|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Sabtu, 14 Januari 2012

Hewan Yang Tahu Balas Budi

 

Mahluk hidup memiliki indera ke enam. Tindakan “balas budi”  seekor hewan sudah banyak tercatat dalam sejarah, baik di dalam maupun luar negeri. Tiongkok sendiri memiliki karya sastra kuno berjudul Wu Youru Ci ( Hewan saja bisa seperti ini )” yang memuat banyak kisah hewan yang menyentuh perasaan, menceritakan interaksi manusia dan hewan peliharaannya yang penuh kasih, serta cerita hewan yang dapat membalas budi.

Cerita “Memberikan Mutiara” sepertinya adalah kisah sejarah yang paling populer:
Seseorang pada masa Dinasti Han Timur ( 25-220 ) bernama Yang Bao, menyelamatkan seekor burung kenari kuning yang terluka. Setelah lukanya sembuh, kenari itu membawakan 4 buah gelang giok pada Yang Bao sebagai balas budi, serta memberitahu Yang Bao lewat mimpi bahwa 4 generasi keturunannya akan menjadi pejabat pemerintah karena belas kasih dan kebaikan hatinya, dan setiap keturunannya akan memiliki watak dan moral yang bersih seperti gelang giok yang putih bersinar itu. Di kemudian hari, keturunan Yang Bao benar-benar menjadi patriot bangsa yang baik.

Dalam catatan dari abad ke-2, “Huai Nan Zi Lan Ming Xun (Mengintip ke alam anonim)” tertulis: saat keluar dari istana, Kaisar Sui mendapati seekor ular yang terluka, dimana badannya hampir putus. Setelah diobati, ular itu dapat bergerak lagi. Setelah besar, ular itu memberikan sebuah mutiara sebagai balas budi, dan mutiara itu dinamai Mutiara Kaisar Sui atau Mutiara Bulan Cemerlang.

Dari Barat juga banyak kisah nyata mengenai binatang yang membalas budi. Seorang penggembala sebuah peternakan di Rusia pernah menolong seekor bangau putih, dan diberi nama Dodo. Setelah luka Dodo sembuh, untuk membalas kebaikan penggembala itu, bangau itu tidak ingin kembali lagi kepada pasangannya.

Sejak saat itu, si bangau menetap bersama penggembala dan membantunya menggembala domba. Dodo sangat serius dalam menggembala, jika ada domba yang meninggalkan kawanan, Dodo akan segera terbang mengejarnya dan tidak segan-segan mematuk domba tersebut.

Suatu hari perempuan pemilik hotel di sebuah pulau kecil di Skotlandia, Nyonya Sanly Morgan, berjalan-jalan di tepi pantai. Di kejauhan ia melihat seekor anjing laut terperangkap di jaring nelayan, dan meronta berusaha melepaskan diri, namun semakin dia meronta jaring menjeratnya semakin kuat, sampai akhirnya sekujur tubuhnya berlumuran darah dan sekarat. Sanly segera menghampirinya dan melepaskan jaring ikan itu, lalu membawanya pulang untuk diobati dan dirawat. Anjing laut kecil itu dapat pulih satu setengah bulan kemudian. Sanly menuliskan nama “Katty” di tubuhnya dengan cat putih, lalu melepaskannya kembali ke laut lepas. 

Setahun kemudian, tanpa disangka, suatu pagi saat ia membuka pintu rumahnya, ia melihat Katty terbaring di tangga batu. Anjing laut kecil sangat kegirangan melihat penolongnya dan mengepakkan kedua kaki depannya sambil mengeluarkan suara riang. Sanly begitu bahagia, ia segera menggendong Katty ke dalam rumah dan menggelar “pesta” untuk menjamu anjing laut kecil ibarat menjamu putrinya yang baru pulang dari bepergian jauh, keduanya begitu berbahagia. 

Pesan moral : Kisah ini mengingatkan kita bahwa hati manusia sangatlah rumit. Terkadang manusia melakukan hal yang kejam dan tidak berperikemanusiaan karena dikuasai ketamakan. Hal inilah yang memusnahkan umat manusia. Apabila kita dapat senantiasa menjaga hati, berbuat kebajikan, menyayangi semua makhluk dengan hati yang setara, menjalin jodoh yang baik yang luas, sesungguhnya kita sedang “menolong diri sendiri”.

Tidak ada komentar:
Write komentar