumi.
Kau hanya berada di tempat yang berbeda dan tak merasakan rasa duka yang dalam seperti yang kurasakan. Selamanya aku akan menderita. Tolong baca surat ini dan temui aku dalam mimpi, aku ingin melihatmu, aku aku ingin mendengar jawabanmu. Aku percaya aku bisa melihatmu dalam mimpi. Datanglah diam-diam dan tunjukkan dirimu. Ada banyak hal yang ingin aku katakan..."
Sungguh mengharukan sekali, ya Sobat. Sudah ratusan tahun berlalu, tapi perasaan duka sang istri karena ditinggal suaminya masih bisa kita rasakan. Orang yang kita cintai memang bisa pergi sewaktu-waktu. Tapi perasaan cinta kita padanya 'kan abadi selamanya. Salam kebajikan (Sumber)
Tidak ada komentar:
Write komentar