Bicara soal isteri, pasangan hidup, dan kehidupan seksual seorang kaisar Tiongkok, ternyata bukan hanya masalah memilih permaisuri saja yang bikin seluruh keluarga istana dan abdinya pusing tujuh keliling. Memilih permaisuri yang tepat misalnya, terkadang memerlukan waktu berbulan-bulan agar dapat menemukan pasangan yang paling sepadan, cantik, cerdas, berahim subur, dan tak membawa sial bagi sang kaisar.
Memilih selir mungkin tak sesulit itu. Yang penting cantik dan bertubuh aduhai, serta punya kepandaian lain seperti menyanyi, musik, dan menari. Justru sang kaisar yang terkadang pusing tujuh keliling untuk memilih siapa teman “bobo” nya nanti malam, karena rata-rata kaisar Tiongkok memiliki lebih dari 100 orang selir!Di masa Shang (abad 17-11 SM) dan Zhou misalnya, seorang ahli astrologi akan diminta untuk membaca posisi bintang agar dapat menentukan saat yang tepat bagi para kaisar untuk memadu kasih dengan selir-selirnya. Di Masa Zhou (Abad 11-256 SM), seorang kaisar biasanya memiliki 121 isteri dan selir. Untuk itu disiapkan satu agenda khusus yang harus dipatuhi jadualnya. Pada hari ke 1-9 kaisar akan menghabiskan waktunya bersama 9 dari 81 gundik rendahan. Hari ke 10-12 giliran bermalam dengan 9 dari 27 gundik terhormatnya. Hari ke 13 dihabiskan bersama 9 orang gundik kerajaan. Di hari ke-14 giliran 3 Selir Kerajaan yang menghabiskan waktu bersama Kaisar. Baru pada hari ke-15 dihabiskan berdua saja dengan sang permasuri. Bagaimana dengan ke 15 hari lainnya dalam bulan itu? Jadual untuk paruh kedua dalam satu bulan tetap sama hanya saja urutannya terbalik, dimulai dari Permaisuri, terus sampai ke gundik yang paling rendah!
Jadual yang rumit seperti itu ternyata berakar dari kepercayaan bahwa apabila sang Kaisar menyerap esensi Yin dari parter yang berbeda sebelum dia bersatu dengan permaisuri maka esensi Yang sang kaisar, akan semakin bertambah kuat dan mencapai puncaknya. Dengan begitu kaisar akan memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk memiliki anak keturunan yang sehat dan pintar dari permaisurinya.
Di masa Han (206 SM-220M) jadual rumit itu dihilangkan. Sebagai gantinya para kaisar Han diperbolehkan memilih teman “bobo” sesuai seleranya sendiri, dengan cara masing-masing. Seorang kaisar di masa ini setiap hari akan mengelilingi istana keputren dengan menaiki kereta yang ditarik 3 ekor kambing. Di dekat kamar selir mana kereta itu berhenti, maka selir itulah yang terpilih. Lama kelamaan cara pemilihan ini diketahui oleh para selir. Ada seorang selir yang cerdas lantas meletakkan daun bamboo yang dibubuhi garam di dekat pintu kabarnya. Walhasil setiap hari selalu saja dia yang terpilih menemani kaisar. Lama lama taktik ini ditiru oleh banyak selir istana sehingga sang kambing jadi kebingungan.
Kaisar Han Chengdi yang terobsesi dengan warna hitam punya taktik lain untuk memilih selir. Seluruh dinding istana dicat serba hitam. Tirai dan furniturnya juga berwarna hitam. Seluruh selir dan isteri-isterinya diminta mengenakan pakaian dalam dan gaun berwarna hitam. Pada malam hari semua lilin-lilin (juga berwarna hitam) dimatikan dan para wanita-wanita Han Chengdi digiring ke satu ruangan. Han Chengdi lalu main petak umpet. Siapa tertangkap, dia yang terpilih!
Kaisar Romantis Kaisar Xuanzong dari masa Tang (618-907) punya cara penyeleksian yang lebih romantis. Seluruh 3000 selirnya diminta menyematkan bunga di rambut mereka. Sang kaisar setelah itu melepaskan seekor kupu Rama-Rama (Kupu Gajah). Selir yang rambutnya dihinggapi kupu-kupu itulah yang bakal terpilih.
Kaisar Qingzong, masih dari zaman Tang lebih suka menggunakan anak panah tumpul yang diberi bubuk wewangian. Anak panah itu lalu dilepaskan. Siapa terkena panah dan tubuhnya berbau harum bakal kebagian malam tak terlupakan bersama Kaisar Qingzong.
Dari semua kaisar Tiongkong barangkali tak ada teknik yang lebih puitis dan romantis dibandingkan yang dilakukan oleh Kaisar Chengzong dari masa Ming (1368-1644). Pada musim semi setiap subuh Kaisar Chengzong akan berlayar di danau istana bersama sekelompok selirnya. Di atas perahu kaisar lantas melepaskan ribuan kunang-kunang. Wanita yang rambutnya dihinggapi kunang-kunang akan menjadi finalis. Siapa yang rambutnya paling banyak dihinggapi kunang-kunang bakal jadi ratu sehari dan boleh memonopoli kaisar. Menyiasati taktik kaisar, banyak selir yang tak putus akal. Rambut mereka pun dilumuri minyak mawar. Sebagai akibatnya ada banyak finalis dan ratu yang harus “diladeni” dan ujung-ujungnya justru kaisar yang keok!
Kaisar Chengzhong punya cara lain yang tak kalah puitis. Dia akan menulis dua larik puisi ternama dari masa Tang di atas sehelai daun. Para selir sementara itu diminta untuk menulis dua larik penutupnya. Daun-daun itu lalu dihanyutkan ke kanal di istana. Bila ada dua daun, satu milik kaisar, satu milik selir yang mengalir beriringan, kedua daun akan angkat. Apabila larik-larik puisi di atas kedua daun ternyata berasal dari puisi yang sama, maka selir itulah yang akan terseleksi sebagai teman memadu kasih kaisar malam itu.
Kaisar Paranoid
Lain di zaman Ming lain pula di zaman Qing. Dinasti Qing adalah dinasti yang didirikan oleh suku bangsa Manchuria. Walau telah mengadaptasi banyak kebudayaan orang Han yang mayoritas di Tiongkok, pemerintah Qing masih saja merasa paranoid kalau-kalau kaisarnya akan dibunuh oleh wanita Han yang menyamar sebagai selir. Ketakutan itu kemudian melahirkan sistem penyeleksian selir yang tak kalah unik. Pada pagi hari di mana kaisar memilih selir seperaduannya, dia akan menuliskan nama selir tersebut di sebuah papan khusus berwarna hijau. Selir yang terpilih itu akan menghabiskan waktu seharian untuk menyiapkan diri seperti mandi atau mengharumkan dirinya dengan dupa wangi. Pada malam harinya seorang kasim akan datang untuk mencek identitasnya. Selir ini akan ditelanjangi dan diperiksa dengan seksama kalau-kalau dia menyimpan benda tajam di balik bajunya. Setelah itu dalam keadaan bugil, selir akan dibungkus dengan kantong besar terbuat dari sutera. Orang kasim akan memanggulnya ke kamar tidur kaisar. Setelah “Pertemuan Asmara” dengan kaisar, selir akan “dikemas ulang” dan dikembalikan ke kamarnya
Memilih selir mungkin tak sesulit itu. Yang penting cantik dan bertubuh aduhai, serta punya kepandaian lain seperti menyanyi, musik, dan menari. Justru sang kaisar yang terkadang pusing tujuh keliling untuk memilih siapa teman “bobo” nya nanti malam, karena rata-rata kaisar Tiongkok memiliki lebih dari 100 orang selir!Di masa Shang (abad 17-11 SM) dan Zhou misalnya, seorang ahli astrologi akan diminta untuk membaca posisi bintang agar dapat menentukan saat yang tepat bagi para kaisar untuk memadu kasih dengan selir-selirnya. Di Masa Zhou (Abad 11-256 SM), seorang kaisar biasanya memiliki 121 isteri dan selir. Untuk itu disiapkan satu agenda khusus yang harus dipatuhi jadualnya. Pada hari ke 1-9 kaisar akan menghabiskan waktunya bersama 9 dari 81 gundik rendahan. Hari ke 10-12 giliran bermalam dengan 9 dari 27 gundik terhormatnya. Hari ke 13 dihabiskan bersama 9 orang gundik kerajaan. Di hari ke-14 giliran 3 Selir Kerajaan yang menghabiskan waktu bersama Kaisar. Baru pada hari ke-15 dihabiskan berdua saja dengan sang permasuri. Bagaimana dengan ke 15 hari lainnya dalam bulan itu? Jadual untuk paruh kedua dalam satu bulan tetap sama hanya saja urutannya terbalik, dimulai dari Permaisuri, terus sampai ke gundik yang paling rendah!
Jadual yang rumit seperti itu ternyata berakar dari kepercayaan bahwa apabila sang Kaisar menyerap esensi Yin dari parter yang berbeda sebelum dia bersatu dengan permaisuri maka esensi Yang sang kaisar, akan semakin bertambah kuat dan mencapai puncaknya. Dengan begitu kaisar akan memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk memiliki anak keturunan yang sehat dan pintar dari permaisurinya.
Di masa Han (206 SM-220M) jadual rumit itu dihilangkan. Sebagai gantinya para kaisar Han diperbolehkan memilih teman “bobo” sesuai seleranya sendiri, dengan cara masing-masing. Seorang kaisar di masa ini setiap hari akan mengelilingi istana keputren dengan menaiki kereta yang ditarik 3 ekor kambing. Di dekat kamar selir mana kereta itu berhenti, maka selir itulah yang terpilih. Lama kelamaan cara pemilihan ini diketahui oleh para selir. Ada seorang selir yang cerdas lantas meletakkan daun bamboo yang dibubuhi garam di dekat pintu kabarnya. Walhasil setiap hari selalu saja dia yang terpilih menemani kaisar. Lama lama taktik ini ditiru oleh banyak selir istana sehingga sang kambing jadi kebingungan.
Kaisar Han Chengdi yang terobsesi dengan warna hitam punya taktik lain untuk memilih selir. Seluruh dinding istana dicat serba hitam. Tirai dan furniturnya juga berwarna hitam. Seluruh selir dan isteri-isterinya diminta mengenakan pakaian dalam dan gaun berwarna hitam. Pada malam hari semua lilin-lilin (juga berwarna hitam) dimatikan dan para wanita-wanita Han Chengdi digiring ke satu ruangan. Han Chengdi lalu main petak umpet. Siapa tertangkap, dia yang terpilih!
Kaisar Romantis Kaisar Xuanzong dari masa Tang (618-907) punya cara penyeleksian yang lebih romantis. Seluruh 3000 selirnya diminta menyematkan bunga di rambut mereka. Sang kaisar setelah itu melepaskan seekor kupu Rama-Rama (Kupu Gajah). Selir yang rambutnya dihinggapi kupu-kupu itulah yang bakal terpilih.
Kaisar Qingzong, masih dari zaman Tang lebih suka menggunakan anak panah tumpul yang diberi bubuk wewangian. Anak panah itu lalu dilepaskan. Siapa terkena panah dan tubuhnya berbau harum bakal kebagian malam tak terlupakan bersama Kaisar Qingzong.
Dari semua kaisar Tiongkong barangkali tak ada teknik yang lebih puitis dan romantis dibandingkan yang dilakukan oleh Kaisar Chengzong dari masa Ming (1368-1644). Pada musim semi setiap subuh Kaisar Chengzong akan berlayar di danau istana bersama sekelompok selirnya. Di atas perahu kaisar lantas melepaskan ribuan kunang-kunang. Wanita yang rambutnya dihinggapi kunang-kunang akan menjadi finalis. Siapa yang rambutnya paling banyak dihinggapi kunang-kunang bakal jadi ratu sehari dan boleh memonopoli kaisar. Menyiasati taktik kaisar, banyak selir yang tak putus akal. Rambut mereka pun dilumuri minyak mawar. Sebagai akibatnya ada banyak finalis dan ratu yang harus “diladeni” dan ujung-ujungnya justru kaisar yang keok!
Kaisar Chengzhong punya cara lain yang tak kalah puitis. Dia akan menulis dua larik puisi ternama dari masa Tang di atas sehelai daun. Para selir sementara itu diminta untuk menulis dua larik penutupnya. Daun-daun itu lalu dihanyutkan ke kanal di istana. Bila ada dua daun, satu milik kaisar, satu milik selir yang mengalir beriringan, kedua daun akan angkat. Apabila larik-larik puisi di atas kedua daun ternyata berasal dari puisi yang sama, maka selir itulah yang akan terseleksi sebagai teman memadu kasih kaisar malam itu.
Kaisar Paranoid
Lain di zaman Ming lain pula di zaman Qing. Dinasti Qing adalah dinasti yang didirikan oleh suku bangsa Manchuria. Walau telah mengadaptasi banyak kebudayaan orang Han yang mayoritas di Tiongkok, pemerintah Qing masih saja merasa paranoid kalau-kalau kaisarnya akan dibunuh oleh wanita Han yang menyamar sebagai selir. Ketakutan itu kemudian melahirkan sistem penyeleksian selir yang tak kalah unik. Pada pagi hari di mana kaisar memilih selir seperaduannya, dia akan menuliskan nama selir tersebut di sebuah papan khusus berwarna hijau. Selir yang terpilih itu akan menghabiskan waktu seharian untuk menyiapkan diri seperti mandi atau mengharumkan dirinya dengan dupa wangi. Pada malam harinya seorang kasim akan datang untuk mencek identitasnya. Selir ini akan ditelanjangi dan diperiksa dengan seksama kalau-kalau dia menyimpan benda tajam di balik bajunya. Setelah itu dalam keadaan bugil, selir akan dibungkus dengan kantong besar terbuat dari sutera. Orang kasim akan memanggulnya ke kamar tidur kaisar. Setelah “Pertemuan Asmara” dengan kaisar, selir akan “dikemas ulang” dan dikembalikan ke kamarnya
Tidak ada komentar:
Write komentar