KEBAJIKAN ( De 德 ) - Pada dinasti Qing, di kota Zouping ada seorang pria yang bernama Su Cheng, orangnya selalu murah hati dan sering melakukan hal-hal baik bagi orang lain. Dari tempat tinggal Su Cheng di jalan desa sekitar sepuluh mil, terdapat sebatang pohon willow tua besar yang rimbun dedaunan, pada musim panas setiap pejalan kaki yang melalui jalan ini sering beristirahat di tempat teduh di bawah pohon ini.
Pada suatu tahun di musim panas, Su Cheng pulang dari luar daerah, cuaca sangat panas. Dia bergegas berteduh dibawah pohon, melepas topi dan membuka kancing bajunya, segera angin segar berhembus sehingga dia merasa agak sejuk. Pada saat ini, dari arah timur pohon itu datang dari seorang buta yang berjalan perlahan dengan bantuan tongkat.
Si buta setelah berada di bawah pohon, menggerutu sendiri, mengatakan: “Nasib buruk hari ini, setengah hari masih belum mendapatkan sepeser pun, dan sekarang beruntung dapat berteduh di bawah pohon ini. Sekarang saya akan membantu pohon ini meramal nasibnya melihat bagaimana nasib pohon willow ini? ”
Sebentar kemudian terdengar suara si buta yang berkata dengan terkejut “Benar-benar menyedihkan, pohon willow ini akan segera mati, seperti meramal nasib orang mati ..” Lalu ia menghela napas, dan perlahan menjauh dari tempat tersebut.
Pada awalnya, Su Cheng berpikir perkataan si buta hanya omong kosong, dia tidak begitu peduli. Setelah beberapa saat, beberapa orang asing tiba di bawah pohon , di tangan mereka membawa kapak, gergaji dan alat pertukangan lainnya. Orang tersebut memberitahu Su Cheng mengatakan: “Sekarang kami harus menebang pohon ini ”
Su Cheng sangat terkejut mendengar perkataan orang tersebut:. “Pohon-pohon tumbuh di pinggir jalan, jika menebang pohon ini, orang ramai yang melalui jalan ini, tidak ada tempat berteduh lagi di musim panas,” orang asing tersebut berkata: “Pemilik pohon telah menjual pohon tersebut kepada kami,”, ujarnya sambil menunjukkan tanda bukti pembayaran.
Su Cheng berkata kepada orang yang akan menebang pohon tersebut: ” Saya bersedia untuk membeli Anda atas dasar harga asli, ditambah beberapa ribu untuk membeli pohon ini, untuk memastikan bahwa pohon ini tidak ditebang, sehingga berguna bagi pejalan kaki, apakah kalian bersedia?” “Baiklah ” dan mereka berjanji keesokan hari melakukan transaksi pembayaran.
Su Cheng sangat kaget dalam hatinya berpikir si buta dapat meramal nasib pohon tersebut akan segera di tebang, apakah peramal tersebut adalah dewa? Tetapi jika dia dewa kenapa dia tidak bisa meramalkan ada orang yang membeli pohon ini? Lalu dia bergegas mengejar orang buta tersebut yang belum pergi terlalu jauh.
Ketika sudah terkejar, Su Cheng bertanya: “Tuan, tahukah ramalan kamu terhadap pohon tersebut tidak tepat?” ” Si buta menjawab: “Apakah yang engkau katakan benar, sesungguhnya saya telah meramalkan ada orang yang akan membeli pohon ini, tetapi di dunia ini orang baik seperti itu sudah terlalu sedikit, sehingga pada saat itu saya tidak bisa memastikan. ”
Su Cheng mengatakan, “Orang yang membeli pohon tersebut adalah saya!”
Si buta berkata, “Berbuat kebaikan untuk kepentingan orang banyak, tentunya tuan adalah seorang yang sangat baik, kesialan akan segera menghilangkan, keberuntungan akan menyertai Anda.”
Berikutnya Su Cheng berkata, “Saya ingin bertanya sedikit mengenai masa depan saya, Dapatkah tuan memberi sedikit petunjuk?”
Si buta berkata, “Tuan hari ada malapetaka. Tetapi karena tuan telah membeli pohon tersebut mengumpulkan pahala, mungkin akan terjadi keajaiban, tetapi sebagai satu syarat, tuan harus bersabar, kesabaran yang benar-benar luar biasa, dengan begitu maka malapetaka tersebut akan berlalu.”
Su Cheng mendengar bahwa akan terjadi malapetaka segera lari pulang ke rumahnya. Setelah sampai di rumah, dalam keremangan cahaya dia melihat istrinya sedang memeluk seorang pemuda di ranjangnya. Su Cheng melihat kejadian tersebut sangat emosi, segera mengambil golok ingin memberi pelajaran kepada mereka berdua. Tetapi tiba-tiba dia teringat peringatan dari si buta untuk bersabar yang benar-benar luar biasa, ia menahan amarahnya, dan menggoyang bangun istrinya yang sedang tertidur berkata, “Istriku, Bangun! Siapa yang kau peluk itu?”
Istri Su Cheng setelah bangun berkata, “Ini khan Jiu Na, anak kita.” Agak terkejut istrinya bertanya lagi, “Kenapa nada suaramu marah?”
Su Cheng dengan cermat melihat, benar putrinya yang sudah remaja itu yang sedang tertidur di ranjang. Lalu sambil tertawa dia berkata, “Kenapa dia memakai pakaian pria?” Istri Su Cheng menjelaskan: ”Hari ini adalah ulang tahun saya, karena merindukan seorang putra dan tak kunjung mendapatkan, saya menyuruh dia menyamar sebagai seorang pemuda sebagai hadiah ulang tahun.”
Su Cheng berkata, “Hari ini kalian berdua hampir mati di tangan saya, beruntung saya bertemu dengan seseorang yang terlebih dahulu memperingati saya sehingga malapetaka tersebut dapat dihindari.” Lalu Su Cheng menceritakan kejadian dia membeli pohon, karena telah berbuat kebajikan, sehingga dia tertolong, pada tahun berikutnya istrinya melahirkan seorang putra. Salam kebajikan (Sumber)
Tidak ada komentar:
Write komentar