KEBAJIKAN ( De 德 ) - Istilah pahlawan tanpa tanda jasa di Nusantara ini adalah simbol dari seorang guru. Peran seorang pendidik atau guru sangat penting dalam perkembangan hidup seseorang. Dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, tidak pernah lepas dari sosok seorang guru.
Mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan bahkan sampai membuat solusi jika muridnya mendapatkan masalah, adalah hal yang wajib dilakukan oleh seorang guru. Maka dari itu, pentingnya moral yang diajarkan seorang guru yang dianggap sebagai seorang pahlawan.
Hormat Pada Guru
Hormat Pada Guru
Dalam sejarah Tiongkok kuno, guru sangat dihormati, tidak hanya seperti orangtua tapi bagaikan pahlawan besar. Ada catatan dari “Book of Rites” (禮記 lǐ jì) menyatakan bahwa guru yang dihormati maka ilmu pengetahuan dapat dihormati. Ketika ilmu pengetahuan dihormati maka saat itu belajar dianggap penting.
Banyak sekali aturan yang mendasari hubungan antara guru dan murid secara menyeluruh. Aturan yang mendasar tersebut adalah tata cara berdiri, bertemu, berbicara, makan bahkan berpakaian. Ada beberapa contoh etika yang harus dilakukan oleh murid di zaman Tiongkok kuno. Ketika siswa pergi bersama guru, maka siswa harus mengikutinya dari belakang.
Jika murid berpapasan dengan guru di jalan, maka murid harus berdiri tegak di depan guru dan menyatukan tangan untuk menghormatinya. Apabila ingin berbicara dengan guru, maka harus menunggu guru selesai mengajukan pertanyaan, baru kemudian menjawab. Selain etika dan tata krama yang begitu ketat dijalankan, ada juga hal tabu yang masih dipercaya, contohnya rakyat biasa tidak boleh sembarang menyebut nama penguasa saat itu.
Pada zaman dinasti Zhou banyak evolusi yang terjadi, yaitu sekolah negeri menjadi kurang begitu diminati dan sekolah swasta tumbuh meningkat tajam. Confusius adalah pendiri sekolah swasta pertama di zaman Tiongkok kuno. Beliau yang mematahkan mitos bahwa pendidikan hanya milik kalangan penguasa. Berkat Confusius inilah, kalangan rakyat jelata dapat menikmati pendidikan yang sebagaimana layaknya didapat oleh para penguasa. Oleh karena alasan ini, maka Confusius menjadi guru yang sangat dihormati sampai sekarang.
Menunggu Di Luar Rumah
Menunggu Di Luar Rumah
Alkisah pada zaman dinasti Song Utara, ada seorang pelajar bernama Yang Shi menolak menjadi pejabat setelah lulus ujian di tingkat kekaisaran, beliau lebih memilih melanjutkan pendidikannya. Yang Shi sangat mengagumi dua tokoh pendidikan saat itu Cheng Hao dan Cheng Yi yang kemudian Yang Shi menjadi muridnya.
Setelah sekolah empat tahun, Cheng Hao meninggal dunia, Yang Shi tetap berguru pada Cheng Yi. Ada istilah hidup sampai tua, belajar sampai tua, itu yang dipegang Yang Shi dalam sekolahnya, sehingga pada usia 40 tahun, tetap memperlakukan gurunya dengan penuh rasa hormat. Yang Shi pun tetap belajar dan bekerja dengan keras untuk menyelesaikan pendidikannya.
Pada suatu ketika di musim dingin, Yang Shi mendapat suatu masalah, dan bersama temannya pergi menemui gurunya. Sesampai di rumah gurunya, Yang Shi melihat Cheng Yi sedang tidur dan tidak berani mengganggunya. Dengan sabar menunggu di depan rumah Cheng Yi, sampai terbangun dari tidurnya.
Pada suatu ketika di musim dingin, Yang Shi mendapat suatu masalah, dan bersama temannya pergi menemui gurunya. Sesampai di rumah gurunya, Yang Shi melihat Cheng Yi sedang tidur dan tidak berani mengganggunya. Dengan sabar menunggu di depan rumah Cheng Yi, sampai terbangun dari tidurnya.
Pada saat Cheng Yi terbangun, ia melihat kedua muridnya sedang berada diluar rumah dengan cuaca yang amat sangat dingin. Cheng Yi yang tidak tega melihat kondisi ini, akhirnya menyuruh mereka masuk ke rumahnya. Sungguh sebuah penghormatan yang tinggi kepada guru dan keinginan untuk belajar yang begitu dalam. Ini adalah pelajaran yang dapat diambil khikmahnya. Salam kebajikan (henky honggo)
Tidak ada komentar:
Write komentar