|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Rabu, 24 Agustus 2011

Hidup Bagaikan Mimpi, Tidur dan Terjaga

 

Seorang Bijak tanpa Kasih ibarat orang lumpuh... sedangkan Seorang Pengasih tanpa Kebijaksanaan bagai orang buta...Kembangkan lah Cinta Kasih dan Kebijaksanaan secara baik.Mimpi bukan hanya ada di dalam tidur, tetapi sesungguhnya hidup di dunia ini bagaikan mimpi. Sang Buddha menggambarkan hidup ini bagaikan sebuah mimpi. Untuk menerima hal ini mungkin sangatlah sulit, terutama jika kelihatan begitu mulus, menjanjikan kepuasan dan kesenangan. Tak ada orang yang suka dibangunkan dari mimpi indah, apalagi untuk diberitahu bahwa hidup mereka ternyata tak lebih hanya sebuah ilusi.
Tetapi bagaimana kita bisa membedakan antara mimpi dan terjaga? Menurut Sang Buddha, pada saat kita tidur kita mengalami mimpi-mimpi pendek - namun hidup adalah sebuah mimpi yang panjang. Anda mungkin tersadar sejenak bahwa anda hidup dalam sebuah mimpi, tetapi kemudian anda jatuh balik ke dalam mimpi itu lagi.

Di Buddhisme, terbangun dari mimpi kehidupan yang panjang itu berarti menyadari (realisasi) hakekat diri anda. Makhluk hidup yang tak mengalami realisasi ini, tinggal selamanya terjebak dalam mimpi.
Segala sesuatu muncul dan berlalu, segala sesuatu tidak riil. Kita berpikir bahwa mimpi mimpi kita itu tidak nyata dan percaya bahwa saat saat kita terjaga adalah kenyataan. Tetapi tatkala kita mengenali sifat ilusif dari tubuh, dunia, hidup dan mati, maka kita akan paham bahwa keduanya - tidur dan terjaga - sama sama sekedar bak mimpi.

Seorang fotografer Cina yang terkenal, Lang Jing Shan, mengambil potret potret pemandangan di daerah sekitar Sungai Kuning dan Sungai Yangtze, lalu menyusun hasilnya jadi mirip lukisan lukisan Cina "gunung dan air". Secara keseluruhan gambar tersebut mengesankan terbentuk dari fragment-fragment (potongan-potongan). Ya seperti itulah (sebetulnya) cara kerja pikiran kita. Pengalaman-pengalaman tersimpan sebagai fragment-fragment di dalam pikiran bawah sadar (subconscious mind). Kita tak pernah ingat pengalaman kita secara utuh, namun hanya berupa kejap kejap serta serpihan tak lengkap. Di suatu tempat atau waktu tertentu, potongan-potongan ingatan itu terkadang muncul kembali di pikiran sadar (consciousness); dan begitu pula halnya ketika kita bermimpi.

Barangkali anda mengalami deja vu tatkala melihat atau membaca sesuatu yang anda pikir pernah anda saksikan atau baca. Kita semua mempunyai bermacam pengalaman serta pemikiran yang (bisa) memicu terbitnya perasaan atau respon-respon tertentu dalam pikiran. Tapi ibarat foto impresionistik, respon-respon ini hanyalah berupa fragment-fragment - pantulan ilusif dari pengalaman, pemikiran, serta fantasi-fantasi kita.

Sangat sedikit orang ngerti kala mereka sedang bermimpi; lebih sedikit lagi orang yang ingin bangun - begitu mereka tahu bahwa mereka bermimpi. Orang yang belum menyadari hakekat dirinya (self nature) menyangka; dia sungguh terjaga banget, bahwa hidup ini riil, dan bahwa dia tidak menderita. Baru ketika dia memahami hakekat ilusifnya "diri" - dia sadar bahwa selama ini dia menjalani sebuah mimpi panjang, dan sungguh bercirikan sifat tak memuaskan. Tetapi relatif amat sedikit orang yang paham bahwa untuk mengenali hakekat ketidakkekalan serta sifat ilusifnya kehidupan ini - musti memerlukan latihan harian yang serius. Tak cukup dengan sekedar mendengar kata kata saya, membaca buku ataupun dengan mencapai pemahaman secara intelektual tentang konsep tersebut. Banyak yang telah mendengar tentang praktek, namun cuma sedikit yang sungguh mau commit dengannya. Lebih langka lagi adalah orang yang berpraktek, terbangun dari mimpi, dan bukannya jatuh balik ke dalam mimpi, namun - sampai merealisasi hakekat dirinya.

Ada cerita rakyat Cina populer: "Mimpi bubur cereal", berkisah tentang seorang pemuda yang berkelana ke ibukota guna mengikuti ujian negara untuk menjadi pegawai negeri. Di jalan dia bertemu dengan seorang tua yang sedang memasak bubur cereal. Ia lalu singgah sebentar. Orang tua itu melihat anak muda itu begitu lelah sehingga dia memberinya bantal untuk istirahat. Anak muda itu berbaring-tertidur dan segera tenggelam dalam mimpi yang panjang.

Dia bermimpi bahwa ia mendapat nilai yang paling tinggi dalam ujian. Kemudian ia menikahi putri raja dan menjadi perdana menteri kerajaan. Dia memiliki banyak selir dan saat mencapai usia seratus tahun ia memiliki anak yang tak terhitung jumlahnya. Ia sangat menikmati hidupnya yang panjang dan bahkan di usianya yang telah senja dia tak ingin mati. Namun ketika waktunya tiba, ia tak dapat mengelak, seperti juga yang pasti terjadi pada setiap orang, ia meninggal dunia. Setelah mati, dua demon (hantu) mengiringnya ke neraka karena dia sebelumnya menyalahgunakan kekuasaan yang dimiliki dan menggelapkan uang negara. Dia dihukum oleh raja neraka untuk mendaki gunung berpisau dan setelah itu dicemplungkan ke dalam tungku berisi minyak mendidih. Ia merasa kesakitan luar biasa lalu berteriak sekeras-kerasnya. Pada saat itu pula, si orang tua membangunkannya serta mengatakan bahwa bubur cerealnya sudah siap.

Untuk membuat cereal hanya dibutuhkan waktu sekitar dua jam, tetapi di dalam mimpinya, anak muda itu (serasa benar-benar) mengalami kehidupan sepanjang seratus tahun. Waktu berjalan begitu cepat adalah pengalaman yang sering kita rasakan. Waktu berjalan begitu cepat adalah pengalaman yang sering kita rasakan, tak hanya dalam mimpi, tetapi juga dalam kehidupan sehari hari. Kadang kita mengalami mimpi yang tampaknya begitu lama tetapi sesungguhnya hanya memakan waktu beberapa menit saja dihitung waktu terjaga. Persepsi yang berbeda-beda juga terjadi sewaktuy kita duduk meditasi. Bilamana kaki anda kesakitan dan anda tidak dapat berkonsentrasi - waktu rasanya merambat lambat; apabila kaki anda oke dan konsentrasi lancar tak masalah - waktu melayang begitu cepat.

Mimpi mimpi pada hakekatnya ilusif dan segera lewat berlalu, kesadaran kita akan waktu dan realita juga berlalu seperti mimpi. Namun keliru kalau mengira bahwa tindakan-tindakan kita kala (terjaga) di kehidupan sehari hari tak membawa konsekuensi layaknya dalam mimpi-mimpi. Boleh jadi kita tidak perlu menanggung akibat dari tindakan yang di dalam mimpi, tapi kita tak bisa menghindari konsekuensi dari tindakan-tindakan di hidup sehari-hari kala terjaga. Tindakan serta kata-kata akan menelurkan efek-efek kuat yang membekas lama, tidak bisa hilang begitu saja seperti kalau mimpi. Ini adalah prinsip sebab dan akibat.

Kebanyakan orang mengira bahwa mereka tidak perlu mempertanggung-jawabkan pemikiran pemikiran mereka - sejauh ini hanya berupa pemikiran dan mereka tidak melakukannya. Kita semua memiliki pemikiran-pemikiran buruk yang tidak (sempat) kita perbuat; menginginkan apa saja yang terlihat, hasrat untuk menyakiti orang yang tidak kita sukai, dan seterusnya. Bahkan seorang ibu yang sangat baikpun kadang kita berpikir tentang membunuh anaknya sendiri ketika si anak menangis terlalu keras. Sebagian besar, kita tak percaya bahwa pemikiran ini melanggar Sila Buddhist untuk tidak; berbohong, membunuh, bertindak asusila, dan mencuri. Tetapi bagi penempuh Jalan Bodhisatva, meladeni pemikiran-pemikiran macam demikian sudah serupa dengan pelanggaran Sila. Mungkin hanya sedikit orang berpikir tentang memukul atau membunuh seseorang - saat mereka duduk meditasi. Namun dalam mimpi kala tidur serta di sepanjang kehidupan sehari-hari, pemikiran-pemikiran kasar dan kejam barangkali cukup sering muncul. Seseorang yang berlatih secara teratur, yang mengadopsi sikap bodhisatva, perlu meninggalkan-lepas semua gagasan (buruk) tersebut baik di dalam mimpi maupun kehidupan sehari-hari.

Pada waktu bermimpi, orang mungkin mempunyai pemikiran pemikiran yang tidak bajik atau bahkan melakukan perbuatan buruk. Hal ini karena pemikiran pemikiran tersebut masih tinggal terendap di pikiran mereka. Namun praktisi sejati tingkat lanjut takkan mimpi bertindak salah seperti itu - sebagaimana halnya mereka tak melanggar Sila kala terjaga. Ini disebut sebagai kesesuaian antara pemikiran dan tindakan. Sebaliknya, ketidaksesuaian, menunjukkan seseorang tidak melanggar Sila di waktu jaga, tetapi masih memiliki pemikiran buruk sewaktu bermimpi. Sebuah anekdot dari pengalaman mengajar saya memberikan analogi yang bermanfaat tentang hal ketidaksesuaian.

Beberapa tahun yang lalu, ketika saya sedang mengajar - tiba tiba lampunya padam sehingga kelas jadi gelap gulita. Semua murid lalu mulai berteriak dan tertawa keras. Mengapa ? Pikiran mereka yang tadinya bersembunyi - muncul keluar. Sebelumnya mereka memperlihatkan kontrol-diri yang baik tatkala dalam keadaan terang., tetapi ternyata dalam keadaan gelap (karena merasa leluasa) mereka lepas kontrol.

Kendati kita menyadari bahwa hidup ini kosong, tak nyata dan bagaikan mimpi, kita tetap mempunyai tanggung jawab terhadap mimpi tidur dan jaga ini. Seperti juga aktivitas tubuh menciptakan karma, demikian juga aktivitas pikiran. Sebagai contoh, kalau anda tidak tahu ada seseorang di belakang anda, anda mungkin tanpa sengaja menginjak kaki-nya dan kemudian minta maaf. Dalam kasus ini anda bisa jadi tidak akan merasa telah melakukan sesuatu yang salah. Demikian pula, dari sudut pandang bodhisatva, perbuatan yang dilakukan oleh tubuh tak begitu serius akibatnya - dibanding perbuatan yang dilakukan oleh pikiran.

Karena jalan bodhisatva adalah berdasarkan pencapaian realisasi-mental, kita harus mengerti bahwa karma yang disebabkan oleh tubuh artinya lebih kecil dibanding karma yang ditimbulkan oleh pikiran. Maka, kita harus memperhatikan serius gerak perilaku mental kita dan bertanggungjawab untuk itu. Kita harus membuat pikiran kita simpel, tenang, dan penuh kedamaian. Latihan yang sungguh-sungguh serta rajin akan membantu kita menenangkan tubuh dan pikiran, yang mana kemudian, dari hari-hari - akan mengurangi halangan karma kita.

Tidak ada komentar:
Write komentar