KEBAJIKAN ( De 德 ) - Teori Lima Unsur Tiongkok kuno yakni: Logam, kayu, air, api, tanah merupakan inti dan pusaka dari kebudayaan tradisional Tiongkok.
Dinasti Song (960-1279) termasuk kategori/elemen kayu, dengan mengamati sejarah dinasti Song akan terungkap. Dinasti Song sendiri bagaikan yang dinyatakan oleh huruf mandarin “song”, yang radikal diatasnya menekan huruf kayu di bawahnya, sebab itu dinasti Song belum pernah berhasil menjadi kuat. Manifestasi dalam sejarahnya adalah terancam oleh negara Liao dan Xia Barat. Setiap tahunnya harus mengirim upeti yang termasuk perak dan sutra bernilai besar kepada negara Liao dan Xia Barat, akhirnya berkembang sampai menyerahkan sebagian wilayahnya. Pada 1002, kaisar Song Zhen Zong mengirim utusan untuk berdamai dengan Xia Barat, menyerahkan lima wilayah karesidenan Yin, Xia, You, Sui dan Jing.
Namun ada satu hal yang sangat menarik perhatian, yaitu perniagaan dinasti Song sangat maju. Di dalam sejarah Tiongkok mendapatkan julukan “Negara Niaga Terkuat”. Ada orang yang telah melakukan pendataan secara konservatif, menurut proporsi jumlah penduduk pada masa itu, orang-orang di zaman Song Utara rata-rata memiliki GDP 2.280 USD (31 juta rupiah).
Dinasti Song memiliki banyak bidang yang menjadi nomor satu, pada masa dinasti Song di dunia pertama kali muncul uang kertas dan Bank Kredit, memiliki armada angkatan laut dan perniagaan yang terbesar dalam sejarah manusia. Beberapa juta keluarga di ibu kota Bian Du, semua bergantung pada batu bara, tidak satupun keluarga memakai kayu bakar dan sebagainya. Khusus dipandang dari aturan lima unsur (air, api, tanah, logam, kayu), air menumbuhkan kayu, air adalah perniagaan yang beredar lancar, air memelihara kayu, perniagaan menumbuhkan dinasti Song. Memandang gejala sejarah dengan meletakkan pada aturan yang unik, akan menjadi menarik.
Untuk membedakan Dinasti Jin yang didirikan oleh suku Nuchens beberapa ratus tahun yang lalu, maka pemerintahan yang didirikan oleh Nurhaci disebut “Jin (dibaca: Cin) ke II”. Dari pandangan 5 unsur, Logam (jin 金) tidak dapat mengalahkan api, maka tidak dapat secara tuntas mengambil alih dinasti Ming yang masuk dalam kategori api. Sampai pada masa Huang Tai Ji, mungkin karena pengaruh kebudayaan Tiongkok tentang 5 unsur, maka pada 22 November 1635, Huang Tai Ji secara resmi menitahkan, untuk mengganti nama bangsa Nuchens menjadi Manchu.
“Negara ini kini didirikan dengan nama Manchu, dengan wilayah kekuasaan yang luas dan diturunkan dari generasi ke banyak generasi, mulai sekarang, semua orang, berhenti menyebutkan nama asal negara Manchu ini, tidak boleh tetap seperti dahulu menyebutkannya”. Dengan demikian ia telah mengubah nama bangsa, juga telah mengubah nama negaranya dari “Jin Besar大金” menjadi “Qing (dibaca: Jing) Besar大清,” katanya.
“Qing” memiliki makna berlapis, pertama di dalam 5 unsur Qing berkategori air, air dapat memadamkan api. Kedua, paruh kanan huruf qing (清), paruh atasnya mempunyai arti Tuan, paruh bawahnya mempunyai arti rembulan, maknanya sangat jelas, Huang Tai Ji ingin menjadi Tuan dari Dinasti Ming yang aksaranya memiliki makna sama cemerlangnya dengan matahari dan bulan.
Dalam sejarah, Huang Tai Ji menggunakan siasat tanpa mengorbankan seorangpun laskar tentaranya, tanpa melepaskan panah maupun meriam, telah membuat kaisar Chong Zhen (kaisar terakhir dinasti Ming) “Merusak sendiri the Great Wall“, sehingga mempercepat runtuhnya Dinasti Ming. Yang membawa masuk bala tentara Qing Besar adalah Kaisar Shun Zhi, yang namanya juga mengandung unsur air, dan mempunyai arti harafiah: agar bertindak sesuai arus air. Hal-hal yang kelihatannya merupakan berbagai kebetulan, namun siapa pula yang dapat mengingkarinya sebagai pengaruh dari prinsip reaksi saling menghidupi dan saling mengekang dari lima unsur?
Setelah dinasti Manchu (Qing) runtuh berdirilah Negara Tiongkok Nasionalis. Di dalam lima unsur Tiongkok Nasionalis berkategori tanah, baik presiden Sun Yat Sen maupun presiden Chiang Kai-shek, dari namanya kelihatan mengandung arti tanah. Pada masa awal berdirinya Tiongkok Nasionalis, slogan politiknya adalah “Kesetaraan Lima Suku Bangsa”, “Lima Suku Bangsa Bersatu”, yang dikejar adalah persatuan wilayah negara.
Pada masa pemerintahan presiden Chiang Kai-shek, Tiongkok menghadapi penyerbuan besar dari Jepang. Dalam kitab kuno “Liang Shu” menyebutkan Jepang kuno sebagai Chinese hibiscus, chinese hibiscus adalah sejenis pohon besar yang tumbuh di wilayah timur, dalam kitab kuno “Shuo Wen” dijelaskan:”Pohon besar tersebut adalah pohon dewata, tempat timbulnya matahari.” Hal mana adalah sangat bersesuaian dengan yang disebutkan oleh orang Jepang tentang dirinya “Negara Matahari Terbit”.
Jepang dalam lima unsur masuk dalam kategori kayu, sedangkan dalam lima unsur kayu mengatasi unsur tanah. Jepang mengintai Tiongkok, menginvasi Tiongkok, ketika waktunya sudah masak, maka mendatangkan malapetaka besar bagi Tiongkok. Masih ada topik tambahan lain, misalnya, ajaran Wang Yangming (1472-1529) pada Dinasti Ming sangatlah populer di Jepang, sampai sebelum reformasi Meiji, tak peduli di dalam kalangan masyarakat ataupun di dalam kalangan pemerintahan, terdapat hampir seratus priyayi dan orang-orang terkemuka dalam masyarakat yang sepenuhnya mendukung ajaran Yangming.
Melihat gejala-gejala ini dengan lima unsur, juga sangat logis. Wang Yangming berkategori api yang berjaya pada Dinasti Ming yang matahari dan bulannya sama-sama bersinar terang. Sedangkan Jepang berkategori kayu, kayu menghasilkan api, ajaran Yangming populer di Jepang jugalah sangat masuk akal. Salam kebajikan (Sumber)
BERSAMBUNG
Tidak ada komentar:
Write komentar