|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Minggu, 20 November 2011

Kitab Tao Te Ching, Bagian 2 Te Ching ( 德 经 ) Bab 38-81.

 


Tao Te Ching ( Cina: 道德经, Dao de jing ) yang diterjemahkan sebagai "Kitab Jalan" adalah sebuah kitab suci Cina kuno.Tradisi mengatakan bahwa buku itu ditulis sekitar 600 SM oleh seorang bijak bernama Laozi ( "Guru Tua"), catatan-penjaga di Pengadilan Kaisar dari Dinasti Zhou.

Tao Te Ching adalah manual klasik Kebajikan pada seni hidup, dan salah satu keajaiban dunia. 

Tao Te Ching adalah buku singkat dari sekitar 5.000 karakter Cina yang memiliki 81 bab singkat dan memiliki dua bagian. Bagian Satu adalah Ching Tao ( 道 经 ), yang merupakan bab 1-37. Bagian Dua adalah Te Ching ( 德 经 ), yang merupakan bab 38-81.

Berikut adalah Bagian Dua, Te Ching ( 德 经 ), yang merupakan bab 38-81 :

Bab 38 : Kebajikan luhur tidak dikenal sebagai kebajikan

Kebajikan luhur tidak dikenal sebagai kebajikan, tetapi justru ini adalah kebajikan yang sejati. Kebajikan yang rendah terlihat nyata akan tetapi justru karena kelihatan, maka ia bukannya kebajikan yang sewajarnya. 

Kebajikan luhur tanpa berbuat namun tidak ada yang tidak dikerjakan olehnya. Kebajikan yang rendah dilakukan menurut keinginan sang aku, maka perbuatanya mempunyai maksud-maksud tertentu, yaitu pamrih.

Budi yang luhur melakukan kebajikan tanpa minta pembalasan budi. Keadilan yang luhur berkehendak mendapatkan sesuatu yang sesuai dengan pekerjaannya.

Peradapan tinggi di bangun tetapi tidak mendapat sambutan, dengan menyingsingkan lengan baju berusaha supaya peraturan itu dituruti, kalau perlukan dengan kekerasan dan paksaan, akan tetapi umumnya tidak diindahkan.

Maka bila sifat Tao yang sewajarnya lenyap, kemudian orang menonjolkan kebajikan, setelah sifat kebajikan itu lenyap, kemudian orang lantas menonjolkan cinta kasih, setelah cinta kasih lenyap kemudian orang menonjolkan keadilan, setelah keadilan lenyap orang lantas menyusun peraturan dan undang-undang.

Setelah orang merasa perlu menyusun peraturan dan undang-undang, maka menandakan kesetiaan dan kejujuran dari rakyat jelata sudah menjadi tipis sehingga kekalutan mulai merajalela .

Kebajikan-kebajikan yang diwariskan oleh para budiman dari jaman dulu, sekarang hanya dibangga-banggakan bagai barang yang indah, tetapi tidak dijalankan dengan sesungguhnya dan ini di pandang sebagai permulaan suatu kebodohan.

Dari itu orang budiman mengutamakan keluhuran budi dan mengabaikan keindahan dan kemewahan yang hanay tampak di lahir. Membuang segala sesuatu yang buruk dan memegang pada yang utama.


Bab 39 : Barang siapa manunggal pada Tao akan sempurna

Sejak jaman dahulu tak bisa lain barang siapa bersatu pada Yang Maha Esa akan memperoleh kesempurnaan, misalnya langit memperoleh persatuan menjadi terang. Bumi memperoleh persatuan menjadi tenang .

Dewa memperoleh persatuan menampilkan kemukjijatan, lembah memperoleh persatuan menjadi padat, segala makhluk memperoleh persatuan hingga hidup. Raja memperoleh persatuan hingga dapat memerintah negerinya dengan bijaksana. Dengan demikian kesempurnaan mereka didapatkan oleh karena persatuan dengan Yang Maha Esa.

Bila langit tidak terang dikhawatirkan akan menimbulkan kekacauan. Bila bumi tidak tenang dikhawatirkan akan menimbulkan bencana . Bila Dewa tidak menampilkan kemujijatan akan mengalami kemusnahan. Bila lembah tidak padat akan mengalami kekeringan.

Bila segala makhluk tak menampilkan kelahiran dikhawatirkan akan musnah . Bila raja tak bijaksana dikhawartikan pemerintahannya akan hancur.

Maka yang mulia menggunakan yang hina sebagai pokok. Yang tinggi mengunakan yang rendah sebagai dasar. Dari sebab itu raja-raja yang mulia berkedudukan, tapi tidak sombong bahkan menyebut dirinya orang yang serba kekurangan / anak piatu dan sebagainya. Bukankah ini yang disebut kehinaan sebagai pokok kemuliaan. 

Maka orang yang dapat memperoleh nama mulia tidak mengagung-agungkan namanya sendiri. Maka orang bijaksana tidak memamer-mamerkan dirinya laksana mutiara yang germelapan, bahkan memperlihatkan dirinya seolah-olah batu kerikil biasa.

Bab 40 : Sifat kebalikan ialah pengerakan

Sifat kebalikan itulah pergerakan dari Tao.
Sifat lunak , itulah sesuai dengan sifat yang berguna dari Tao.
Segala benda di alam ini semua tumbuhnya dari sang ada, tetapi ada tumbuhnya dari tak ada.

Bab 41 : Bila tidak ditertawakan belum cukup untuk disebut Tao

Orang yang tinggi tingkat kebajikannya bila mendengar pelajaran Tao akan menaruh perhatian dengan sungguh-sungguh dan penuh nikmat serta melaksanakan pelajaran dengan rajin dan sepenuh hati.

Orang yang tingkat kebajikannya berada di tengah-tengah bila mendengar tentang Tao, terkadang ingat dan terkadang lupa.

Orang yang tingakat kebajikannya masih rendah bila mendengar pelajaran Tao akan tertawa terbahak-bahak . Bila tidak ditertawakan belum cukup untuk disebut Tao.

Oleh sebab itu ada pribahasa dari jaman dulu yang menyebutkan : Orang bijaksana yang benar-benar mengerti Tao, wujudnya kelihatan seperti orang bodoh, karena ia tak membanggakan kepandaiannya, bahkan ia menjadi seorang pendiam, hingga oleh orang biasa dipandang sebagai orang bodoh. 

Orang yang memperoleh kemajuan dari Tao kelihatannya terbelakang dan mundur, oleh karena itu siapa yang telah dapat menyesuaikan diri dengan Tao Ia menjadi demikian sederhana, tak tamak harta, tak mengejar kemewahan hingga oleh umum dianggap terbelakang.

Orang yang hidup tentram di dalam Tao kelihatannya kosong, oleh karena ia tidak germerlap bahkan kelihatan suram dan tawar, Kebajikan luhurnya bagaikan lembah yang luasnya tidak terbatas, hingga nampaknya kosong melompong, begitu pula kebajikan yang sangat luhur tak tampak wujudnya oleh penglihatan umum, karena tidak ditunjukkan dan dibangga-banggakan hingga namapak tak berisi. 

Yang putih bersih / suci murni tampak kotor / hina, karena orang yang benar-benar suci senantiasa menunjukkan sikap merendah, jujur, sewajarnya, tanpa variasi, maka kelihatan di mata umum bagaikan hina.

Kebajikan yang luas tidak terbatas, bagi pandangan umum kelihatan belum cukup sempurna, oleh karena luasnya kebajikan itu tak tampak oleh pandangan umum yang dangkal. 

Pembangunan kebajikan kadang-kadang di pandang sebagai orang rendah moralnya, yang oleh karena itu senantiasa mencurahkan sepenuh tenaga, pikiran dan waktunya untuk kebajikan hingga diri sendiri dilupakan dan kepentingan sendiri dilalaikan, sehingga bagi pandangan orang-orang yang tak mengenal kebajikan dicurigai sebagai orang curang. 

Barang yang asli kelihatan tak murni, oleh karena tanpa variasi hingga tampaknya tidak indah seperti tiruan.

Ruangan yang sangan luas tak ada sudut dan batasnya. Benda yang paling besar paling lama selesainya . Hal ini dapat dimengerti bahwa ruang angkasa tak ada batasnya dan benda yang paling besar menurut prosesnya akan selesai pada waktu yang terakhir. Suara yang terlalu nyaring jarang terdengar. 

Suara nyaring yang dapat terdengar di semesta alam ini adalah langkah. Maka jarang terdengar. Wujud yang paling besar tidak berupa. Benda besar yang berwujud di dalam semesta alam ini sungguh sukar untuk dilihat bentuk dan sifatnya. Oleh karena ia tidak berupa.

Tao yang maha sempurna senantiasa tersembunyi dari mata orang, sehingga tak ada namanya. Lao Tse sendiri tidak tahu namanya, hanya untuk dapat dikenal secara terpaksa Lao Tse menyebutnya Tao. 

Siapa yang dapat bersatu dengan Tao maka ia dapat menyempurnakan segala sesuatu, misalnya para suci adalah makhluk-mahluk suci yang telah bersatu dengan Tao, hingga mempunyai kewibawaan / kesaktian untuk menyempurnakan segala sesuatu yang berada dalam alam ini. 

Bab 42 : Tao menciptakan satu. Satu menciptakan dua dan seterusnya

Tao menciptakan satu, satu menciptakan dua, dua menciptakan segala benda dan makluk yang berwujud dan terhampar di semesta alam ini .

Segala benda memanggul sifat Yin dan memeluk sifat yang, maka segala benda tak lepas dari sifat positif dan negatif .

Yang menimbulkan keselarasan antara hawa positif dan hawa negatif adalah suasana kekosongan dari alam Buk Kek ( kosong ).

Umumnya orang membenci kemiskinan, piatu / rendah, akan tetapi justru raja yang dimuliakan rakyat seluruh negeri Membahasakan diri sendiri dengan sebutan Kwa Jin, yaitu berarti orang yang serba kekurangan, suatu keadaan yang oleh umumnya dipandang menjijikan, tetapi justru digunakan oleh raja sebagai sebutan dirinya .

Maka benda-benda di dunia ini ada yang nampaknya merugikan, akan tetapi sesungguhnya menguntungkan dan bermanfaat. Sebaliknya yang nampaknya menguntungkan justru merugikan.

Pengetahuan seperti yang diuraikan tersebut di atas adalah suatu ilmu kenyataan yang diajarkan kepada manusia olehpara bijaksana dari jaman dulu, yang juga aku gunakan sebagai pokok dari pelajaranku.

Orang yang kuat dan menggunakan kekuatanya untuk melakukan kejahatan akhirnya akan menemukan ajalnya dengan tidak sewajarnya .Dengan pengetahuan ini aku dapat menjadi guru untuk memberi pelajaran kepada sesama.

Bab 43 : Kebajikan tanpa berbuat ( Wu Wei ) dari Tao

Kelemahan yang sempurna dalam dunia ini dapat menguasai benda-benda yang kuat di dunia . Kekuasaan yang meliputi semua tak ada yang tidak diliputinya. Dari itu aku mengetahui betapa gunanya kebajikan dari tanpa berbuat / Wu Wei.

Memberi pelajaran tanpa berbicara dan menggunakan tanpa berbuat di antara manusia di dunia ini jarang yang dapat mencapainya.

Bab 44 : Tahu kecukupan dan tahu berhenti adalah sifat dari Tao 

Nama dan diri, manakah yang lebih berharga ? Diri dan harta benda, manakah yang lebih berat ? Kehilangan / mendapatkan, manakah yang lebih menyakitkan ? 

Maka barang siapa yang mencintai akan banyak menderita ? Barang siapa mengetahui kecukupan tidak mendapat malu / kehinaan. Barang siapa terlalu banyak menimbun pasti akan banayk kehilangan. Siapa tahu berhenti tidak mendapat bencana. Dapat tinggal lama dan abadi.

Bab 45 : Tao yang sempurna bahkan nampaknya kurang sempurna

Barang siapa mencapai hasil yang amat sempurna bahkan nampaknya seolah-olah cacat dan kelihatannya tidak sempurna, namun kegunaannya sungguh tidak mengecewakan .

Barang siapa mencapai kebulatan penuh, bahkan nampaknya masih kurang dan kosong, namun kegunaannya dipakai selamanya tak habis . 

Yang lurus nampaknya bengkok.Yang sangat pandai nampak bodoh. Yang pandai berdebat nampak tak lancar bicara. 

Kemenangan yang menggunakan kekerasan bersifat dingin, kebalikannya kemenangan yang dengan diam bersifat hangat / dapat diartikan juga Pergerakan dapat kemenangan atas hawa dingin, sebaliknya ketenangan mendapat kemenangan atas hawa panas. Diam / tenang adalah kelanggangan / kestabilan yang sesuai dengan sifat yang sempurna.

Bab 46 : Keinginan yang tak mengenal puas tidak sesuai dengan Tao

Kalau dunia sedang damai orang tak membutuhkan tentara berkuda, bahkan orang lebih membutuhkan kotoran kuda untuk memupuk sawah dan tanaman.

Kalau dunia dalam perang peralatan senjata dan kuda-kuda perang disiapkan di perbatasan kota.

Tidak ada bencana yang lebih besar daripada sifat orang yang tidak merasa puas. Tidak ada bahaya yang lebih besar daripada nafsu keinginan manusia untuk memperoleh sesuatu.

Maka orang yang luhur budinya mengenal arti cukup, tidak serakah, tidak tamak, bahkan dapat merasa puas untuk menghadapi segala keadaan yang justru dialami, inilah yang dikatakan kecukupan dalam arti kekal.

Bab 47 : Tao bertentangan dengan pendapat umum 

Tidak keluar pintu dapat mengetahui masalah dunia. Tidak mengintip dari jendela tapi dapat melihat hukum alam. Ia keluar semakin jauh, pengetahuannya semakin sedikit.

Maka seorang suci walaupun tidak pergi kemana-mana tetap mengetahui. Walaupun tidak mengenal sendiri tapi mengenal semuanya dan walaupun tidak berbuat suatu apa pun tetapi semuanya dapat terjadi dengan sempurna.

Bab 48 : Yang menyakini Tao makin lama makin mundur 

Yang belajar ilmu pengetahuan tambah hari tambah maju, tetapi yang meyakini Tao tambah hari tambah mundur. Mundur semakin mundur hingga pada akhirnya mencapai tingkat tidak berbuat. Setelah mencapai tingkat berbuat tak ada sesuatu pun yang tak dapat dilakukannya.

Raja bijaksana yang dapat berkuasa di dunia adalah sesungguhnya raja yang melakukan kebajikan tanpa berbuat . Bila seorang raja belum bebas dari keinginan dan angkara murkanya, maka ia pun masih belum sempurna, sehingga tak mempunyai kemampuan cukup menguasai suatu negeri di dunia ini.

Bab 49 : Sikap seorang budiman yang sesuai dengan Tao

Seorang budiman tidak berhati keras, tetapi pikirannya sesuai dengan pikiran rakyat yang terbanyak. Pada orang baik aku membalas dengan kebaikan, begitu pun terhadap orang yang tidak baik aku membalas dengan kebaikan juga. Demikian adalah kebajikan yang luhur.

Pada orang yang jujur aku membalas dengan kejujuran, begitu pun terhadap orang yang tak jujur aku membalas dengan kejujuran juga. Demikian adalah kejujuran yang luhur.

Para budiman di dunia ini senantiasa memperkecil diri dan suka bergaul dengan rakyat jelata tanpa mengadakan perbedaan satu sama lain dan memandang mereka sama saja sebagai dirnya sendiri.

Rakyat jelata semuanya menaruh perhatian sungguh-sungguh dan penuh rasa hormat terhadapnya dan sang budiman memandang mereka bagaikan anak-anaknya sendiri.

Bab 50 : Tao membimbing ke arah jalan hidup

Keluar dari jalan hidup berarti memasuki jalan kematian. Orang yang mengetahui jalan hidup hanya tiga bagian .Yang mengetahui jalan mati hanya tiga bagian. Orang mempunyai kehidupan yang dapat menghindari dari tempat kematian hanya tiga bagian.

Sebab apakah demikian ? Karena hidup manusia itu terlalu mementingkan kesenangan hidupnya sendiri, sehingga melupakan pada hidup benar hukum alam.

Orang bijaksana yang mengenal jalan hidup benar senantiasa terhindar dari malapetaka, ibaratnya kalau jalan di daratan tak menjumpai macan, badak / binatang buas lainnya / bila masuk ketentaraan tak menemui bencana dari senjata.

Badak tak akan menggunakan tanduknya untuk menyeruduk. Macan tak akan menggunakan kukunya untuk menerkam dan tentara tak akan menggunakan senjata untuk membunuh. Sebab apakah demikian ? Karena ia tak berada pada jalan kematian.

Bab 51 : Tao menghidupi dan memelihara segalanya.

Tao yang menghidupi, kebajikan yang memelihara, benda yang mewujudkan dan sifat yang menyempurnakan. Dari itu segala makhluk tak bisa dapat semaunya memuja Tao dan memuliakan kebajikan, karena justru dua aspek inilah yang menghidupi dan memelihara mereka.

Keluhuran dari Tao dan kemuliaan dari kebajikan walaupun tanpa di perintah tetapi senantiasa dilakukan dengan sewajarnya.

Maka Tao menciptakan, memelihara, membesarkan, menumbuhkan, merawat dan melindungi.

Mencipta sesuatu dengan tanpa menganggap bahwa itu miliknya, Bekerja dengan tanpa bersandarkan atas keinginan / pamrih. Memelihara dan membesarkan dengan tanpa ada kemauan untuk menguasainya. Ini kebajikan yang sempurna.

Bab 52 : Tao adalah pokok permulaan segala benda

Di dalam alam semesta ini ada pokok permulaan ialah sesuatu yang pertama-tama telah ada maka ia disebut ibu dan alam.

Setelah mengetahui sang ibu, maka mengenal juga sang anak. Setelah mengenal sang anaknya kemudian menjaga sang ibu, selama hidupnya terhindar dari kesukaran.

Menutup mulutnya dan menutup pintunya selama hidupnya dirinya tak mengalami kesibukan.

Membuka mulutnya dan senantiasa mendapat banyak perkara selama hidupnya tak dapat ditolong.

Barang siapa dapat melihat dari mulut yang kecil dikatakan bijaksana.
Gunakanlah sinar terang untuk kembali pada penerangan, tidak menjadikan bencana bagi dirinya. Inilah ketenteraman abadi.

Bab 53 : Jalan ke arah Tao sangat lapang tetapi orang memilih jalan sempit.

Jika aku memperoleh kebajikan sesuai dengan Tao yang maha besar, namun masih di khawatirkan tak mempunyai keberanian untuk melaksanakan dalam praktek.

Jalan Tao yang maha besar adalah sangat aman, namun umumnya orang memilih jalan yang sempit dan penuh bahaya.

Istana dibangun bertingkat-tingkat indahnya, namun sawah-sawah dibiarkan terlantar tanpa dirawat, hingga tumbuh rumput ilalang yang mengakibatkan panen gagal, tak dapat memetik padinya dan lumbung-lumbung menjadi kosong.

Mengenakan pakaian bersulam yang mewah dengan warna-warna yang indah, dipinggangnya diselipkan pedang yang tajam, makan dan minum sepuas-puasnya, harta benda berlimpah-limpah. Maka ia lebih tepat di sebut pencuri besar, tindakan ini menyimpang jauh dari Tao .

Bab 54 : Tao adalah milik yang kekal dan abadi

Yang pandai membangun tak dapat dicabut pula. Yang pandai mendukung tak dapat lepas pula. Anak cucunya bersembahyang kepadanya untuk selamanya tak ada akhi . Siapa yang dapat menyesuaikan dirinya dengan Tao, maka dirinya akan mencapai kebijakan asli.

Setelah ia dapat menyesuaikan seluruh tetangganya dengan Tao, maka kebajikan jadi semakin besar pula.
Setelah ia dapat menyesuaikan seluruh desanya dengan Tao, maka ia akan mencapai kebajikan yang luhur.
Setelah ia dapat menyesuaikan negerinya dengan Tao, maka kebajikan menjadi luas .
Setelah ia dapat menyesuaikan dirinya dengan Tao, maka kebajikannya tak terbatas pula .

Maka dengan melihat diri, dengan rumah melihat rumah, dengan kampung melihat kampung, dengan negeri melihat negeri dan dengan dunia melihat dunia. 

Seseorang yang telah mencapai kesempurnaan dirinya, maka dapatlah menggunakan pandangan yang jelas terhadap diri orang lain dan setelah ia dapat menyempurnakan rumah tangga orang lain, sehingga dari kesempurnaan rumah tangganya sendiri, menjalar ke negeri orang lain, hingga pada akhirnya menjalar lebih jauh untuk kesempurnaan seluruh dunia.

Bagaimana kami dapat mengetahui keadaan alam ini ? Ialah dari pengetahuan tentang Tao tersebut.

Bab 55 : Kebajikan luhur dari Tao bagaikan bayi 

Seorang yang luhur kebajikannya mempunyai sifat yang sama dengan sifat dari bayi .
Tawon dan Kalajengking tidak menyengat, ular berbisa tidak mematuk, binatang buas tidak menerkam, burung elang dan rajawali tidak mengunakan kukunya untuk mencengkeram.
Walaupun tulangnya masih lembek dan urat-uratnya masih lemah tetapi cengkeramannya kuat. 

Walaupun belum mengetahui tergabungnya sifat jantan dan betina akan tetapi sekujur tubuhnya telah tersedia semua alat-alatnya dengan lengkap. Inilah pemberian alam yang sempurna.

Sepanjang hari menangis tetapi tidak serak, inilah keselarasan yang sempurna. Mengenal keselarasan dapat dikatakan langgeng. Mengenal kelanggengan dapat dikatakan bijaksana. Hidup berguna dapat dikatakan bahagia, hati yang berkuasa atas nafsu boleh dikata kuat.

Bab 56 : Yang mengerti Tao tak bicara dan yang bicara tak mengerti

Yang mengerti tak mau berbicara yang bicara tak mengerti. Membungkam mulutnya dan menutup pintunya. 

Menumpulkan segala ketajaman dan meredakan segala kekalutan. Sederhana gejala kegemilangan, sama seperti debu saja. Inilah yang disebut persamaan yang samar .

Maka orang budiman tidak terlalu dekat dengan yang satu, sebaliknya terlalu jauh dengan yang lain. Tidak menguntungkan pada satu pihak dan sebaliknya tidak mencelakai pihak lain. 

Tidak menjunjung dan memuliakan pada satu pihak dan sebaliknya tidak memandang rendah pada yang lain. Maka orang budiman yang demikian ini akan diberi penghargaan dan dimuliakan dunia.

Bab 57 : Yang sesuai dengan Tao hidup dan yang menentang runtuh

Dengan kejujuran dapat memerintah suatu negeri, dengan kepandaian ilmu perang orang dapat memegang komando atas suatu pasukan tentara dan dengan menggunakan kebajikan tanpa berbuat orang dapat menguasai pemerintahan suatu negara di dunia.

Bagaimana aku dapat mengetahui hal yang demikian ? Inilah semua dari hukum Tao. Apabila di dunia dijalankan banyak undang-undang yang membatasi dan merintangi usaha rakyat, maka semakin lama rakyat jadi semakin miskin. 

Bila rakyat dibiasakan memegang senjata maka negeri jadi semakin rusuh. Bila banyak orang pintar dan licik maka timbullah rupa-rupa keganjilan . Apabila undang-undang dijalankan semakin ketat, penjahat dan perampok jadi semakin banyak.

Maka seorang raja budiman mengatakan : Aku menjalankan kebajikan tanpa berbuat dengan sendirinya rakyat sejahtera. Aku menjalankan kebajikan tanpa berbuat, aku tinggal tentram dengan sendirinya rakyat sejahtera, aku tanpa mengurus dengan sendirinya rakyat sederhana dan wajar.

Bab 58 : Pemerintahan berdasarkan Tao dan yang menentang Tao.

Jika peraturan pemerintah sederhana, maka rakyat akan mentaati dengan patuh. Jika pemerintah mempertajam politiknya, maka rakyatnya akan gelisah.

Suatu bencana adalah sandaran dari keberuntungan, sebaliknya keberuntungan adalah tempat sembunyi dari bencana. Siapa yang mengetahui dengan jelas, bahwa rajanya tidak adil adanya. 

Bila ada orang jujur dan adil dalam pemerintahan segera dirintangi. Bila ada orang bijaksana dalam pemerintahan segera dikacaukan. Demikianlah orang telah tersesat jauh untuk sekian lamanya.

Dari itu raja bijaksana berlaku adil dan tenggang rasa akan tetapi tidak mengunakan kekerasan untuk menghukum. Tulus hati dan tak menyusahkan orang, berhati lurus dan tidak korupsi. Terang tetapi tidak menyilaukan.

Bab 59 : Raja yang hebat dan sederhana mengenal Tao lebih dini 

Seorang raja yang hendak memerintah rakyat negerinya dan mengabdi pada Tuhan yang maha esa, tidak boleh tidak harus hemat. 

Barang siapa bisa berlaku hemat dapat dikatakan ia telah sadar lebih dini akan hukum kodrat ( Hukum Tao ) dan siapa sadar lebih dini akan hukum kodrat dapat dikatakan seorang yang suka menimbun kebajikan.

Barang siapa menimbun kebajikan luhur, maka tak ada yang tak dapat dilakukan, setelah tak ada sesuatu yang tak dapat dilakukan, maka ia sendiri dengan tanpa mengetahui telah mencapai kesempurnaan yang tertinggi.

Barang siapa tak mengetahui kesempurnaan diri sendiri, ia adalah seorang budiman yang mempunyai kecakapan untuk memegang pemerintahan dari sebuah negeri dan apabila ia dapat memegang pokok dasar dari pemerintahan negeri maka kedudukannya akan langgeng selama-lamanya.

Bagaikan pohon yang berakar dalam dan dasarnya teguh hingga berusia panjang, hidup kekal dan abadi sesuai dengan Tao.

Bab 60 : Di dalam negeri yang sesuai dengan Tao tak ada gangguan iblis

Raja yang bijaksana dapat memerintah negeri besar demikian sederhana bagaikan hanya masak seekor ikan kecil saja.

Bila sang raja memegang pemerintahan berdasarkan Tao, maka negeri akan aman dan sejahtera sehingga iblis-iblis tidak menunjukan kegaiban.

Bukannya iblis-iblis itu tidak mampu untuk kegaiban, melainkan mereka tidak suka unjuk kegaiban itu untuk mengganggu orang.

Bukannya iblis-iblis tidak akan mengganggu orang, tetapi juga sang raja yang budiman berlaku welas asih dan tidak membuat susah rakyat.

Kedua belah pihak tidak suka membuat susah pada rakyat, maka kebajikannya bisa selaras dan bersama-sama membawa kebahagiaan semua rakyat.

Bab 61 : Negeri besar yang sesuai dengan Tao menjalankan politik damai

Negeri besar itu harus berlaku merendah bagaikan sungai yang mengalir turun. Hingga menjadi pusat perhubungan dunia dan menjadi sifat wanita dunia. Dengan sifat wanita yang diam dan lemah lembut dapat menaklukan pria dibawah pengaruhnya.

Maka bila negeri besar dapat berlaku ramah tamah dan rendah hati terhadap negeri kecil, dapat menggambil hati negeri kecil, sehingga negeri-negeri kecil masuk ke dalam sekutu mereka.

Sebaliknya negeri kecil yang mengunakan politik ramah-tamah dan merendah terhadap negeri besar, akan pun dapat memikat hati negeri besar untuk melindunginya. Oleh sebab itu, negeri-negeri yang mempunyai politik lunak mendapat kawan senantiasa pula dengan sikapnya yang toleransi untuk mendapatkan perlindungan.

Jika negeri besar tidak memiliki keinginan lain dari pada membantu memajukan kemakmuran ekonomi negeri-negeri lain. Begitu pula negeri kecil tidak memiliki tujuan lain daripada masuk dalam sekutu sebagai kawan serikat dari negeri besar. Mereka berdua akan mencapai keinginannya akan tetapi negeri yang besar terutama harus senantiasa berlaku rendah hati.

Bab 62 : Tao adalah pelindung segala makhluk

Tao adalah tempat berlindung yang sentosa dari segala makhluk. Mustika dari orang baik, tetapi juga memberi perlindungan pada orang yang tidak baik.

Dengan manis budi-bahasanya dapat menarik hati orang, dengan perilaku sopan santun, hormat dan tahu tata-krama menambah simpati orang. Orang yang tidak baik apa harus sia-sia ? 

Maka seorang raja besar yang didampingi tiga orang perdana menteri, walau pun banyak orang dari negeri lain yang mengirim upeti berupa benda-benda permata yang mahal harganya dan kereta yang ditarik oleh empat ekor kuda yang bagus, semuanya ini belum bisa melawan manfaat dari seorang yang duduk disampingnya sebagai penasehat yang sesuai degan keluhuran Tao.

Bagaimana pada jaman dahulu kala orang memuliakan Tao ? Bukannya untuk memperoleh apa-apa guna dirinya sendiri dan untuk menebus dosa, Maka dari itu Tao dimuliakan oleh dunia.
.
Bab 63 : Tao membalas kejahatan dengan kebaikan

Melakukan pekerjaan tanpa berbuat dan bekerja tanpa pamrih. Rasa tanpa dirasakan, tak ada rasa susah maupun senang. Tak ada perbedaan antara besar, kecil, banyak dan sedikit. Membalas kebencian dengan kebaikan.

Melakukan pekerjaan sulit dimulai dari bagian yang mudah. Melakukan perkerjaan besar dimulai dari bagian yang kecil.

Maka di dunia ini pekerjaan yang sulit dapat dikerjakan dengan mudah dan pekerjaan besar di dunia ini dapat diselesaikan bagaikan pekerjaan kecil saja.

Dari itu seorang budiman senantiasa tidak menunjukan kebesarannya dan tak berlaku sombong untuk melakukan pekerjaan besar, maka sikapnya yang demikian itu justru membuat ia memperoleh sukses besar.

Barang siapa dengan mudah memberi kesanggupan, maka sering membuat kekurangan-percayaan orang. Barang siapa memudahkan urusan tentu akhirnya mengalami banyak kesulitan .

Dari itu orang budiman tak memandang ringan segala perkara, maka pada akhirnya tak ada perkara sukar baginya.

Bab 64 : Tao tak menguasai sesuatu maka tak pernah kehilangan 

Bila dalam keadaan aman mudah dipertahankan, sebelumnya terjadi mudah di rundingkan. Bila dalam keadaan lemah mudah dipecah-pecah, sementara yang lembut mudah dihancurkan. 

Kerjakanlah sebelumnya ada apa-apa dan aturlah sebelum menjadi kalut. Pohon yang sebesar pelukan orang, mulai tumbuh dari tunas yang kecil. Gedung sembilan tingkat mulai dari setumpuk tanah. Perjalanan seribu kilometer dimulai dari satu langkah. 

Siapa yang mengerjakan akan gagal, siapa yang menguasai akan kehilangan. Dari itu orang budiman tak berbuat apa-apa, maka tak mengalami kegagalan, tidak menguasai apa-apa maka tak kegagalan.

Maka seorang budiman hanya menginginkan yang tak diingini oleh orang. Tidak menghargakan barang yang sukar didapatkan. 

Ia belajar apa yang orang tidak mempelajari dan guna membenarkan kesalahan orang banyak. Untuk membantu pada segala makhluk kembali pada sewajarnya dan tak berani berbuat aneh-aneh.

Bab 65 : Raja budiman yang sesuai dengan Tao membimbing rakyat pada sifatnya yang wajar

Pada jaman dulu raja bijaksana yang sesuai dengan Tao tak membimbing rakyat menjadi cerdik dan berakal muslihat, bahkan mereka dipimpin pada sifatnya yang sewajarnya .

Rakyat sukar diatur karena mereka sudah menjadi pintar dan mempunyai banyak akal yang licik. Maka raja yang memerintah negeri dengan mengutamkan akal-akal, kecerdikan dan kelicikan dapat dikatakan sebagai pengkhianat negeri.

Raja yang memerintah negeri dengan tak mengutamakan akal-akal, kecerdikan dan kelicikan akan membawa kebahagiaan bagi negerinya.

Barang siapa mengetahui dua rahasia ini. Maka dapat dijadikan contoh. Pengetahuan yang dapat dijadikan contoh ini dapat dikatakan kebajikan yang samar.

Kebajikan yang samar itu begitu murni dan luas. Bertentangan dengan sifat-sifat dari benda-benda umumnya . Tetapi pada akhirnya mencapai akhir yang sempurna.

Bab 66 : Pemimpin rakyat yang bersifat rendah hati sesuai dengan Tao

Apa sebabnya sungai besar dan lautan bisa menjadi Raja dari ratusan sumber-sumber dan menerima upeti dari sungai-sungai kecil yang semuanya mengalir menuju ke laut dan sungai besar. Oleh karena mereka pandai menempatkan diri di bawah, maka bisa menjadi raja dari ratusan sumber-sumber aliran.

Dari itu siapa yang memegang pemerintahan terhadap rakyat harus bicara lemah-lembut dan berlaku rendah hati. Barang siapa hendak memimpin rakyat harus bisa menempatkan diri di belakang, jangan terlalu menonjolkan diri sendiri.

Dari itu seorang budiman walaupun berkedudukan di atas, rakyat tak menaruh keberatan suatu apa, selagi berada di depannya pun rakyat tak mendapat kesukaran.

Maka dari itu orang di dunia memuja-muja kepadanya dengan tanpa merasa bosan, karena ia tak mau berebut, maka orang-orang di dunia tak ada yang berebut dengannya.

Bab 67 : Pada Tao yang maha besar ! orang tak dapat menyesuaikan diri 

Semua orang di dunia mengatakan bahwa Tao terlalu besar hingga mereka tak dapat menyesuaikan dirinya. Justru dari besarnya, maka tak dapat menyesuaikan diri, bila ada yang dapat menyesuaikan diri, namun tidak sepenuhnya hanya satu bagian kecil saja.

Aku mempunyai tiga mustika yang aku pegang teduh dan mempertahankannya, pertama cinta kasih, kedua hemat, ketiga tidak mendahului dunia.

Dengan sifatnya yang cinta kasih, maka ia selalu tabah. Dengan berlaku hemat dan sederhana ia dapat memperluas usahanya dan tak berani mendahului orang-orang lain, maka menjadi alat yang besar gunanya.

Barang siapa menggunakan cinta kasih bila di dalam peperangan akan memperoleh kemenangan. Di dalam pembelaan akan menjadi kuat dan teguh. Tuhan akan memberi karunia dengan cinta kasihnya dan akan melindungi dirinya.

Bab 68 : Kebajikan tidak bergulat ! Yang seimbang dengan Tao

Prajurit yang bijaksana tak memperlihatkan kegagalan. Seorang prajurit perang yang pandai tak berangasan. Seorang majikan yang pandai memakai orang selalu rendah hati .

Inilah yang disebut kebajikan dari tak berbuat. Inilah yang disebut dapat memakai tenaga-tenaga dan inilah yang pada jaman dulu disebut kesempurnaan yang seimbang dengan langit.

Bab 69 : Panglima perang yang sesuai dengan Tao lebih menghargai dari pada kemenangan

Seorang panglima perang mempunyai ujar bahwa kami tak berani menjadi tuan rumah hanya menjadi tamu. Tidak berani maju sejengkal, bahkan mundur selangkah.

Inilah yang dikatakan berbaris namun tidak maju,  tidak menggulung lengan baju, tidak menunjukan sikap permusuhan dan tidak menggenggam senjata di tangannya.

Tak ada bencana lebih besar dari gemar bermusuhan. Siapa gemar perang akan kehilangan miliknya yang berharga.

Maka bila dua pihak tentara saling bertempur yang merasa menyesal dengan adanya pertumpahan darah adalah pihak yang menang.

Bab 70 : Tao sesungguhnya mudah dimegerti dan mudah dijalankan

Bicaraku sangat mudah di mengerti dan sangat mudah dipahami. Tetapi manusia di dunia tak mau mengerti dan tak mau menjalani.

Pembicaraanku ada pokoknya dan pekerjaanku ada dasar dan tujuannya, karena mereka tak mengerti pokok dan pangkalnya maka mereka tak mengerti pelajaranku.

Yang mengerti pelajaranku itu jarang sekali, tetapi justru begitu ia sangat memuliakan padaku. Maka seorang budiman yang nampaknya sederhana di dalam dadanya tersembunyi mustika yang berharga.

Bab 71 : Siapa mengenal Tao akan pun mengenal cacat

Barang siapa yang mengerti, tapi tidak bangga dan tidak menunjukan dirinya mengerti, itulah tandanya ia mempunyai pengertian yang tinggi. Sebaliknya yang sesungguhnya tidak mengerti tetapi gemar menonjolkan diri sebagai orang yang mengerti, itu adalah satu cacat.

Barang siapa mengenali cacat-cacat dalam diri sendiri sebagai satu cacat maka barulah ia dapat membersihkan cacat-cacat itu, sehingga ia tak mempunyai cacat lagi.

Seorang budiman tak mempunyai cacat, karena beliu telah mengetahui segala cacat itu, sehingga beliau tak mempunyai cacat pula.

Bab 72 : Dalam negeri yang sesuai dengan Tao tak ada revolusi

Jika rakyat sudah tidak takut lagi dengan kekuasaan pemerintah, maka dapat ditunggu datangnya pemberontakan dari rakyat.

Jangan mempersempit tempat tinggalnya, jangan mempersukar kehidupanya. Apabila pihak di atas tidak menindas rakyat, maka rakyat pun tak akan timbul kebencian terhadap atasannya.

Maka seorang budiman tahu diri sendiri, namun tak menonjolkan diri. Beliau dapat mencintai diri sendiri, namun tak menonjolkan diri , beliau dapat membuang segala cacat dalam dirinya , sebaliknya mengambil sikap yang baik untuk dipelihara di dalam dirinya.

Bab 73 : Tao tak merebut ! Tapi senantiasa menang

Gagah dan berani ( dalam arti lahir ) adalah mereka yang berani melakukan pembunuhan besar-besaran dalam peperangan , sebaliknya gagah tanpa disertai berani ( dalam arti kebatinan ) ialah mereka yang dengan gagah melawan nafsu kejahatan dan menuju ke arah hidup. Dua macan kegagahan ini yang satu ( Kebatinan ) memberi faedah dan yang lain mendatangkan bencana.

Yang dibenci oleh Tuhan, siapakah yang mengetahui sebabnya ? Dari itu orang budiman sangsi dan tak mudah mau melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hukum alam .

Hukum Tuhan tidak bergulat, tetapi sempurna dan menang terhadap segala-galanya walaupun tak bicara namun dapat melayani dengan sempurna, tak usah dipanggil tetapi datang dengan sendirinya. Bersikap diam tetapi dapat menyelesaikan dengan sempurna. Jaring dari alam ini luas, renggang-renggang tetapi tidak pernah lolos.

Bab 74 : Tao tak mengenal hukuman mati

Rakyat tidak takut mati mengapa menggunakan hukuman mati untuk menakut-nakuti. Jika bisa membuat agar takut mati dan memandang hukuman mati sebagai nasib yang paling celaka, maka dapat menangkap mereka yang jahat dan memberikan hukuman mati hingga selanjutnya siapakah yang berani lagi melanggar hukuman kriminal ? 

Hanya ada algojoabadi dari tuhan yang bertugas melaksanakan hukuman mati. Barang siapa berani mewakili algojo tersebut untuk melakukan hukuman mati, maka ia dapat dimisalkan sebagai wakil tukang kayu untuk menggunakan kampaknya guna menebang pohon. 

Barang siapa mewakili tukang kayu dan menggunakan kampak untuk menebang pohon, jarang yang tidak melukai tangganya sendiri.
 
Bab 75 : Karena tak berdasarkan Tao maka rakyat menderita

Rakyat menderita kelaparan karena pihak atas memungut pajak terlalu berat. Sebabnya rakyat yang kelaparan itu sukar diatur, karena pihak atas mempunyai pamrih dan hanya bekerja terutama untuk kepentingan diri sendiri maka dari itu sukar diatur.

Rakyat negeri memandang ringan pada kematian, karena pihak atas hidupnya sangat mewah, inilah yang menyebabkan rakyat memandang ringan pada kematian.

Barang siapa hidupnya tanpa terdorong keinginan yang egois, maka ia termasuk seorang yang pandai mengatur hidupnya dengan sempurna.

Bab 76 : Tao bersifat lunak dan menentang kekerasan 

Manusia hidup di masa mudanya bertubuh lemas, tetapi setelah mati menjadi kaku dan keras. Segala benda di dunia ini misalnya pepohonan, rumput-rumputan dan sebagainya di waktu tumbuhnya dan hidupnya adalah lemas, tetapi setelah mati menjadi kering dan kaku. Maka keras itu adalah sifat dari kematian, sebaliknya kelembutan itu adalah sifat dari kehidupan. 

Oleh sebab itu dikatakan tentara yang dipersenjatai kuat itu tak dapat mencapai kemenangan. Kayu yang kuat itu digunakan untuk tiang, maka yang kuat itu tempatnya di bawah sedangkan yang lemah tempatnya di atas.

Bab 77 : Tao mengurangi yang lebih dan menambah yang kurang

Hukum alam, seperti orang membentang busur / panah, bila ketinggian diturunkan sedikit, bila kerendahan dinaikan sedikit, jadi hukum alam menghendaki sesuatu yang sama rata. Pada yang kelebihan dikurangi dan pada yang kurang ditambah.

Jadi hukum alam itu mengurangi yang kelebihan dan menambah yang kekurangan. Akan tetapi hukum yang dibuat manusia tidak demikian, bahkan sebaliknya, hukum dari manusia itu mengurangi yang sudah kurang, untuk menambah yang sudah kelebihan. Jadi yang kekurangan bahkan diambil dan yang kelebihan justru ditambah. Pribahasa mengatakan : Jurang dikeruk dan gunung diuruk. Jadi hukum manusia itu tidak adil adanya.

Siapakah yang setelah mempunyai kelebihan, maka memberikannya pada sesama ? Ia adalah seorang budiman yang sudah mencapai Tao. Maka orang budiman bekerja dengan tidak mengharapkan hasil / buah dari pekerjaannya. Berbuat jasa dengan tidak mengakui pahalanya. Beliau tidak mengakui pahalanya. Beliau tidak memperlihatkan diri sebagai orang bijaksana.

Bab 78 : Di dalam kelunakan dari Tao tersembunyi kekuatan yang sangat besar

Di dunia ini tidak ada benda yang lebih lunak dari pada air. Tetapi tenaga menyerang tak ada yang bisa melawan dari pada air. Sifatnya yang tak berubah. Yang lemah menang pada yang kuat, yang lunak menang pada yang kera.

Orang sedunia semuanya mengetahui tentang hal ini, tetapi tak bisa menjalani, tak bisa mengambil contoh air. 

Maka orang budiman mengatakan : Siapa yang suka menerima / memikul kehinaan dari negeri, ia adalah yang diperlukan dari negeri itu. Siapa yang menanggung kesukaran negeri dan kesengsaraan rakyat, ia adalah raja dari negeri itu. 

Omongan yang benar bertentangan dengan anggapan umum, karena umum memandang pembicaraan yang benar itu sebagai tidak benar.
 
Bab 79 : Mentaati janji adalah sesuai dengan hukum alam 

Walaupun satu perselisihan hebat dapat didamaikan tentu masih ada sisa perasaan tidak senang dari salah satu pihak. Bagaimana keadaan itu dapat diperbaiki ? 

Maka seorang budiman memegang perjanjian dengan jujur dengan tanpa mencela orang lain. Orang berbudi mentaati perjanjian, sebaliknya orang yang tidak berbudi menggunakan akal untuk menarik keuntungan dari perjanjian itu. Hukum alam tidak memiliki salah satu pihak, hanya membela pada pihak yang benar.

Bab 80 : Memerintah negeri kecil sesuai dengan Tao

Mengurus negeri kecil yang sedikit rakyatnya dengan barang-barang dan alat-alat sangat banyak dan berlipat ganda, hingga berlebihan dan tak terpakai .

Membuat supaya rakyat hidup beruntung, hingga tak memandang ringan pada kematian dan tak suka melakukan perjalanan jauh.

Walaupun mempunyai perahu dan kereta, namun tak ada yang mau menggunakan kendaraan itu untuk pergi mengembara ke negeri lai. Walaupun mempunyai senjata dan alat-alat perang tak ada yang mau menggunakan.

Diusahakan supaya rakyat kembali dalam sifatnya yang sewajarnya dan seolah-olah pada jaman purba yang menggunakan tali ikatan untuk mencatat suatu perkataan. Enak makannya, indah pakainnya, tenang tempat tinggalnya dan suka dengan kepribadiannya.

Negeri tetangga berhadapan satu sama lain, kokok ayam dan gonggong anjing terdengar, namun rakyat hingga tua dan mati tak mengadakan hubungan.

Bab 81 : Ucapan yang sesuai dengan Tao tak indah dan yang indah tak sesuai

Ucapan yang benar dan boleh dipercaya tidak seindah, sebaliknya yang indah dan menarik hati tidak boleh dipercaya.

Orang yang luhur budinya tidak suka berdebat, sebaliknya orang yang suka berdebat tidak luhur budinya.
Orang bijaksana tidak belajar, sebaliknya orang yang belajar tidak memperoleh kebijaksanaan.
Orang budiman tidak menimbun, semakin banyak ia berbuat kebaikan semakin besar kebahagiaan yang ia dapat dan semakin bertambah miliknya.

Hukum alam telah meliputi segala sesuatu dan memberi keuntungan pada sesamanya dengan tidak membeda-bedakan dan tak pernah mencelakai pada siapapun juga, sedangkan perjalanan dari budiman, hanya berkerja guna kebaikan sesamanya di dunia dengan tanpa pergulatan / perebutan untuk keuntungan diri sendiri.

                                                              SELESAI

Tidak ada komentar:
Write komentar