|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Selasa, 31 Mei 2011

Pernikahan China Kuno

 

Setelah Ditakdirkan Hubungan dan Penguatan kepatutan, orang Tionghoa kuno percaya bahwa pernikahan ditakdirkan. Ada pepatah Tiongkok yang mengatakan, "Perlu seratus reinkarnasi untuk membawa dua orang naik di perahu yang sama, dibutuhkan seribu tahun untuk membawa dua orang untuk berbagi bantal yang sama."

Hal ini menunjukkan betapa berharganya hubungan takdir pertemuan antara suami dan istri. Dalam dunia manusia yang luas, dua orang yang tidak saling mengenal awalnya dapat bergabung bersama melalui hubungan mereka yang telah ditakdirkan.
 

Dalam kehidupan sebelumnya, jika sesorang melakukan suatu kebaikan untuk orang lain dan orang itu tidak bisa membayarnya kembali. Misalnya seorang pejabat yang berpangkat rendah atau orang yang sangat miskin dalam hidupnya. Oleh karena dia mendapatkan manfaat dari bantuan itu, maka dia ingin membayarnya kembali. 

Hal inilah yang mengakibatkan hubungan takdir pertemuan antara suami dan istri. Bisa juga bahwa dalam kehidupan sebelumnya seseorang mencintai orang lain atau mereka berdua saling mencintai, tetapi mereka tidak memiliki hubungan takdir dan tidak dapat membentuk sebuah keluarga, maka akan menimbulkan takdir pertemuan suami dan istri untuk kehidupan berikutnya.

Interpretasi sederhana dari cinta adalah "cinta antara seorang pria dan wanita." Sebenarnya, kata "cinta" yang populer untuk dipahami adalah merupakan gagasan modern. Saat ini, masyarakat manusia menekankan "kepribadian" dan menempatkan "diri" sebagai prioritas tertinggi di setiap kesempatan dalam mencintai orang lain dan dcintai oleh orang lain, sehingga timbul konsep tentang "cinta".

Pada zaman kuno, dalam aturan etika dan moralitas yang lebih tinggi membatasi perasaan antara pria dan wanita. Apa yang disebut cinta hanya didasarkan pada perkawinan. Dengan cara itu maka cinta itu tertib, stabil, dan rasional, dan bisa juga diakui dan sangat dipuji oleh seluruh masyarakat dan pemerintah. Semua "cinta" dan "kasih sayang" di luar nikah adalah dilarang dan dianggap tidak layak.

Pernikahan adalah komitmen besar dalam hidup dan bukan permainan kekanak-kanakan.
Terjalinnya pernikahan pada zaman Tiongkok kuno harus melalui 6 prosedur yaitu  membawa antaran kawin dan meminang, membawa antaran pinangan dan bertunangan, dan menjemput pengantin. 

Pada waktu itu, ketika seorang pemuda jatuh cinta kepada seorang wanita, dia akan meminta mak comblang untuk melamar ke rumah wanita tersebut dengan membawa antaran pinangan, setelah itu mak comblang segera menukar kartu yang bertulisan nama dan usia kedua pasangan muda-mudi tersebut. 

Kalau kedua pihak pada pokoknya setuju, maka baru mulai bertunangan. Bertunangan merupakan salah satu mata rantai penting dalam adat istiadat pernikahan, mentalitas tradisional ialah setelah bertunangan tidak boleh diubah jalinan hubungan kedua pihak, yaitu tidak diizinkan salah satu pihak membahas hal itu dengan pihak ketiga, serta menjadikan hal tersebut sebagai hukum. 

Pada hari menjemput pengantin, mempelai perempuan kebanyakan memakai pakaian merah untuk menandakan mujur dan riang gembira, sekarang sudah tentu ada yang memakai gaun putih yang panjang. 

Ketika pengantin perempuan meninggalkan rumahnya, dia harus menangis sepanjang  perjalanan untuk menyatakan kenangan terhadap rumahnya. Setelah tiba di rumah pengantin lelaki, upacara berikut ialah menyembah langit dan bumi, supaya pernikahan mereka direstui oleh Tuhan dan memberi sembah sujud di hadapan orang tua pengantin lelaki untuk mendapatkan restu mereka setelah itu kemudian pasangan baru itu saling memberi hormat

Kemudian, pasangan baru itu minum arak dengan bersilangan tangan. Di dalam kamar pengantin, sejoli baru tersebut saling menggunting rambutnya sendiri, untuk disimpan sebagai tanda mata terjalinnya pernikahan.
 
Klimaks upacara pernikahan ialah jamuan makan. Kadang kala pengantin lelaki dan sebagian tamu mabuk karena kebanyakan minum arak. Acara terakhir ialah meramaikan kamar pengantin. Para tamu akan memeriahkan upacara pernikahan, dengan mengadakan beranekaragam atraksi agar hari tersebut tak dapat dilupakan oleh pasangan baru seumur hidupnya.
  
Kebiasaan ini sudah dibentuk di masa Dinasti Zhou, dan telah menjadi kebiasaan yang diikuti oleh orang-orang dalam upacara pernikahan selama ribuan tahun.

Tidak ada komentar:
Write komentar