KEBAJIKAN ( De 德 ) - Seorang anak yang bernama Sinchan memiliki kelakuan buruk dan tidak disukai oleh banyak orang. Kebiasaannya yang semau gue, membuat teman-teman di lingkungan sekitar menghindarinya.
Suka membuang sampah sembarangan, mengambil barang orang tanpa permisi dan banyak lagi sifatnya yang menyebabkan dirinya seperti musuh masyarakat.
Ayah Sinchan merasa khawatir dengan perangai buruk anak tunggalnya. Beberapa kali teguran bahkan pukulan tidak membuat Sinchan menjadi jera. Hari ini berjanji tidak mengulangi, namun esoknya berulah kembali.
Suatu hari, ayah Sinchan mengajaknya berjalan-jalan ke hutan. Sepanjang jalan, ayah Sinchan selalu menasehati Sinchan tentang kebiasaan buruknya dengan penuh kesabaran.
Hingga suatu ketika, ayah Sinchan berkata : "Anakku, cobalah kamu cabut pohon kecil itu. Sanggupkah dirimu...?"
Sinchan : "Tentu saja sanggup ayah. Untuk mencabutnya, saya hanya memerlukan sebuah tangan saja..."
Dan benar saja, hanya dengan sekali sentakan menggunakan tangan kanan, pohon kecil itu tercabut hingga ke akar-akarnya.
Beberapa langkah kemudian, ayah Sinchan berkata lagi : "Sekarang coba kamu cabut pohon yang agak besar itu. Masih sanggupkah dirimu..?"
Sinchan : "Masih sanggup ayah. Saya akan menggunakan kedua tanganku untuk mencabutnya..."
Walaupun sedikit bersusah dengan menggunakan tenaga kedua tangannya, ternyata Sinchan berhasil mencabut pohon yang agak besar itu. Akar-akar pohon beserta sebagian tanah yang lengket di akar, berhamburan keluar ke atas, menyisakan lubang di tanah.
Saat berada di tengah hutan, ayah Sinchan kembali berkata : "Nah, sekarang coba kamu cabut pohon besar itu. Sanggupkah dirimu...?"
Sinchan melihat ke arah pohon besar yang berdaun lebat dengan batang berukuran besar. Kepalanya menggeleng-geleng, mengisyaratkan dirinya tidak akan mampu melakukannya.
Ayah Sinchan : "Mengapa kamu tidak mencobanya? Sedemikian mudahkah dirimu menyerah?"
Sinchan : "Tidak mungkin bisa, Ayah. Seorang dewasa pun tidak akan sanggup melakukannya. Bahkan beberapa orang dewasa sekalipun tidak akan mampu untuk mencabut pohon besar itu..."
Ayah Sinchan : "Benar sekali. Percuma saja kamu mencobanya, karena itu adalah perbuatan yang mustahil..."
Sinchan menimpali : "Untuk merubuhkan pohon itu harus menggunakan kapak atau gergaji..."
Ayah Sinchan : "Apa yang ayah perintahkan ke kamu sebenarnya adalah sebuah pembelajaran hidup. Inilah yang harus kamu camkan. Kebiasaan buruk yang sering kamu lakukan dapat diibaratkan dengan mencabut pohon...."
Sinchan : "Saya masih belum mengerti maksud ayah..."
Ayah Sinchan : "Jika kebiasaan burukmu masih kecil dan berlangsung tidak lama, maka masih mudah untuk dicabut atau dihilangkan. Namun jika sudah besar, mengakar hingga ke lubuk hatimu yang terdalam, sudah mendarah daging dan menjadi suatu kebiasaan, maka kamu akan sulit mencabut dan melenyapkan kebiasaan buruk itu..."
Sinchan diam membisu mendengar wejangan ayahnya...
Ayah Sinchan melanjutkan : "Sebagian orang akan menjauhimu dan mencabut keberadaanmu dalam kehidupan mereka, dan barangkali sesekali akan memukulmu, jika mereka sudah merasa kesal. Namun jika kebiasaan burukmu terus menerus kamu lakukan dan menjadi besar seperti pohon besar tadi, maka suatu saat mereka akan 'menggergajimu' dan mengusirmu dari kampung kita. Bersediakah kamu meninggalkan tempat tinggalmu dan meninggalkan ayah dan ibumu..."
Sinchan segera berlari memeluk ayahnya dengan erat. Dia merasa sangat takut dengan "ancaman mengerikan" yang akan memisahkan dirinya dengan kedua orang yang paling disayanginya.
Sambil menangis sesegukan, Sinchan berkata : "Saya menyesal ayah.... Saya berjanji tidak akan melakukan kebiasaan dan perbuatan buruk lagi...."
Sejak saat itu, Sinchan berubah menjadi anak yang baik, sopan, penurut dan suka menolong orang yang berada dalam kesusahan. Semua temannya terkejut melihat perubahan sikap Sinchan. Beberapa waktu kemudian, Sinchan dikenal sebagai anak baik dan menjadi panutan bagi anak-anak lain.
Sobatku yang budiman...
Kesalahan fatal yang sering dilakukan orang adalah membiarkan dirinya melakukan kegiatan tidak baik atau perbuatan buruk dalam hidupnya, sekali, dua kali dan akhirnya menjadi suatu kebiasaan.
Jika dilakukan berulang-ulang dan terus dibiarkan dalam jangka waktu lama, maka untuk mengubah dan menghilangkan kebiasaan buruk itu, akan memerlukan usaha, energi dan waktu yang lebih banyak. Sedangkan, kebiasaan buruk yang sudah mendarah daging biasanya akan sulit sekali untuk dihilangkan.
Ketika seseorang sudah terbiasa mengucapkan kalimat kotor dan makian yang bermakna penghuni kebun binatang saat sedang terkejut dan marah, maka secara tidak sadar kebiasaan ini akan menjadi rutinitas yang tidak terkontrol, apalagi saat dirinya sedang mengalami tekanan atau sedang mengumbar amarah dan emosi.
Untuk itu, segeralah memperbaiki kualitas diri dan berupaya mengendalikan pikiran. Jangan sampai mengakar kuat hingga mendarah daging. Hindari pergaulan yang dipenuhi oleh nuansa negatif dan perilaku buruk.
Jika ini dapat diimplementasikan dengan baik, maka hidup kita pasti akan lebih bermakna. Tidak menjadi cibiran orang lain dan tidak menjadi beban bagi keluarga. Itulah salah satu penentu kesuksesan kita di masa mendatang. Salam kebajikan #firmanbossinii
Tidak ada komentar:
Write komentar