KEBAJIKAN ( De 德 ) - Pertama kali belajar memasak adalah ketika saya masih di SMA. Pada saat itu berpikir sebuah kuali yang hanya berukuran 30 sentimeter dan sodet, seberapa susahlah? Dengan api besar ditambah garam dan bumbu, masak sayur sudah dapat dihidangkan. Hal yang tampaknya mudah, tetapi ketika saya melakukannya seperti yang diajarkan mama, ternyata sulit untuk dapat memasak makanan enak.
Mama berkata: “Sebenarnya tidak ada trik, dengan sering berlatih pasti bisa!”
Kemudian, saya melanjutkan kuliah di luar kota, karena itu kehilangan lingkungan belajar memasak. Asrama walaupun ada dapur kecil untuk bersama tapi selalu antri dan saya juga sibuk dengan aneka kegiatan jadi jarang memasak.
Beberapa hari yang lalu, saya melihat sebuah artikel Internet, Bagaimana dapat menumis sayuran yang lezat dan hijau. Metode menumis yang disebutkan dalam artikel, sangat berbeda dengan yang saya tahu selama bertahun-tahun. Penulis menyebutkan saat memasak untuk mengurangi mengaduk-aduk sayur, hanya membiarkan sayuran menyebar di kuali, sehingga sayur dapat bersentuhan dengan dasar permukaan kuali yang panas, ketika membalik dengan spatula yang besar sekaligus membalik, dengan demikian dapat mempertahan rasa manis alamiah sayuran tersebut.
Karena selama ini mempertahankan konsep lama yaitu dengan api besar dengan cepat menumis sayur, dan ketika melihat artikel ini, penasaran ingin mencoba. Keesokan paginya saya sudah menjadi yang pertama muncul di dapur asrama. Ketika saya mencoba dengan perlahan-lahan sekaligus membalik seluruh sayuran tersebut, penemuan tak terduga terjadi, sayuran benar-benar terasa manis alami, sehingga tidak perlu menambahkan bumbu penyedap.
Namun, secara teknis, meskipun ada kemajuan sedikit, tapi dibandingkan dengan keahlian memasak ibu, masih sangat jauh. Untuk jangka waktu yang panjang, saya selalu makan di luar, bahkan makan vegetarian juga harus cari tempat makanan yang masakannya lezat. Secara psikologis selalu sangat merindukan masakan rumah. Rasa masakan mama tak tergantikan, tidak hanya keahlian, tetapi ditambahkan dengan syarat yang tanpa meminta balasan, dan dedikasi tanpa pamrih!
Pada masa kanak-kanak perekonomian keluarga tidak begitu bagus, mama khawatir saya kekurangan gizi, mama akan menambah bayam dan masak semangkuk sup hati sapi kepada saya, pada saat itu harganya juga mahal. Mama sendiri tidak makan seteguk pun, hanya duduk di sana dengan tersenyum melihat saya meminum seteguk demi seteguk, dia sudah merasa sangat puas.
Selama ini saya menggunakan waktu yang paling singkat untuk menyelesaikan makan, terburu-buru memikirkan pekerjaan yang belum di selesaikan, atau sambil melihat hp membaca berita atau sosmed. Sekarang saya mengerti, rupanya “rasa masakan rumah” adalah demikian melekat didalam hati saya, didalamnya berisi kehangatan kasih sayang dan pengorbanan tanpa pamrih.
Aneka ragam kehidupan ini, apakah dalam hal memasak, atau melakukan berbagai pekerjaan dan dalam keadaan sangat sibuk, asalkan dapat melepaskan hati dari dikejar-kejar waktu dapat dengan tenang melakukannya, pada kenyataannya Anda dapat merasakan sebenarnya tidak harus menghabiskan lebih banyak waktu, maka keharmonisan dapat tercapai. Salam kebajikan (Sumber)
Tidak ada komentar:
Write komentar