KEBAJIKAN ( De 德 ) - Gerhana matahari telah menjadi subjek yang menarik sejak zaman dahulu. Di dalam naskah Tiongkok kuno, terungkap bahwa gerhana matahari dianggap dapat meramalkan masa depan kaisar.
Ahli perbintangan memiliki peran penting dalam peradaban Tiongkok kuno, bahkan sekitar 2300 SM mereka memiliki bangunan khusus buat mengamati langit. Tugas mereka sebenarnya lebih kepada menyusun penanggalan yang memang didasarkan pada pergerakan bulan dan matahari.
Namun dari semua peristiwa astronomi yang harus mereka amati dengan hati-hati adalah datangnya gerhana matahari total. Dalam mitologi Tiongkok kuno, Orang
Tiongkok Kuno percaya bahwa gerhana matahari terjadi ketika naga langit
memakan matahari. Mereka juga percaya, naga ini menyerang bulan saat
terjadi gerhana bulan.
Dalam
bahasa Mandarin, gerhana diistilahkan sebagai "chih" yang berarti
memakan. Di sebuah naskah kuno, peristiwa gerhana matahari digambarkan
seolah-olah "matahari telah termakan".
Mitos naga menelan matahari untuk mengisahkan peristiwa gerhana matahari total sesuai budaya Tiongkok ini ternyata tercatat sejak sekitar 4.000 tahun silam. Pada 22 Oktober tahun 2134 sebelum Masehi, daratan Tiongkok pernah disinggahi gerhana matahari total. Akibat peristiwa tersebut, berkembanglah mitos adanya naga murka dan berupaya melahap matahari.
Pada masa dinasti Shang (1766 SM-1123 SM) rata-rata kaisarnya percaya takhayul dan sangat cemas dengan gerhana matahari. "Fenomena langit yang tak biasa seperti itu harus diantisipasi karena bisa jadi pertanda buruk yang mungkin menimpa kaisar," kata Dr. Sten Odenwald dari Departemen Fisika Catholic University of America seperti dikutip NASA.
Menurut Odenwald, para kaisar pada dinasti Shang sangat bergantung pada perhitungan ahli perbintangannya. Mereka memutuskan kebijakan politik, ekonomi, dan budaya berdasarkan ramalan ahli astrologinya.
Karena kepercayaan itulah dua ahli perbintangan bernama Hsi dan Ho dihukum pancung oleh Kaisar Chung K'ang yang berkuasa sekitar 2134 SM. Keduanya gagal meramalkan terjadi gerhana matahari total pada 22 Oktober 2134 SM.
Mitos bahwa gerhana adalah pertanda buruk bagi kaisar terbawa hingga ke zaman penanggalan masehi. Kematian kaisar perempuan Teng dari Dinasti Han Timur pada tahun 122 Masehi didahului oleh gerhana matahari total pada 120 Masehi.
Demi mencegah kejadian buruk terulang, setiap terjadi gerhana masyarakat Tiongkok kuno akan menyalakan kembang api dan mengarahkannya ke langit demi menakuti sang naga. Ada catatan pada abad ke-19, para prajurit angkatan laut Tiongkok pun menembakkan meriamnya ke arah langit saat terjadi gerhana matahari. Tindakan itu dilakukan agar matahari kembali bersinar.
Seperti juga ditemukan di banyak daerah di Indonesia, saat gerhana masyarakat Tiongkok kuno juga akan berupaya membuat kegaduhan. Mereka menabuh genderang, memukul gong, atau apa saja yang menghasilkan suara bising agar naga tak jadi menelan matahari.
Tradisi membuat kegaduhan itu, kata astronom ITB Djoni N. Dawanas dalam bukunya, Gerhana Matahari Total, juga muncul dalam perayaaan Cap Go Meh atau hari ke-15 yang menutup masa perayaan tahun baru Imlek. Dalam perayaan Cap Go Meh bisa dilihat arak-arakan naga yang mengejar matahari diiringi oleh orang memukul genderang dan gong. Salam kebajikan
Tidak ada komentar:
Write komentar