KEBAJIKAN ( De 德 ) - Sudah lebih dari seminggu ini, beberapa sobat fb mengontak saya, menanyakan apa pendapatku mengenai kasus Mario Teguh, sang motivator termahsyur kebanggaan bangsa Indonesia. Peristiwa ini merupakan kisah yang menjadi trending topik di semua medsos.
Mengapa saya tidak mau berkomentar atau bercerita tentang kemelut rumah tangga beliau? Bukankah kisah bergenre seperti ini, sering menjadi rangkaian cerita yang hampir setiap hari saya unggah di medsos? Mereka juga menyakan, apakah saya berada di pihak Mario Teguh (MT) atau sebaliknya berada di pihak Ario Kiswinar Teguh (AKT)
Sejujurnya, sejak beberapa hari belakangan ini, saya tergiur dan "gatel jari", ingin menyampaikan opini pribadi mengenai kasus yang menimpa keluarga beliau, namun batin saya bercabang mendua. Antara mau atau jangan...
Setelah berpikir panjang, akhirnya saya memutuskan untuk tidak mau memcampuri urusan pribadi beliau. Saya hanya mengeluarkan pendapat secara tersirat melalui tulisan-tulisan yang bertemakan "seorang ayah".
Seandainya dengan melakukan hujatan, cercaan dan opini negatif kepada seorang MT, sosok yang terlihat begitu santun di media elektronik, dapat menjadikan diriku lebih mulia, lebih hebat dan lebih sempurna sebagai seorang anak manusia, sudah barang tentu, secara naluriah dan manusiawi, saya mungkin akan melakukan hal tersebut, sejak awal-awal bergulirnya kasus ini.
Namun, saya menyadari sepenuh hati, bahwa diriku juga bukanlah makhluk mulia yang bebas dari kekhilafan dan perbuatan dosa. Bahkan saya belum pasti lebih mulia dan lebih berharga dari seorang MT.
Lantas, untuk apa saya harus menghujat, menghina dan menyepelekan beliau yang jelas-jelas lebih pintar, lebih cerdas dan mungkin lebih segalanya dariku.
Tunggu saja sejenak kelanjutan kisah ini (bukan menjadi harapanku). Akan masih banyak episode yang belum dirilis dan mungkin akan menyerupai cerita-cerita sinetron di televisi dengan durasi panjang, tentu saja, jika tidak ada salah satu pihakpun yang berniat mengalah.
Selagi "stamina" masih full dan belum mempercayai kata hati masing-masing, maka kisah ini akan terus berlanjut dan menjadi makanan empuk para penikmat berita sensasional ataupun gosip.
Prinsipku, setelah adanya ketok palu atau pengakuan yang sahih dari kedua belah pihak yang bertikai, barulah saya akan mengulasnya lebih dalam, sebatas pengetahuan dan pengalaman yang saya miliki.
Saya yakin, semua orang pasti memiliki dosa masa lalu, demikian juga dengan diriku, MT maupun AKT, namun Tuhan masih belum berniat menguaknya untuk kita semua. Mungkin Tuhan masih menunggu saat yang paling tepat nanti, sekaligus menghukum mereka yang melakukan pembohongan. Sebab Tuhan itu Maha Adil dan Maha Bijaksana.
Kalau ditanya persentasenya, 70 : 30 dech.... Itu cuma kata hati yang sedang galau karena si kecil belum sembuh-sembuh dari batuk pilek serta rentetan rutinitas kepadatan pekerjaan yang telah menyita waktu dan pikiranku.
Semoga Tuhan senantiasa memberikan kita semua karunia sepenggal hati yang welas asih dan penuh cinta kepada siapapun, ya... kepada siapapun juga. Salam kebajikan #firmanbossini
Tidak ada komentar:
Write komentar