KEBAJIKAN ( De 德 ) - Di sebuah taman bunga yang asri, seorang remaja puteri yang bernama Dora, sedang menatap ke arah langit. Dora begitu takjub melihat deretan awan bergumpal-gumpal, bergerak beriringan karena ditiup angin.
Dora berteriak : "Ayah... Lihatlah, awan-awan sedang berjalan...!!! Mereka hendak kemana? Dapatkah saya naik ke atas? Saya ingin sekali duduk di atas awan, berjalan bersama mereka mengelilingi dunia...."
Ayah Dora : "Anakku Dora, awan itu tinggi sekali. Di sana udaranya sangat dingin, kita tidak akan mampu bernafas di atas awan...."
Dora : "Begitu yah..."
Tidak berapa lama kemudian Dora berteriak lagi : "Ayah... Yang terbang di atas itu namanya burung bukan...?"
Ayah Dora : "Benar sekali anakku..."
Dora mengamati dengan seksama pergerakan burung saat terbang di udara. Manuver-manuver yang ditunjukkan beberapa burung sangat memukau pandangannya.
Dora : "Saya ingin sekali terbang seperti burung. Dapatkah ayah membuatkan sepasang sayap untukku agar saya dapat terbang beriringan dengan mereka....?"
Ayah Dora menjawab dengan sabar : "Walaupun kamu memiliki sayap, namun kamu bukanlah seekor burung. Kamu tidak akan bisa terbang bebas seperti mereka..."
Seorang pemuda berpenampilan rapi, duduk di bangku taman merasa terganggu dengan ulah Dora. Menurutnya remaja puteri berusia 15 tahun ini seperti orang yang tidak waras. Berteriak-teriak bagaikan orang luar angkasa yang baru singgah di bumi. Walaupun kesal, namun pemuda ini masih terus melanjutkan kegiatannya membaca buku.
Beberapa saat kemudian Dora kembali berteriak memanggil-manggil ayahnya : "Ayahhh... Ayahhh... Kemarilah... Saya ingin menunjukkan sesuatu yang menakjubkan..."
Ayah Dora segera bergegas ke arah Dora. Di tangan puteri semata wayangnya, terdapat seekor kupu-kupu yang bersayap menarik, berwarna-warni dan bercorak indah.
Dora : "Binatang apakah ini, ayah? Sungguh indah sekali. Lihatlah dia begitu jinak..."
"Kupu-kupu, bodoh...!!!!"
Tiba-tiba terdengar suara kasar memecah perhatian Dora dan ayahnya. Rupanya batas kesabaran pemuda parlente itu sudah habis. Dia merasa sangat terganggu dengan ulah Dora. Bentakan kuat itu mengagetkan Dora, membuat Dora ketakutan dan segera memeluk ayahnya dengan erat.
Beberapa pengunjung menyayangkan sikap kasar pemuda yang kelihatan seperti orang yang berpendidikan. Di dalam plastik transparan yang ditentengnya, tampak beberapa buku tentang motivasi, Chicken Soup yang terkenal dan sebuah buku cerita lucu mengenai kekoplakan seorang tokoh imajinatif bernama Abece.
Seorang pengunjung menegurnya: "Mengapa kamu berkata kasar seperti itu kepada gadis manis ini? Kalau kamu merasa terganggu, jangan membaca di sini. Taman ini milik umum, semua orang boleh bermain dan menikmati keindahan alam di sini..."
Ayah Dora menyelutuk : "Maafkan atas suasana tidak nyaman yang telah dilakukan oleh anakku...."
Pemuda parlente itu berkata ketus : "Bawa saja anak gadismu ke psikiater atau rumah sakit jiwa. Anak seusianya, masih berpikiran seperti anak TK. Tidak pantas sekali...!"
Ayah Dora : "Sekali lagi saya minta maaf atas keributan ini. Saya membawa puteriku ke sini agar dia dapat menikmati semua keindahan yang ada di taman ini. Kami baru saja pulang dari rumah sakit. Operasi matanya berhasil dengan sukses. Hari ini adalah hari bersejarah baginya. Untuk pertama kali sejak lahir, anakku Dora dapat melihat keindahan dunia. Sebelumnya dia adalah gadis buta. Selalu disepelekan oleh teman-teman sebayanya, menyebabkan Dora tumbuh menjadi seorang gadis yang kuper dan rendah diri...."
Pemuda itu merasa malu atas perbutannya yang tidak terpuji. Dia tidak menyangka bahwa sebelumnya Dora adalah seorang gadis buta. Dengan berbesar hati pemuda itu memohon maaf kepada Dora, sambil menyerahkan plastik berisi buku-buku untuk Dora.
Para pengunjung taman menaruh simpati kepada Dora, gadis manis yang baru menulai lembaran baru kehidupannya sebagai gadis normal. Mereka semua ikut larut dalam suasana kegembiraan. Rasa bahagia terpancar dari raut wajah Dora. Sebagian dari mereka ikut bermain dan membantu Dora menjelaskan apa-apa saja yang belum diketahui Dora.
Sobatku yang budiman...
Setiap anak manusia pastilah memiliki cerita hidup masing-masing, cerita yang menggambarkan seluk beluk perjalanan hidupnya. Ada yang menyenangkan namun tidak sedikit yang menyedihkan.
Jangan terlalu gampang mencela, mencibir dan menghina orang lain, tanpa memperhatikan perasaan mereka, sebab tiada seorangpun yang bersedia untuk dihina dan direndahkan derajatnya. Jangan terlalu mudah memvonis kelemahan seseorang hanya berdasarkan apa yang dilihat dan dipikirkan.
Berbicaralah dengan menggunakan bahasa kalbu, bahasa terindah yang ada di muka bumi. Jangan biarkan untaian kalimat kasar yang menyerocos keluar dari mulut, tanpa difilter oleh hati dan pikiran.
"Lidah itu benda yang lunak dan tumpul, namun sewaktu-waktu dapat berubah menjadi sebilah pedang tajam yang mampu menyayat urat nadi. Kita boleh menajamkan lidah untuk mengoreksi sesuatu yang buruk, namun janganlah menggunakan ketajaman lidah untuk mengiris hati mereka yang tidak bersalah. " Salam kebajikan #firmanbossini
Tidak ada komentar:
Write komentar