KEBAJIKAN ( De 德 ) - Bagaimana jika seandainya terlalu sensitif dan selalu menaruh curiga karena bawaan (lahir) ? Setiap orang memiliki karakter yang berbeda, namun, mereka yang sifatnya suka menaruh curiga sulit bergaul dengan orang lain, rentan menimbukkan kesalahpahaman dan masalah yang tidak perlu, lalu apakah kedokteran punya cara untuk memperbaiki karakter demikian ? Dan sebagai anggota keluarga terdekat bagaimana menyikapinya ?
Manusia, sebagai makhluk yang berakal, dimana ketika memperhatikan dan mengamati sesuatu yang mencurigakan di sekitar, sedikit banyak pasti akan menaruh curiga melihat segala sesuatu yang tidak biasa, dan ini bukanlah hal yang buruk , karena itu untuk bertahan hidup. Rasa curiga itu sendiri merupakan pembawaan sejak lahir, dan itu dimaksudkan agar bisa bertahan hidup di dalam suatu lingkungan.
Kecurigaan yang normal, tidak akan sampai menimbulkan masalah. Namun, jika sudah berlebihan, maka curiga itu pun sudah menjadi “penyakit mental”, prasangka yang berlebihan, bahkan mungkin mencurigai, atau mungkin sudah menjadi curiga, maka hal ini menjadi tidak positif lagi.
Bagi mereka yang pernah membaca atau menyaksikan film kolosal tentang “Kisah Tiga Negara”, pasti tahu kalau Cao Cao punya sifat curiga yang berlebihan, yang membuat orang segan untuk menyanjungnya. Cao Cao pernah mengatakan “Lebih baik saya mengkhianati dunia daripada membiarkan dunia mengkhianati saya.” Sekeluarga Lü Bo-shi dibunuh oleh Cao Cao, 9 nyawa yang tidak bersalah tewas mengenaskan di tangannya.
Sementara dari sisi kedokteran, ada sebuah kisah yang terkenal, yakni tentang tabib sakti Hua Tuo yang dipilih Cao Cao sebagai tabib pribadinya. Karena Hua Tuo melihat ada tumor di otak Cao Cao dan harus dioperasi, namun, oleh Cao Cao, Huo Tuo dikira mata-mata yang diutus jenderal Guan Yu untuk membunuhnya, sehingga ia pun tewas ditangan Cao Cao, sementara Cao Cao sendiri akhirnya juga tewas karena serangan tumor otak.
Bisakah kedokteran Timur - Barat menyembuhkan penyakit curiga ?
Jika karakteristik dari curiga itu disebut “penyakit”, itu berarti harus diobati. Tetapi, jika ingin mengobati “penyakit” tersebut, sebenarnya tidak ada “obat” yang praktis dan efektif; demikian juga dengan kedokteran Timur maupun Barat sama saja, tidak bisa mengobatinya.
Menurut “psikiater”Barat, bahwa ia (curiga) berhubungan dengan “sugesti negatif”. Untuk pengobatannya terutama dengan “pengobatan mental”, misalnya, memberikan bimbingan pengetahuan tentang bahaya terkait prasangka yang berlebihan. Meminta penderita agar tanpa ragu mengatasi paranoia (gangguan kepribadian dengan sifat curiga yang berlebihan), memperlakukan orang lain dengan sikap yang baik, ramah dan nalar yang tinggi ; misalnya, menyarankan penderita untuk berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat (komunitas), secara jujur, tulus dan terbuka mengemukakan kepada komunitas tentang keraguan Anda, berbicara dalam suasana kekeluargaan, mungkin dapat menyingkirkan kecurigaan.
Adapun mengenai pengobatan Tiongkok, harus dibedakan “sebab penyakit”. “Penyakir curiga”, harus dianalisis dari sudut pandang (sebab) internal, yang meliputi sukacita, emosi, khawatir, sedih, takut, terkejut dan aspek lainnya, selain “sukacita”, kesemuanya itu berkemungkinan menyebabkan penyakit ; hanya saja, khawatir, panik, rasa takut itu dipastikan erat hubungannya. Rasa cemas akan berefek (mencederai) limpa, rasa takut, panik berefek pada ginjal, mungkin dengan cara saling mendorong dan mengatasi di antara kelima unsur yaitu logam, kayu, air, api dan tanah (konsep Tiongkok kuno dalam ilmu Pengobatan Tradisional Tiongkok), akan dapat mengobati penyakit (paranoia).
Dari sisi pendidikan, di mana untuk merubah secara fundamental rasa curiga seseorang, menurut saya akan jauh lebih baik daripada mengobati dengan penggunaan obat-obatan atau terapi penyembuhan lainnya.
Orangtua khawatir anak-anaknya menemui bahaya di luar rumah, sehingga mengajari (mewanti-wanti) mereka untuk lebih berhati-hati dengan gejala yang tidak biasa di sekitar. Menyuruh mereka agar menjauhi bahaya, dan kerap menasihati anak-anak mereka “kita tidak boleh mempunyai niat untuk mencelakakan orang lain, tetapi juga tidak boleh lengah”. Ini sah-sah saja, lagipula memang harus begitu, namun, kemungkinan ini justru membuat anak-anak salah tafsir, menjadikan itu sebagai pertahanan psikologis yang berlebihan, dan fenomena ini umumnya semakin parah.
Sehingga dalam benak mereka akan selalu timbul rasa curiga, kalau semua orang di sekelilingnya kemungkinan akan merugikan (membahayakan) dirinya, maka sifat curiga yang berlebihan itu pun rentan terjadi. Setiap orang dianggap sebagai musuh, kecurigaan dengan kewaspadaan ekstrem itu sebenarnya merupakan sikap yang tidak sehat. Salam kebajikan (Sumber)
Tidak ada komentar:
Write komentar