Ada yang mengatakan bahwa : Bayi yang begitu dilahirkan dan meninggalkan rahim ibunya, lalu menangis, tatkala itu telah ditentukan nasibnya.
Para peramal nasib justru mendasarkan hari dan saat lahir itulah untuk meramal berbagai macam nasibnya.
Bahagia tidaknya hidup ini sepenuhnya tergantung dan pemberian PENGUASA (pemeran pokok yang menguasai itu ternyata nasib manusia).
Padahal jarak antara kaya dan miskin orang itu ternyata sangat besar kalanya. Jadi anugerah PENGUASA bukankah sangat tidak adil? Bagi orang yang melarat, terkadang akan bertanya padaNya : “Mengapa orang lain berjaya dan selalu berhasil, sedangkan aku terlunta-lunta?”
Bagi orang yang gagal dalam perkawinannya, dikala gelisah dan tak dapat tidur, iapun akan bertanya pada dirinya : “Mengapa orang lain hidup rukun dan bahagia sampai tua, sedangkan aku disia-siakan?”
Bagi orang yang dirongrong penyakit, maka dalam pendenitaannya dan dikala ía bertemu dengan orang yang sehat, iapun akan bergumam pada dirinya : “Mengapa orang lain sehat dan berusia panjang, sedangkan aku menderita penyakit?”
Bahkan ada orang yang membaca koran, melihat berita musibah tak terduga, sambil menarik napas panjang secara geremeng akan berkata : “Mengapa ia mendapatkan pengaturan Tuhan yang sedemikian dan tak mujurnya?”
Berbagai pertanyaan semacam ini, pada umumnya para nujum akan menjelaskannya dengan “Teori IM YANG WU SING”. Katanya : “Hal ini telah ditakdirkan karena waktu lahir yang baik / jelek”. Tetapi adakah orang yang mempersoalkan lebih jauh: “Mengapa ada orang yang waktu lahirnya baik, dan ada pula yang buruk? Apakah demikian tidak adilnya suratan takdir?”. Untuk mempelajari sumber / cikal bakal teori “NASIB” ini secara tuntas, harus mengerti “Tri Masa Karma” dalam ajaran Buddha.
Apa hubungannya antara “Tri Masa Karma” dengan “Nasib”? Ternyata teori nasib mendasarkan diri pada pirinsip “sebab dan Akibat”. “Tri Masa Karma” merupakan satu-satunya cara untuk meneropong saat sebelum kelahiran pada masa kini, dapat dimengerti dengan jelas tentang satu proses pergantian (siklus) ialah “sebab” pada sebelum kelahiran dimasa kini dan “Akibat” setelah dilahirkan. Demikianlah “Sebab dan Akibat” ini berlangsung, terjadilah “Masa Lalu” (masa Sebelumnya). “Masa Kini (sekarang)” dan “Masa yang akan datang”.
Demikianlah Hukum ketiga masa ini, jadi satu-satunya cara untuk memperbaiki nasib ialah berdasarkan hukum perputaran ini. Kitab “Sebab Akibat” dan agama Buddha memiliki 4 baris ayat suci yang paling bersifat prinsipil : “Untuk mengetahui sebab pada masa yang lalu, ialah melihat pada apa yang diterimanya pada masa kini, itulah sebabnya. Untuk mengetahui akibat pada masa yang akan datang, ialah melihat pada apa yang telah diperbuatkan pada masa kini, itulah Akibatnya!”.
Tegasnya, benih apa yang anda tanam pada masa lalu, masa kini anda akan memetik buahnya. Dan benih apa yang anda tanam pada masa kini, maka pada masa yang akan datang anda akan memetik/menerima buahnya.
Dalam ajaran Buddha, pada” Keng Su Cen le Yu Bo Se Suo Wen Cing” menguraikan dengan jelas tentang Hukum Karma. Dibawah mi kutipan dan beberapa makna yang telah diterjemahkan mengenai berbagai karma yang diterima :
Dalam dunia terdapat pria dan wanita yang berhati kejam. Tangannya menggenggam senjata dan membunuh tanpa rasa kasihan, tanpa rasa menyesal, atau ia lakukan dengan sendiri maupun menyuruh orang lain sama saja Dosa dan Akibatnya. Setelah ia meninggal nanti ia akan dilempar kebawah neraka dan disiksa, setelah usai hukumannya, ia akan menjelma kembali sebagai manusia. Andaikan ia berwujud manusia ia akan berumur pendek, atau ia berpenyakitan, tak ada hari-hari yang gembira dan bahagia, “Karena Sebabnya Membunuh maka mendapat Akibat Berumur Pendek”.
Dalam dunia terdapat pria dan wanita yang berhati baik, tidak menggenggam senjata, tidak membunuh dan penuh dengan hati yang welas serta punya rasa menyesal. Kelak setelah ia meninggal, ía akan masuk ke Alam Dewa dan mendapatkan kebahagiaan, setelah jasa pahalanya habis maka ia akan lahir kembali dalam dunia dengan usia yang panjang. “Karena Sebabnya tidak Membunuh maka mendapatkan Akibat Berusia Panjang.”
Ada pula pria dan wanita yang menggunakan tongkat, dan batu, memukul dan melukai makhluk hidup, ketika ia meninggal dunia, maka ia akan disiksa dalam neraka, setelah usai hukumannya, ia akan lahir sebagai manusia dengan berpenyakitan. “ Disebabkan karena melukai makhluk hidup, maka Akibatnya ía Berpenyakitan.”
Ada pula pria dan wanita yang sering timbul dendam, gusar dan sirik, banyak kesalahan dilakukan, ketika Ia meninggal dunia maka ia akan disiksa dalam neraka, setelah usai hukumannya ia akan lahir kembali sebagai manusia dengan wajah yang buruk. “Karena Sebabnya Marah dan Dendam maka Akibatnya berwajah Buruk”.
Ada pula pria dan wanita yang melihat orang lain mendapatkan keuntungan atau mendengar orang lain mendapatkan sesuatu yang menggembirakan, lalu ia menggunakan kekuasaannya untuk menghalangi agar orang itu tidak bisa mendapatkannya. Ketika ia meninggal dunia maka ia akan disiksa dalam neraka, setelah usai hukumannya, andaikan ia bisa menjelma kembali menjadi manusia, maka apa yang ia cita-citakan dan inginkan sering tak tercapai dan banyak halangannya. Dengan Sebab Menghalangi Keberuntungan orang lain, ia mendapatkan akibat hambatan-hambatan dalam perjalanan hidupnya”.
Ada pula pria dan wanita yang tidak mau menghargai orang yang seharusnya ia hargai dan hormati, yang seharusnya ía rawat tetapi tidak ia rawat, sering timbul tinggi hati dan sombong, ketika ia meninggal dunia, maka ia akan disiksa dalam neraka, setelah usai hukumannya, andaikan ia bisa menjelma kembali sebagai manusia, pastilah ia akan menjadi orang rendah dan tidak dihargai orang. “Disebabkan oleh tidak menghargai orang lain dan Sombong, ia mendapat Akibat menjadi orang yang Rendah dan Hina.”
Ada pria dan wanita yang menghargai dan menghormati orang yang seharusnya ia hargai dan hormati, orang yang seharusnya ia rawat dan ia merawatnya, dengan senang hati dan tidak sombong, ketika ia meninggal dunia, maka ia akan masuk ke Alam Dewa, setelah usai karma hidup di Alam Dewa, ía akan lahir kembali sebagai manusia, maka ia akan mendapat penghargaan. “Dengan Sebab Menghormati dan Menghargai orang lain, maka mendapatkan Akibat Dihormati dan Dihargai”.
Ada pria dan wanita yang berhati kikir, ia tidak mau membantu dengan materi pada orang miskin, pun tidak mau mengobati dan memberikan obat pada orang sakit lagi miskin, atau ía sering berhati tamak ingin memiliki harta orang lain, maka ketika ia meninggal dunia ia akan disiksa dalam neraka, setelah usai hukumannya andaikan ia bisa lahir kembali sebagai manusia, ia akan hidup miskin dan susah. “Dengan Sebab Kikir dan Tamak, maka mendapatkan Akibat Kemiskinan.”
Ada pria dan wanita yang bermurah hati sering membantu orang miskin dengan materi dan sandang pangan, sering mengobati orang sakit lagi miskin, tidak tamak dan tidak ingin memiliki harta orang lain, ketika ia meninggal ia akan masuk ke Alam Dewa. Setelah usai jasa pahala karma baiknya, maka ia akan lahir kedunia sebagai manusia, dengan harta yang melimpah. “Dengan Sebab tidak Kikir dan Tidak Tamak maka akan mendapatkan Akibat Kekayaan dan Kemuliaan”.
Demikianlah beberapa contoh yang kupetik dan parita (keng) tersebut diatas. Jelasnya, uraian tentang Hukum Sebab Akibat ialah: Apa yang kau tanam itulah yang akan kau petik, yang membunuh akan berumur pendek, yang berhati kikir dan tamak pastilah melarat. Yang tidak menghargai orang lain mendapatkan akibat menjadi manusia rendah dan hina, yang melukai makhluk hidup menerima karma berpenyakitan, yang menghalangi keberuntungan orang lain, ia mendapatkan halangan dalam perjalanan hidupnya. Hukum karma itu adalah ADIL dan semua balasannya adalah disebabkan oleh perbuatan kita sendiri.
Selain itu Hukum Perputaran (siklus) dalam karma masih banyak lagi bagian-bagian yang lain, misalkan siklus saling balas dendam, balas budi dan terima budi dan sebagainya. Tak sedikit pula perputaran karma yang berwujud pada masa hidup ini. Perbuatan baik atau buruk yang diperbuat pada masa hidup ini, langsung mendapat balasan pada masa ini.
Perbuatan baik akan menerima baik, dan buruk akan menerima yang buruk. Ada pula yang setelah lewat beberapa masa kehidupan barulah menerima karmanya, hal mi akan ditentukan oleh banyak atau sedikitnya karma baik atau buruk yang ia kumpulkan.
Para peramal nasib justru mendasarkan hari dan saat lahir itulah untuk meramal berbagai macam nasibnya.
Bahagia tidaknya hidup ini sepenuhnya tergantung dan pemberian PENGUASA (pemeran pokok yang menguasai itu ternyata nasib manusia).
Padahal jarak antara kaya dan miskin orang itu ternyata sangat besar kalanya. Jadi anugerah PENGUASA bukankah sangat tidak adil? Bagi orang yang melarat, terkadang akan bertanya padaNya : “Mengapa orang lain berjaya dan selalu berhasil, sedangkan aku terlunta-lunta?”
Bagi orang yang gagal dalam perkawinannya, dikala gelisah dan tak dapat tidur, iapun akan bertanya pada dirinya : “Mengapa orang lain hidup rukun dan bahagia sampai tua, sedangkan aku disia-siakan?”
Bagi orang yang dirongrong penyakit, maka dalam pendenitaannya dan dikala ía bertemu dengan orang yang sehat, iapun akan bergumam pada dirinya : “Mengapa orang lain sehat dan berusia panjang, sedangkan aku menderita penyakit?”
Bahkan ada orang yang membaca koran, melihat berita musibah tak terduga, sambil menarik napas panjang secara geremeng akan berkata : “Mengapa ia mendapatkan pengaturan Tuhan yang sedemikian dan tak mujurnya?”
Berbagai pertanyaan semacam ini, pada umumnya para nujum akan menjelaskannya dengan “Teori IM YANG WU SING”. Katanya : “Hal ini telah ditakdirkan karena waktu lahir yang baik / jelek”. Tetapi adakah orang yang mempersoalkan lebih jauh: “Mengapa ada orang yang waktu lahirnya baik, dan ada pula yang buruk? Apakah demikian tidak adilnya suratan takdir?”. Untuk mempelajari sumber / cikal bakal teori “NASIB” ini secara tuntas, harus mengerti “Tri Masa Karma” dalam ajaran Buddha.
Apa hubungannya antara “Tri Masa Karma” dengan “Nasib”? Ternyata teori nasib mendasarkan diri pada pirinsip “sebab dan Akibat”. “Tri Masa Karma” merupakan satu-satunya cara untuk meneropong saat sebelum kelahiran pada masa kini, dapat dimengerti dengan jelas tentang satu proses pergantian (siklus) ialah “sebab” pada sebelum kelahiran dimasa kini dan “Akibat” setelah dilahirkan. Demikianlah “Sebab dan Akibat” ini berlangsung, terjadilah “Masa Lalu” (masa Sebelumnya). “Masa Kini (sekarang)” dan “Masa yang akan datang”.
Demikianlah Hukum ketiga masa ini, jadi satu-satunya cara untuk memperbaiki nasib ialah berdasarkan hukum perputaran ini. Kitab “Sebab Akibat” dan agama Buddha memiliki 4 baris ayat suci yang paling bersifat prinsipil : “Untuk mengetahui sebab pada masa yang lalu, ialah melihat pada apa yang diterimanya pada masa kini, itulah sebabnya. Untuk mengetahui akibat pada masa yang akan datang, ialah melihat pada apa yang telah diperbuatkan pada masa kini, itulah Akibatnya!”.
Tegasnya, benih apa yang anda tanam pada masa lalu, masa kini anda akan memetik buahnya. Dan benih apa yang anda tanam pada masa kini, maka pada masa yang akan datang anda akan memetik/menerima buahnya.
Dalam ajaran Buddha, pada” Keng Su Cen le Yu Bo Se Suo Wen Cing” menguraikan dengan jelas tentang Hukum Karma. Dibawah mi kutipan dan beberapa makna yang telah diterjemahkan mengenai berbagai karma yang diterima :
Dalam dunia terdapat pria dan wanita yang berhati kejam. Tangannya menggenggam senjata dan membunuh tanpa rasa kasihan, tanpa rasa menyesal, atau ia lakukan dengan sendiri maupun menyuruh orang lain sama saja Dosa dan Akibatnya. Setelah ia meninggal nanti ia akan dilempar kebawah neraka dan disiksa, setelah usai hukumannya, ia akan menjelma kembali sebagai manusia. Andaikan ia berwujud manusia ia akan berumur pendek, atau ia berpenyakitan, tak ada hari-hari yang gembira dan bahagia, “Karena Sebabnya Membunuh maka mendapat Akibat Berumur Pendek”.
Dalam dunia terdapat pria dan wanita yang berhati baik, tidak menggenggam senjata, tidak membunuh dan penuh dengan hati yang welas serta punya rasa menyesal. Kelak setelah ia meninggal, ía akan masuk ke Alam Dewa dan mendapatkan kebahagiaan, setelah jasa pahalanya habis maka ia akan lahir kembali dalam dunia dengan usia yang panjang. “Karena Sebabnya tidak Membunuh maka mendapatkan Akibat Berusia Panjang.”
Ada pula pria dan wanita yang menggunakan tongkat, dan batu, memukul dan melukai makhluk hidup, ketika ia meninggal dunia, maka ia akan disiksa dalam neraka, setelah usai hukumannya, ia akan lahir sebagai manusia dengan berpenyakitan. “ Disebabkan karena melukai makhluk hidup, maka Akibatnya ía Berpenyakitan.”
Ada pula pria dan wanita yang sering timbul dendam, gusar dan sirik, banyak kesalahan dilakukan, ketika Ia meninggal dunia maka ia akan disiksa dalam neraka, setelah usai hukumannya ia akan lahir kembali sebagai manusia dengan wajah yang buruk. “Karena Sebabnya Marah dan Dendam maka Akibatnya berwajah Buruk”.
Ada pula pria dan wanita yang melihat orang lain mendapatkan keuntungan atau mendengar orang lain mendapatkan sesuatu yang menggembirakan, lalu ia menggunakan kekuasaannya untuk menghalangi agar orang itu tidak bisa mendapatkannya. Ketika ia meninggal dunia maka ia akan disiksa dalam neraka, setelah usai hukumannya, andaikan ia bisa menjelma kembali menjadi manusia, maka apa yang ia cita-citakan dan inginkan sering tak tercapai dan banyak halangannya. Dengan Sebab Menghalangi Keberuntungan orang lain, ia mendapatkan akibat hambatan-hambatan dalam perjalanan hidupnya”.
Ada pula pria dan wanita yang tidak mau menghargai orang yang seharusnya ia hargai dan hormati, yang seharusnya ía rawat tetapi tidak ia rawat, sering timbul tinggi hati dan sombong, ketika ia meninggal dunia, maka ia akan disiksa dalam neraka, setelah usai hukumannya, andaikan ia bisa menjelma kembali sebagai manusia, pastilah ia akan menjadi orang rendah dan tidak dihargai orang. “Disebabkan oleh tidak menghargai orang lain dan Sombong, ia mendapat Akibat menjadi orang yang Rendah dan Hina.”
Ada pria dan wanita yang menghargai dan menghormati orang yang seharusnya ia hargai dan hormati, orang yang seharusnya ia rawat dan ia merawatnya, dengan senang hati dan tidak sombong, ketika ia meninggal dunia, maka ia akan masuk ke Alam Dewa, setelah usai karma hidup di Alam Dewa, ía akan lahir kembali sebagai manusia, maka ia akan mendapat penghargaan. “Dengan Sebab Menghormati dan Menghargai orang lain, maka mendapatkan Akibat Dihormati dan Dihargai”.
Ada pria dan wanita yang berhati kikir, ia tidak mau membantu dengan materi pada orang miskin, pun tidak mau mengobati dan memberikan obat pada orang sakit lagi miskin, atau ía sering berhati tamak ingin memiliki harta orang lain, maka ketika ia meninggal dunia ia akan disiksa dalam neraka, setelah usai hukumannya andaikan ia bisa lahir kembali sebagai manusia, ia akan hidup miskin dan susah. “Dengan Sebab Kikir dan Tamak, maka mendapatkan Akibat Kemiskinan.”
Ada pria dan wanita yang bermurah hati sering membantu orang miskin dengan materi dan sandang pangan, sering mengobati orang sakit lagi miskin, tidak tamak dan tidak ingin memiliki harta orang lain, ketika ia meninggal ia akan masuk ke Alam Dewa. Setelah usai jasa pahala karma baiknya, maka ia akan lahir kedunia sebagai manusia, dengan harta yang melimpah. “Dengan Sebab tidak Kikir dan Tidak Tamak maka akan mendapatkan Akibat Kekayaan dan Kemuliaan”.
Demikianlah beberapa contoh yang kupetik dan parita (keng) tersebut diatas. Jelasnya, uraian tentang Hukum Sebab Akibat ialah: Apa yang kau tanam itulah yang akan kau petik, yang membunuh akan berumur pendek, yang berhati kikir dan tamak pastilah melarat. Yang tidak menghargai orang lain mendapatkan akibat menjadi manusia rendah dan hina, yang melukai makhluk hidup menerima karma berpenyakitan, yang menghalangi keberuntungan orang lain, ia mendapatkan halangan dalam perjalanan hidupnya. Hukum karma itu adalah ADIL dan semua balasannya adalah disebabkan oleh perbuatan kita sendiri.
Selain itu Hukum Perputaran (siklus) dalam karma masih banyak lagi bagian-bagian yang lain, misalkan siklus saling balas dendam, balas budi dan terima budi dan sebagainya. Tak sedikit pula perputaran karma yang berwujud pada masa hidup ini. Perbuatan baik atau buruk yang diperbuat pada masa hidup ini, langsung mendapat balasan pada masa ini.
Perbuatan baik akan menerima baik, dan buruk akan menerima yang buruk. Ada pula yang setelah lewat beberapa masa kehidupan barulah menerima karmanya, hal mi akan ditentukan oleh banyak atau sedikitnya karma baik atau buruk yang ia kumpulkan.
Tidak ada komentar:
Write komentar