KEBAJIKAN ( De 德 ) - Bagi sebagian besar orang, menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga adalah sebuah urusan yang luar biasa sulit. Literatur dan artikel yang relevan dengan masalah ini sudah banyak kita temui, misalnya bagaimana menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga, bagaimana menyelesaikan perselisihan, bagaimana memiliki kehidupan yang stabil dan berimbang dan sebagainya.
Ada orang beranggapan bahwa mengejar keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga adalah sangat penting, karena sebagian besar orang, bukan saja hanya berhasil dalam salah satunya, tetapi ada yang gagal kedua-duanya; bahkan dalam prestasi kerja, ada orang meski ia adalah seorang manager yang berhasil, namun kehidupan berkeluarga memiliki banyak masalah.
1. Penggabungan dan perundingan antara beberapa unsur
Untuk mengatasi masalah menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga ini, Anda tidak bisa hanya mengandalkan pendapat para pakar. Meskipun pakar memiliki cara, akan tetapi belum tentu sesuai dengan masalah Anda, karena pengalaman yang dihadapi oleh setiap individu punya sifat yang spesifik. Bila hanya sekedar belajar atau meniru pengalaman sang pakar, maka saya katakan, berhasil atau gagal adalah tergantung nasib.
Bila nasib baik, ia akan menemukan yang kebetulan sesuai untuk dirinya, dan masalah dapat teratasi; bila nasib tidak baik, selain ada kemungkinan telah memakai cara yang salah, atau bisa juga tahu tetapi tidak dapat dilaksanakannya.
Untuk mempelajari cara mengatasi kasus semacam ini, selain dengan membaca buku dan mendengar pendapat para pakar, juga masih ada satu cara lagi yakni melalui sharing dan dialog, karena dari konsep yang ber-unsur majemuk akan dapat menemukan ide/inspirasi yang berbeda.
Pada dasarnya, sebagian besar orang pasti pernah memiliki pengalaman berbicara secara mendalam dengan orang lain, tetapi biasanya tidak banyak, karena topik perbincangan sehari-hari umumnya hanyalah berupa basa – basi.
Dialog yang tidak punya makna mendalam memiliki dua sebab, yaitu:
1. Topiknya sendiri tidak bermakna mendalam. Dialog yang terjadi biasanya hanya berupa tegur sapa dan saling tukar informasi yang sederhana atau bergosip.
2. Cara dan proses dialognya tidak bermakna mendalam. Pada umumnya percakapan hanya bersifat monolog ini bukanlah interaksi, karena hanya sekedar menimpali tidak mempunyai makna mendalam.
Karena itu, dialog yang bagus harus memiliki topik yang berbobot dan cara yang mendalam. Sehingga dapat meninbulkan perenungan dan menumbuhkan minat orang untuk menelusurinya lebih jauh.
Sedangkan cara yang mendalam, artinya dalam perencanaannya harus dapat mempermudah berdiskusi dengan bebas dan terbuka.
Selain itu para peserta yang tergabung dalam diskusi juga memegang peran yang tidak kalah penting. Bila peserta memiliki karakter yang bermacam-macam, maka akan lebih mudah dalam menelusuri kekurangan dan kelemahan masing-masing. Tentu saja, apabila ada peserta yang menunjukkan sikap segan/ogah-ogahan untuk mempelajarinya atau tidak ingin bergabung, maka tidak mungkin dapat terwujud suatu diskusi yang mendalam.
2. Melampaui tingkat perkembangan yang seimbang
Ketika orang dengan latar belakang berbeda saling berinteraksi, dengan sewajarnya akan terbentuk sebuah market supply (persediaan) dan demand (permintaan), dengan demikian suatu dialog bermakna mendalam secara perlahan mulai dikembangkan, kemudian mereka masing-masing menyampaikan pandangannya sendiri.
Misalnya professor Yang dari Universitas Zhong Shan, dalam kelompok kecil mengawali sebagai berikut:
“Sesuai yang saya ketahui menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga adalah sangat sulit, kebanyakan orang, hanya mampu berfokus pada salah satunya saja. Direktur yang sukses, biasanya juga adalah orangtua yang gagal.
Oleh karena keterbatasan dan pengaturan waktu, kedua hal tersebut bisa diselaraskan/diseimbangkan. Namun mungkin saja pada suatu hari lebih banyak waktu ia terserap dalam perkerjaannya dan ternyata ia merasakan hasilnya bagus. Akan tetapi justru telah kehilangan keluarga dan kebahagiaan.”
Sesungguhnya, seorang manager yang berhasil boleh dibilang jumlahnya tidak banyak, sebab umumnya yang mereka kejar adalah tingkat perkembangan yang seimbang.
Ditilik dari tingkat perkembangan yang seimbang, ada yang mengatakan pengaturan waktu sangat penting. Jika ditinjau dari hubungan antara suami-istri, antara pekerjaan dan kehidupan keluarga, maka harus ada suatu kebersamaan, dimana diperlukan kedua belah pihak pengelolahannya bersama-sama.
Seorang pria bernama Qiu mengisahkan, pengejarannya terhadap pekerjaan adalah demi meyakinkan dirinya sendiri, namun saat akhir pekan, ia pasti akan berbelanja keperluan dapur dan memasak untuk sang istri.
Drg. Su dari Gao Xiong mengatakan, antara suami-istri, komunikasi antar keduanya sangat penting, untungnya, selama 20 tahun pernikahannya, mereka tidak pernah bertengkar.
Drg. Su mengatakan, “Kegembiraan dan kesedihan silih berganti, antara suami-istri, apa pun boleh diperbincangkan. Masalah anak, prinsip utamanya ialah, sebisa mungkin menemani mereka, perkembangan hidup manusia tidak dipastikan harus bagaimana, bisa dijalani dengan relatif lancar sudah bagus.”
Apabila kita hendak menaikkan level keseimbangan, dengan hanya mengatur waktu tidaklah cukup, karena bagaimanapun waktu adalah sebuah faktor terbatas. Bila hanya membagi pekerjaan dengan baik, lantas mengabaikan pemfokusan pada dua hal besar ini, maka akan membutuhkan waktu yang sangat panjang baru bisa menunjukkan efeknya.
Banyak orang, menunggu belum sampai sukses datang, bahkan sudah menghabiskan energi dan spiritnya sendiri.
Lebih celakanya lagi ialah, di saat keharmonisan keluarga tidak sesuai yang diinginkan, keluarga akan mengeluarkan alarm yang akan membuat orang memilih untuk melepas prestasi kerjanya, untuk balik meningkatkan keharmonisan keluarga kembali, namun yang terjadi malah sebaliknya, prestasi pekerjaan menjadi buruk, dari pihak perusahaan sama saja akan mengeluarkan alarm yang akan menarik kembali perhatian Anda.
3. Memelihara standar nilai bersama
Dibicarakan sampai di situ, ada orang yang sudah menyimpulkan bahwa tingkat yang seimbang saja tidak cukup, anggota keluarga harus saling meningkat bersama-sama, saling meningkatkan level kehidupan masing-masing, baru bisa melihat lebih jauh.
Liu Zhubao mengatakan, “Antar suami-istri dan antar anak-anak, saling membangun pemikiran sentral, memiliki topik pembicaraan yang sama dengan anak kecil, di bawah konsepsi nilai yang sama, harus saling memahami.”
Ketika suami, isteri dan anak dengan konsepsi nilai yang benar, masing-masing akan mempertimbangkan pihak lain, meski menjumpai kontradiksi, masih bisa menggunakan prinsip sehati, dipertimbangkan dengan sudut pandang yang berbeda. Pendidikan moral anak juga sudah ada, pertikaian antar sesama anggota keluarga juga berkurang, meski ada pertikaian, masing-masing bisa mengoreksi diri apa gerangan yang masih kurang, bukannya seperti orang kebanyakan yang hanya akan mencela atau menyalahkan orang lain.
Mengasuh anak bagi orangtua, tentu saja tak akan menggunakan metode keras, melainkan bagaikan kawan yang bisa berbagi-rasa dan berdialog. Itulah sebabnya, pembentukan konsepsi nilai bersama bagaikan tujuan tertinggi dari kehidupan, saling berbagi rasa tentang tujuan tertinggi, sasaran yang seragam, sama dengan menapaki perjalanan heroik dalam kehidupan, di dalam perjalanan meskipun ada kegembiraan, kemarahan dan kesedihan, namun masing-masing bisa saling menopang dan memapah untuk menerus-kan perjalanan bersama. Jalan yang seperti ini baru bisa dijalani dengan lebih jauh, lebih panjang, bukankah demikian? Salam kebajikan (Sumber)
Tidak ada komentar:
Write komentar