T’u Ch’inyang, seorang kepala daerah Ch’ient’ang di Chekiang menjadi sakit parah karena secara tidak sengaja dokter telah memberinya obat yang salah, yang hampir membuatnya meninggal.
T’u menyadari betapa berharganya hidup, tapi hidupnya rapuh. Sehingga dia bersumpah, “Saya bersumpah akan mengabdikan hidup saya untuk membantu sesama dan menyelamatkan dunia. Tugas yang utama adalah bertobat dan menyelamatkan seisi dunia. Tidak ada hal lain yang perlu diperhatikan."
Suatu hari, Dewi Kwan Im, penyelamat yang welas asih mendatanginya dalam mimpi dan berkata, “Dalam kehidupan lampau, kau adalah seorang pejabat di Ch’u. Meskipun jujur, tapi kau terlalu keras sehingga menyebabkan kesulitan bagi orang-orang yang sebenarnya dapat dihindari. Kau tidak egois ataupun serakah, tetapi tindakanmu telah menyebabkan kau kehilangan pangkat. Lagi pula kau terlalu banyak makan hewan, sehingga tentu saja akibatnya hidupmu dipersingkat.
“Untunglah, penyakit ini telah membuka mata hatimu dan kau telah mengucapkan sumpah yang sangat baik. Kau telah bertekad untuk menolong yang lain dan tidak menyimpan kemarahan di hati. Ini amat baik. Jika kau ingin hidup panjang, kebaikan tersembunyi terbesar adalah menyelamatkan nyawa-nyawa. Melepas hewan-hewan yang tertangkap di sangkar-sangkar atau memelihara hewan yang tadinya akan dibunuh. Ini juga akan memberimu pangkat yang lebih tinggi. Jaga diri dan Lakukanlah perbuatan yang baik.”
Setelah dia terbangun, T’u memberi tahu keluarganya untuk tidak membunuh hewan lagi. Sejak saat itu dia mulai menyumbang uang untuk membebaskan hewan-hewan yang malang.
Sehingga pada musim dingin itu, dia dinaikkan pangkatnya untuk bertanggung jawab atas daerah Chiochiang, dan pada musim semi berikutnya, penyakitnya benar-benar telah sembuh. T’u amat bersyukur kepada Kwan Im dan para Buddha.
Dia selalu mengingat sumpahnya untuk menolong sesama. Cara terbaik untuk melakukannya adalah mengatakan pada mereka untuk tidak membunuh, tetapi melepas makhluk hidup. T’u selalu jujur dan mengerjakan tugas-tugasnya dengan hati-hati, sehingga membuatnya panjang umur dan meninggal karena usia tua.
T’u menyadari betapa berharganya hidup, tapi hidupnya rapuh. Sehingga dia bersumpah, “Saya bersumpah akan mengabdikan hidup saya untuk membantu sesama dan menyelamatkan dunia. Tugas yang utama adalah bertobat dan menyelamatkan seisi dunia. Tidak ada hal lain yang perlu diperhatikan."
Suatu hari, Dewi Kwan Im, penyelamat yang welas asih mendatanginya dalam mimpi dan berkata, “Dalam kehidupan lampau, kau adalah seorang pejabat di Ch’u. Meskipun jujur, tapi kau terlalu keras sehingga menyebabkan kesulitan bagi orang-orang yang sebenarnya dapat dihindari. Kau tidak egois ataupun serakah, tetapi tindakanmu telah menyebabkan kau kehilangan pangkat. Lagi pula kau terlalu banyak makan hewan, sehingga tentu saja akibatnya hidupmu dipersingkat.
“Untunglah, penyakit ini telah membuka mata hatimu dan kau telah mengucapkan sumpah yang sangat baik. Kau telah bertekad untuk menolong yang lain dan tidak menyimpan kemarahan di hati. Ini amat baik. Jika kau ingin hidup panjang, kebaikan tersembunyi terbesar adalah menyelamatkan nyawa-nyawa. Melepas hewan-hewan yang tertangkap di sangkar-sangkar atau memelihara hewan yang tadinya akan dibunuh. Ini juga akan memberimu pangkat yang lebih tinggi. Jaga diri dan Lakukanlah perbuatan yang baik.”
Setelah dia terbangun, T’u memberi tahu keluarganya untuk tidak membunuh hewan lagi. Sejak saat itu dia mulai menyumbang uang untuk membebaskan hewan-hewan yang malang.
Sehingga pada musim dingin itu, dia dinaikkan pangkatnya untuk bertanggung jawab atas daerah Chiochiang, dan pada musim semi berikutnya, penyakitnya benar-benar telah sembuh. T’u amat bersyukur kepada Kwan Im dan para Buddha.
Dia selalu mengingat sumpahnya untuk menolong sesama. Cara terbaik untuk melakukannya adalah mengatakan pada mereka untuk tidak membunuh, tetapi melepas makhluk hidup. T’u selalu jujur dan mengerjakan tugas-tugasnya dengan hati-hati, sehingga membuatnya panjang umur dan meninggal karena usia tua.
Tidak ada komentar:
Write komentar