|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Senin, 28 Maret 2011

Dewa Pelindung Setiap Shio

 

Perjalanan nasib setiap manusia terus mengalami perubahan namun tidak terlepas dari nasib buruk dan nasib baik.

Manusia tidak sanggup berbuat banyak terhadap misteri besar perjalanan nasib, tetapi tahukah anda bahwa setiap orang yang terlahir ke dunia memiliki " Dewa Pelindung " ?

Maha guru Budhis bersabda "Asalkan setiap orang dengan setulus hati memuja, memuliakan : Dewa Pelindung " masing-masing maka kesehatan, kebijaksanaan ,karier, keluarga, hubungan asmara, nama dan kedudukan, berkah dan kebajikan beserta rezeki akan mengalami perubahan yang nyata, segala urusan menjadi lancar dan sukses.

Berikut adalah Dewa Pelindung dari setiap shio :

SHIO TIKUS :  KWAN IM PHU SA / BODHISATTVA AVALOKITESVARA

Beliau identik dengan perwujudan dari Budha Avalokitesvara. Secara absolut, pengertian Avalokitesvara Bodhisatva dalam bahasa Sansekerta adalah : “Avalokita” (Kwan / Guan / Kwan Si / Guan Shi) yang bermakna Melihat ke Bawah atau Mendengarkan ke Bawah. “Bawah” disini bermakna ke dunia, yang merupakan suatu alam (lokita). “Isvara” (Im / Yin), berarti suara. Yang dimaksud adalah suara dari makhluk-makhluk yang menjerit atas penderitaan yang dialaminya.

Oleh sebab itu Kwan Im adalah Bodhisatva yang melambangkan kewelas-asihan dan penyayang. Di negara Jepang, Kwan Im Pho Sat terkenal dengan nama Dewi Kanon. Dalam perwujudanNya sebagai pria, Beliau disebut Kwan Sie Im Pho Sat. 

Dalam Sutra Suddharma Pundarika Sutra (Biauw Hoat Lien Hoa Keng) disebutkan ada 33 (tiga puluh) penjelmaan Kwan Im Pho Sat. Sedangkan dalam Maha Karuna Dharani (Tay Pi Ciu / Ta Pei Cou / Ta Pei Shen Cou) ada 84 (delapan puluh empat) perwujudan Kwan Im Pho Sat sebagai simbol dari Bodhisatva yang mempunyai kekuasaan besar.

Altar utama di Kuil Pho Jee Sie (Pho To San) di persembahkan kepada Kwan Im Pho Sat dengan perwujudan sebagai “Budha Vairocana”, dan di sisi kiri atau kanan berjajar 16 (enam belas) perwujudan lainnya. Perwujudan Beliau di altar utama Kim Tek Ie ), salah satu Kelenteng tertua di Indonesia adalah King Cee Koan Im (Koan Im Membawa Sutra Memberi Pelajaran Buddha Dharma Kepada Umat Manusia. 

Disamping itu, terdapat pula wujud Kwan Im Pho Sat dalam Chien Chiu Kwan Im / Jeng Jiu Kwan Im / Qian Shou Guan Yin. (Kwan Im Seribu Lengan / Tangan) sebagai perwujudan Beliau yang selalu bersedia mengabulkan permohonan perlindungan yang tulus dari umatNya. Julukan Beliau secara lengkap adalah Tay Cu Tay Pi, Kiu Kho Kiu Lan, Kong Tay Ling Kam, Kwan Im Sie Im Pho Sat.

SHIO KERBAU dan  MACAN : XU KONG ZANG PHU SA / BODHISATTVA AKASAGARBHA

Akasagarbha Bodhisattva Mahasattva ( Xu Kong Zang 虛空藏 ) memiliki Mahamaitrikaruna , mampu mengentaskan insan dari malapetaka dan kesukaran. Jika ada insan yang telah melanggar parajika dan harus terjerumus kedalam alam rendah, semua akar kebajikannya telah terbakar. 

Bagi mereka, Akasagarbha Bodhisattva Mahasattva adalah mentari yang menerangi gelapnya pandangan salah dari avidya. Merupakan Guru Agung yang melenyapkan parajika. Mampu mencabut panah keraguan dan mampu memulihkan insan yang termasuk dalam golongan tidak mampu mendalami Dharma dengan baik. 

“Wahai putera yang berbudi, jika ada insan yang melanggar parajika, mematahkan akar kebajikan dan akan terjerumus ke neraka, tiada tempat berlindung dan telah dicampakkan oleh guru-guru, ketahuilah bahwa Akasagarbha Bodhisattva mampu mengentaskannya dan menuntunnya pada jalan sejati, menyingkirkan kilesha supaya terhindar dari alam rendah. 

Akasagarbha Bodhisattva merupakan tangga pembebasan menuju alam surga. Beliau mampu menyadarkan insan yang diliputi keserakahan , kebodohan, keraguan dan kekacauan dalam batinnya.” 

“Insan yang dipenuhi kebencian dan kegelapan batin, yang suka memfitnah tiada hukum karma, tidak takut terhadap buah karma yang akan datang, tanpa bosan selalu serakah dalam menginginkan segala sesuatu, suka iri dan dengki, tiap hari selalu melakukan sepuluh perbuatan jahat, Aksagarbha Bodhisattva Mahasattva mampu menyingkirkan dosa berat itu semua, bagaikan sebuah kendaraan besar mampu mengangkut dewa dan manusia pada jalan pembebasan .” “Wahai putera berbudi, oleh karena itulah para dewa dan manusia sepatutnya memberikan penghormatan dan pujana kepada Akasagarbha Bodhisattva Mahasattva.”

Kemudian, Maitreya Bodhisattva Mahasattva bertanya kepada Sang Buddha , “Baghavan, Saya ingin menanyakan mengenai pelanggaran parajika . Bila ada insan yang melanggar dosa tersebut, akar kebajikannya akan terbakar , terjerumus kedalam alam rendah, tersingkir dari alam yang tenteram. Selamanya kehilangan kesempatan untuk menikmati kesenangan di alam surga. Namun kenapa Akasagarbha Bodhisattva Mahasattva, mampu menyucikan para insan yang demikian itu, supaya mereka dapat kembali menikmati berkah di surga ?”

SHIO KELINCI : WEN SHU PHU SA / BODHISATTVA MANJUSRI

Menurut pemahaman Buddhisme Mahayana, Bodhisattva Manjusri diwujudkan sebagai sosok Bodhisattva yang memegang sebatang pedang kebijaksanaan (perlambang pemutus kekotoran batin) dan mengendarai singa berbulu emas (simbol keperkasaan menaklukkan kekuatan jahat), kadang kala dilukiskan juga dalam kondisi duduk di atas bunga teratai (melambangkan kemurnian).

Dalam Sutra Avatamsaka, Bodhisattva Manjusri dikenal sebagai salah satu dari Tiga Makhluk Suci Avatamsaka, yakni: Bodhisattva Manjusri (kiri), Buddha Sakyamuni (tengah) dan Bodhisattva Samantabhadra (kanan). 

Dalam Buddhisme Tiongkok, terdapat beberapa versi dalam penyebutan nama Bodhisattva Manjusri, di antaranya adalah Wenshushili-Pusa dan Manshushili-Pusa, namun lebih populer dengan sebutan singkat Wenshu Pusa. Nama Manjusri sendiri memiliki beberapa makna, yakni Miaode (Kebajikan Menakjubkan), Miaoshou (Kepala Menakjubkan - karena kebajikannya tertinggi di atas para Bodhisattva) dan Miaojixiang (Berkah Menakjubkan) .

SHIO NAGA dan ULAR : PU XIAN PHU SA / BODHISATTVA SAMANTABHADRA

NAMA Bodhisattva Saman­ Tabhadra dari bahasa Sansekerta yang artinya Pribadi Maha Agung Yang Layak Memperoleh Penghormatan Secara Univer­ sal. Atau Pribadi Maha Agung yang diharap-harapkan Iimpahan berkah keselamatan dan kesuksesan bagi semua makh­luk. 
 
Beliau adalah tokoh orang Su­ ci-nya umat Buddha Mahayana, yang bermanifestasi secara uni­ versal di semua Tanah Buddha. Dan yang telah melaksanakan Sumpah Maha Suci-nya dengan kesuksesan yang bestir.

Di Dunia Saha, Beliau bekerjasama dengan Bodhisattva Manjusri sebagai Pembantu Utama Hyang Buddha Sakya­muni. Seperti yang tertulis di dalam teks kitab suci agama Buddha, Bodhisattva Manjusri diceritakan mengendari seekor Singa, dan mendampingi Hyang Buddha Sakyamuni di sebelah kirinya. Sedangkan di sebelah kanannya adalah Bodhisattva Samantabha ­dra, yang diceritakan mengen­ darai seekor Gajah Putih.

Bodhisattva Manjusri sendiri melambangkan Intelegensi, Kebi ­jaksanaan dan lulusnya seseorang dalam menempuh ujian dalam kehidupan, dan memperoleh ijazah- spiritualtingkatan tertentu. Sedangkan Bodhisattva Saman­tabhadra mewakili Doktrin atau Ajaran Dharma, Kontemplasi atau Meditasi, dan Praktek atau Pelaksanaan dari ajaran agama.

Di dalam kegiatan pembinaaan diri, Bodhisattva Samantabhadra menggarisbawahi Samadhi, kebajikan clan prakteknya dari kedua tokoh Bodhisattva ini. Melambangkan kesempurnaaan dalam prinsip Buddha Mahayana tingkatan paling tinggi.

Bodhisattva Samantabhadra telah mempraktekkan jalan ke­ Bodhisattva-an di masa-masa yang lampau di dalam banyak kalpa-kalpa itu, mencari semua kebijaksanaan. Dan telah melaksanakan Sumpah Maha Sucinya yang tak terbatas, untuk membebaskan penderitaan bagi sernua makhluk hidup. Beliau dianggap sebagai suatu model bagi umat Buddha Mahayana dalam belajar, meniru, melaksanakan dan membina diri melalui Jalan Ke­Bodhisattvaan.

Sumpah Suci 
Dalam Kitab Suci agama Buddha Sutia Avatamsaka dituliskan, bahwa Beliau telah menasehati dan mengajak orang-orang untuk mem ­ bina diri. Memperkembangkan 10 type atau jenis-jenis tingkah laku dan Sumpah Suci.

Adapun kesepuluh Sumpah Suci itu adalah : 
1. Untuk memuja dan menghormati semua Buddha, 
2. Untuk memuji Hyang Tatha­gata, 
3. Untuk mempelajari dan meningkatkan Sesaji Suci, 
4. Un­tuk belajar menyesal atas per­buatan-perbuatan buruknya kemu­dian memperbaikinya, 5. Untuk mengajak orang-orang lain mau ikut Berta memutar Roda Dharma, 
6. Untuk menghayati kegembiraan di dalam (melakukan) penimbunan jasa-jasa kebaikan dan kebajikan­ kebajikan, 
7. Untuk memohön agar Hyang Buddha berkenan lahir di dunia ini, 
8. Untuk mempelajari Buddha Dharma, 
9. Untuk hidup secara serasi, bertoleransi, Baling tenggang-rasa dengan orang-o­rang lain.
10.Untuk belajar mentransfer, memberikan semua jasa-jasa kebaikan dan kebajikan­ kebajikan yang dipunyai bagi kemanfaatan orang-orang lain atau makhluk-makhluk lain.

Dengan didasari oleh sepuluh Sumpah Suci tersebut, Bodhisattva Samantabhadra menasehati clan mengajak makhluk-makhluk hidup untuk mencapai jasa-jasa kebaikan dan kebajikan-kebajikan, seperti yang telah dipunyai oleh Nhyang Tathagata. Gunung Suci Ho Mei yang terdapat di Propinsi Szechwan, secara tradisional dikenal dan termasyur sebagai Bodhimanda­ nya Sang Bodhisattva Samanta­bhadra, dan menjadi Pusat Pemu jaan terhadap Sang Bodhisattva tersebut.

SHIO KUDA : TA SHE CE PHU SA / BODHISATTVA MAHASTAMAPRAPTA


Nama Bodhisattva Mahasthamaprapta dari bahasa sansekerta. terdapat beberapa versi terjemahannya, yang semuanya berbeda-beda. Menurut kitab suci Agama Buddha yang dinamai :”Sutra mengenai hal-hal yang harus dituruti, agar dapat dicapai kehidupan yang lamanya tak dapat diukur”.

Cahaya Kebijaksaan Beliau itu mendominasi secara universal dan menyebabkan makhluk-makhluk hidup dapat terpisah dari tiga jalan kejahatan. Ketika Bodhisattva Mahasthamaprapta itu menggunakan kekuatan Beliau yang maha hebat, sehingga beliau dinamakan Bodhisattva yang mempunyai kekuatan yang sangat besar.

Di tanah suci yang para penghuninya dapat menghayati kehidupan dengan memperoleh berkah keselamatan (dari Tuhan Yang Maha Esa) dan kebahagiaan yang paling tinggi yang diperintah oleh Hyang Buddha Amitabha, terdapat dua Bodhisattva yang memperoleh kehormatan. Yang satu adalah Bodhisattva Avalokitesvara, yang melambangkan berkah, keselamatan dan cinta kasih serta welas asih. Yang seorang lagi adalah Bodhisattva mahasthamaprapta, yang melambangkan inteligensi dan kebijaksanaan. 

Kedua Bodhisattva ini adalah pembantu utama dari Buddha Amitabha. Demikianlah, di Tanah Suci (Surga Sukhavati), Buddha Amitabha dan dua orang Bodhisattva yakni Bodhisattva Avalokitesvara dan Bodhisattva Mahastamaprapta.

Bodhisattva Mahastamaprapta mempunyai hubungan yang sangat erat dengan Buddha Amitabha dan Bodhisattva Avalokitesvara. Sebelum Hyang Amitabha mencapai buah dari ke-Buddha-annya, Bodhisattva Mahasthamaprapta telah memberikan pelayanannya sebagai pembantu utama Calon Buddha itu bersama-sama dengan Bodhisattva Avalokitesvara.

Pada zaman yang akan datang, Bodhisattva Mahasthamaprapta itu akan mengikuti Bodhisattva Avalokitesvara untuk mencapai tingkat Kebuddhaannya. Dan Beliau akan dinamai Buddha Raja yang berhiaskan intan berlian dan bertahta di singgasana jasa-jasa kebaikan dan kebajikan kebajikan yang tinggi.

Menurut Kitab suci Agama Buddha yang dinamai Sutra Shurangama, Bodhisattva Mahasthamaprapta telah melatih samadhi dengan menyebut secara berulang-ulang nama Buddha sebagai dasar berpijaknya meditasinya. sehingga Beliau dapat mengajarkan kepada makhluk-mahluk hidup agar juga menyebut, mengucap secara berulang-ulang nama Buddha yang dapat merupakan Pembuka Pintu Dharma.

Pikiran Beliau telah dituangkan didalam kalimat sebagai berikut : ” Karena Sang Buddha telah memiliki belas kasihan yang sangat mendalam kepada semua makhluk hidup, maka para Tathagata yang menghuni di sepuluh penjuru mata angin itu selalu memikirkan semua mahkluk pula. Apabila mahkluk-makhluk ingat kepada Hyang Buddha dan menyebut secara berulang-ulang nama Beliau, maka karena pada saat kematiannya kelak akan dapat melihat dan bertemu dengan Hyang Buddha.”

Ajaran Bodhisattva Mahasthamaprapta itu berupa : “Agar manusia belajar mengontrol, menguasai, mengendalikan ke-Enam Akar (atau benih dari fikiran yang kurang baik), dan belajar berfikir secara terus-menerus mengenai kemurnian, agar dapat dicapai keadaan samadhi”.
Pintu Dharma ini telah diterima oleh umat Buddha Mahayana Sekte Tanah Suci sebagai aturan penting untuk diikuti.

SHIO KAMBING dan MONYET : TA RE RU LAI FO / BODHISATTVA MAHAVAIROCANA

Wairocana disebut juga Wairochana atau Mahāwairocana; Sanskerta : वैरोचन, Bengali : বৈরোচন, China : 大日如來 Dàrì Rúlái or 毘盧遮那佛 Pílúzhēnàfó , Korea : 비로자나불 Birojanabul or 대일여래 Daeil Yeorae, Jepang : Dainichi Nyorai, 大日如来; Tibet : རྣམ་པར་སྣང་མཛད། rNam-par-snang mdzad; Mongolia : Masida geyigülün zohiyaghci; Vietnam : Đại Nhật Như Lai) adalah Buddha yang sering ditafsirkan sebagai tubuh yang terberkati dari Buddha Gautama; ia juga disebut sebagai Buddha dharmakaya dan Buddha Matahari. Dalam buddhisme China-Jepang, Wairocana juga dianggap sebagai penubuhan dari konsep sunyata atau ketiadaan.

Dalam konsep Lima Buddha Kebijaksanaan mahzab Vajrayana, Wairocana terletak di tengah. Pasangannya adalah Tara putih (untuk setiap dhyani Buddha terdapat pasangan Buddha perempuan).
Mahavairocana Tantra berbicara tentang mengetahui pikiran Anda karena benar-benar adalah, itu berarti bahwa Anda adalah untuk mengetahui keadaan alami yang melekat pada pikiran dengan menghilangkan terpecah menjadi subjek yang mengamati dan benda dirasakan yang biasanya terjadi di dunia dan adalah salah dianggap nyata. ia mendefinisikan kekosongan (sunyata) sebagai suchness (tathata) dan mengatakan suchness itu adalah sifat intrinsik (svabhava) dari pikiran yang Pencerahan (Bodhi-citta).

SHIO AYAM : PU TONG CUN PHU SA / ARYAACALANATHA

Ia memiliki kebajikan berupa belas kasih agung, sehingga menampilkan dirinya dengan tubuh berwarna biru tua. Ia memiliki kebajikan berupa meditasi ketenangan, oleh karena itu, duduklah ia di atas sebongkah batu Vajra. Ia memiliki kebijaksanaan agung, karena dimanifestasikannya kobaran api maha besar (di sekeliling tubuhnya).

Ia memegang pedang kebijaksanaan agung untuk memusnahkan lobha, dosa dan moha (keserakahan, kebencian, dan kebodohan). Ia memegang tali samadhi untuk mengikat mereka yang sulit dibawa [menuju jalan Dharma]. Ia adalah Dharmakaya yang tanpa ciri, identik dengan alam semesta [yang luas tak terbatas] itu sendiri. Sehingga ia tidak memiliki tempat kediaman di manapun juga. Tempat tinggalnya hanyalah di dalam pikiran para makhluk.

Pikiran dan kecenderungan ( hati ) para makhluk adalah begitu beraneka-ragamnya. Demi menyelaraskan dengan pikiran para makhluk, maka dianugerahkannya berbagai berkah bagi mereka, sehingga tercapailah apa yang mereka dambakan. Pada saat itu, setelah semua yang hadir dalam persamuan [Dharma] agung ini mendengarnya, hati mereka diliputi oleh kegembiraan. Menerimanya dengan keyakinan nan teguh serta mempraktekkannya.

SHIO ANJING dan BABI : AMITHOPO / BODHISATTVA AMITABHA  

Memperbincangkan nama 阿彌陀佛A Mi Tuo Fo {Hok Kian = O Mi To Hud} di kalangan Buddhis, jika ada umat Buddha yang tidak pernah mendengar namanya, itu sungguh-sungguh …… “ Omitohud !” Dari hal ini dapat diketahui bahwa banyak umat Buddha yang bisa menyebut A Mi Tuo Fo ( Buddha Amitabha) dengan fasih dan lancar. Namun, orang yang sungguh-sungguh mengerti dan memahami maknanya, dikhawatirkan tidak banyak.

A Mi Tuo Fo adalah Buddha yang merintis Dunia Sukhawati Barat. Nama Sansekerta dari A Mi Tuo Fo adalah Buddha Amitabha, yang bermakna : Terang Yang Tiada Tara, Usia Yang Tidak Terbatas

Buddha Amitabha kecemerlangannya tiada tara, umurnya tidak ada batas, sehingga disebut pula 無量光佛 Wu Liang Guang Fo ( Buddha Dengan Terang Tiada Tara ), 無數壽佛 Wu Shu Shou Fo ( Buddha Yang Usianya Tanpa Batas ). Hari lahir ( Se Jit ) A Mi Tuo Fo diperingati setiap tanggal 17 bulan 11 Imlek.

Di dalam Kelenteng, seperti di 金德院 Jin De Yuan (Kim Tek Ie) ini, Buddha Amitabha ditampilkan bersama dengan 釋迦牟尼佛 Shi Jia Mou Ni Fo ( Hok Kian = Sek Ka Mo Ni Hud ) Buddha Sakyamuni, dan 藥師佛 Yao Shi Fo ( Yok Su Hud ) Buddha Bhaisajya Guru. Mereka bertiga disebut 三尊大佛 San Zun Da Fo (Sam Cun Tai Hud ) atau lebih terkenal dengan sebutan 三寶佛 San Bao Fo ( Sam Po Hud ) atau Tri Ratna Buddha.

Seperti kita ketahui dalam Buddhisme yang disebut Tri Ratna adalah 佛Buddha, 法 Dharma & 僧 Sangha. Buddha adalah orang yang telah mencapai Penerangan Sempurna, Dharma adalah ajaran-ajaran suci Sang Buddha,dan Sangha adalah persaudaraan suci para Bhikkhu/Bhikkhuni. 

Dalam Bahasa Mandarin, Buddha disebut sebagai 佛寳 Fo Bao, Dharma disebut sebagai 法寶 Fa Bao,dan Sangha disebut 僧寳 Seng Bao. Ketiganya secara bersama disebut 三寶 San Bao ( Sansekerta = Tri Ratna ). San Bao ini dalam Khasanah Dewata Buddhisme Tionghoa dipersonifikasikan dengan 3 (tiga) tokoh, yaitu : Shi Jia Mou Ni Fo sebagai Fo Bao, A Mi Tuo Fo sebagai Fa Bao, dan Yao Shi Fo sebagai Seng Bao.

Tidak ada komentar:
Write komentar