|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Kamis, 16 Juni 2011

Kayu Bakar Yang Tidak Biasa

 

Seorang pejabat pemerintahan tingkat tinggi bernama Win Yan Bo adalah walikota dari sebuah kota di barat daya yang padat penduduknya. Dia senang mengadakan pesta semalaman. Namun, para pelayannya, khususnya para pengawal, membenci pesta-pesta ini.
 
Para pengawal itu tidak diijinkan untuk berada di dalam dan harus berjaga semalam suntuk di taman belakang.

Hal ini khususnya menjengkelkan di musim dingin, ketika angin malam yang menusuk tulang berhembus kencang melintasi tanah yang ditutupi salju. Sambil berdesak-desakan di dalam pos yang dibangun seadanya, para pengawal itu bahkan tidak diijinkan untuk membuat api unggun. Meski pun mengenakan baju hangat yang tebal, tubuh mereka tetap saja gemetar kedinginan.

Pada suatu malam, cuaca tidak dapat ditolerir lagi. Sebuah badai salju yang hebat memukul-mukul tanah yang membeku. Terlupa akan kondisi yang menyeramkan di luar, sang walikota dengan ramah menghibur tamu-tamunya di dalam rumah besarnya yang hangat dan mewah, sementara para pengawalnya menderita di tengah-tengah badai.

Karena hembusan angin yang menusuk-nusuk di sekitar mereka, pengawal-pengawal itu tidak tahan lagi atas perlakuan yang tidak manusiawi ini. Sambil mengumpat dan menggerutu, mereka dengan marah merobohkan sebuah rumah-rumahan di taman dan menggunakan kayunya untuk membuat api unggun raksasa tepat di tengah-tengah halaman belakang sang walikota.

Cahaya api unggun yang besar ini menarik perhatian para tamu. Menyadari dengan cepat adanya kemungkinan huru hara yang mengerikan, mereka ketakutan dan tercengang. Pesta itu menjadi sepi seperti kuburan. Keheningan suasana menggoyahkan keberanian setiap orang. Para tamu merasa seperti babi dan lembu di tempat penjagalan, yang sedang menunggu untuk dipotong sewaktu-waktu.

Melihat hal ini, tuan rumah dengan tenang berkata, “Jangan hiraukan api itu! Memang di luar cuaca amat dingin. Mereka pantas melakukannya. Benar-benar ide yang jempolan! Rumah taman itu sudah tidak mungkin diperbaiki lagi. Bahkan saya sudah merencanakan untuk menyewa beberapa pekerja untuk merobohkan rumah-rumahan itu.”

Kemudian ia menggumamkan beberapa kata kepada pembantu rumah tangganya yang sedang kebingungan dan menyuruhnya pergi. “Saya telah memerintahkan seorang pelayan untuk menyampaikan rasa terima kasih saya.” 

Setiap orang menoleh ke arahnya dan mendengarkan perkataannya dengan seksama. “Oh ya,” tuan rumah itu mengingatkan pelayannya yang beranjak pergi.

“Tolong suruh koki membuat beberapa hidangan terbaiknya bagi para tentara yang telah bekerja keras itu. Dan jangan lupa membawakan mereka anggur juga.”

Sang walikota kemudian menyampaikan beberapa perkataan yang lucu dan dengan ramah mendorong para tamunya untuk melanjutkan acara ramah tamah mereka. Dalam waktu singkat, suasana pesta kembali menghangat dan menyenangkan. Pesta tersebut berlangsung tanpa ada gangguan lagi.

Pemberontakan yang sudah di ambang mata, dengan cerdik dihindarkan. Sesudah pesta tersebut, sang walikota tidak pernah menyinggung-nyinggung kejadian itu lagi, meski pun dia mempelajari dengan cermat sebab-sebabnya dan melakukan beberapa perubahan. Dia memperpendek dan mengurangi kekerapan pesta-pestanya dan berbaik hati meningkatkan akomodasi dan perlengkapan untuk para pengawalnya.

Awalnya para pengawal khawatir akan timbulnya pembalasan yang drastis, tetapi sesudah melihat kebijaksanaan yang baru, mereka sungguh-sungguh menghargai kemurahan dan kebijaksanaan sang tuan tersebut.

Kemarahan itu seperti api. Jika anda menyulutnya dengan kejengkelan, seperti kayu bakar, apinya akan bertambah liar dan menjadi tidak terkendali serta membahayakan. Bila dihadapkan pada situasi pembangkangan, ucapan yang hangat dan perhatian yang tulus dapat secara lebih efisien menenangkan bawahan seseorang daripada reaksi yang keras dan kaku. Seperti kata pepatah kuno, “Atasilah lawanmu dengan kebaikan.”

Dengan kebijaksanaan dan pengendalian diri, maka walikota yang cerdik itu bisa mengatasi dengan tenang ancaman yang mengerikan itu dan segera memenuhi permintaan mereka yang masuk akal. Dengan memusatkan perhatian pada sebab-sebab pembangkangan dan kemudian menyelesaikannya, dia benar-benar memadamkan api amarah dan menghindari konflik yang kemungkinan besar timbul.

Tidak ada komentar:
Write komentar