Menurut legenda, lily lotus atau sandal kaki pertama kali muncul di Cina pada abad ke-11, jaman Dinasti Song. Ketika permaisuri lahir dengan kaki cacat. Demi menyelamatkan masa depannya dan menghindari malu, ayahnya mengumumkan bahwa hanya wanita dengan kaki yang sangat kecil baru dikategorikan benar-benar feminin dan diinginkan. Akibatnya perempuan mulai mengikat kaki mereka. Kaki yang kecil dan yang hampir tidak bisa digunakan menjadi tanda status, kecantikan, budi dan daya tarik seksual.
Hal ini membuat perempuan di cina pada saat itu berpikir bahwa untuk menjadi cantik, mereka harus mempunyai kaki yang kecil, hanya sekitar tiga inci panjangnya. Trend tersebut menyebabkan banyak dari mereka sengaja membungkus kaki mereka dengan ketat dengan perban saat mereka masih berumur lima atau enam tahun. Orang-orang biasa menyebutnya sebagai sepatu teratai emas. Sebuah sepatu untuk seseorang dengan kaki yang terikat dengan ukuran 140mm (5 ½ inci) panjangnya dan 24mm (1 inci) lebarnya.
Mereka mengikat kaki mereka dengan ketat hingga mematahkan jari-jari kaki mereka, kemudian mereka harus berjalan dengan kondisi jari yang ditekan ke telapak kaki seperti itu. Anak-anak perempuan menghabiskan sebagian besar waktu mereka menangis selama dua atau tiga tahun sampai kebal. Biasanya, prosedur pengikatan dengan pembalut tadi tetap berlangsung sampai tua.
Perempuan dengan kaki terikat tidak bisa berjalan dengan baik sama sekali, dan ketika mereka harus bekerja di ladang sering kali mereka harus merangkak. Beberapa versi awal kisah Cinderella berasal dari Cina Dinasti Sung. Dalam versi ini, inti dari cerita ini adalah bahwa Pangeran mencintai Cinderella karena ia memiliki kaki terkecil dari setiap gadis di kerajaan, sehingga sepatu hanya akan cocok dengan-gadis tersebut.
Kematian kadang menjadi bagian dari tradisi ini. Infeksi yang ditimbulkan sepanjang tahun yang disebabkan oleh tertusuknya bagian telapak kaki mereka oleh kuku kaki mereka sendiri membuat mereka juga harus membawa “penyakit” itu sepanjang tahun dan akhirnya berujung dengan kematian.
Praktek pengikatan kaki ini ternyata juga dialami oleh sebagian laki-laki Cina. Ada kepercayaan bangsa Cina, dimana anak laki-laki biasanya berumur pendek dibandingkan dengan anak perempuan. Oleh karena itu, orang tua yang sayang banget sama anak laki-lakinya berusaha “menipu” dewa dengan mendandani anak laki-laki dengan pakaian perempuan, memanjangkan rambutnya termasuk mengikat kakinya.
Konon, laki-laki yang mengalami proses ini biasanya termasuk kalangan homo. Sebuah koran Cina pada tahun 1931 pernah mengungkapkan tertangkapnya seorang laki-laki dengan dandanan perempuan dengan keadaan kaki yang mengalami proses “pengikatan”.
Pertengahan tahun 1600-an tradisi ini mulai dihilangkan, sejalan dengan bangkitnya pemerintahan baru di Cina. Bahkan dengan tegas, pemerintah melarang adanya praktek “pengikatan kaki” ini. Walaupun, tidak disangkal pada tahun 1930 lily lotus ini masih ada di daerah terpencil di China. Tahun 1998, pabrik sepatu yang memproduksi 'Lotus Shoes' baru saja baru berhenti berproduksi.
Hal ini membuat perempuan di cina pada saat itu berpikir bahwa untuk menjadi cantik, mereka harus mempunyai kaki yang kecil, hanya sekitar tiga inci panjangnya. Trend tersebut menyebabkan banyak dari mereka sengaja membungkus kaki mereka dengan ketat dengan perban saat mereka masih berumur lima atau enam tahun. Orang-orang biasa menyebutnya sebagai sepatu teratai emas. Sebuah sepatu untuk seseorang dengan kaki yang terikat dengan ukuran 140mm (5 ½ inci) panjangnya dan 24mm (1 inci) lebarnya.
Mereka mengikat kaki mereka dengan ketat hingga mematahkan jari-jari kaki mereka, kemudian mereka harus berjalan dengan kondisi jari yang ditekan ke telapak kaki seperti itu. Anak-anak perempuan menghabiskan sebagian besar waktu mereka menangis selama dua atau tiga tahun sampai kebal. Biasanya, prosedur pengikatan dengan pembalut tadi tetap berlangsung sampai tua.
Perempuan dengan kaki terikat tidak bisa berjalan dengan baik sama sekali, dan ketika mereka harus bekerja di ladang sering kali mereka harus merangkak. Beberapa versi awal kisah Cinderella berasal dari Cina Dinasti Sung. Dalam versi ini, inti dari cerita ini adalah bahwa Pangeran mencintai Cinderella karena ia memiliki kaki terkecil dari setiap gadis di kerajaan, sehingga sepatu hanya akan cocok dengan-gadis tersebut.
Kematian kadang menjadi bagian dari tradisi ini. Infeksi yang ditimbulkan sepanjang tahun yang disebabkan oleh tertusuknya bagian telapak kaki mereka oleh kuku kaki mereka sendiri membuat mereka juga harus membawa “penyakit” itu sepanjang tahun dan akhirnya berujung dengan kematian.
Praktek pengikatan kaki ini ternyata juga dialami oleh sebagian laki-laki Cina. Ada kepercayaan bangsa Cina, dimana anak laki-laki biasanya berumur pendek dibandingkan dengan anak perempuan. Oleh karena itu, orang tua yang sayang banget sama anak laki-lakinya berusaha “menipu” dewa dengan mendandani anak laki-laki dengan pakaian perempuan, memanjangkan rambutnya termasuk mengikat kakinya.
Konon, laki-laki yang mengalami proses ini biasanya termasuk kalangan homo. Sebuah koran Cina pada tahun 1931 pernah mengungkapkan tertangkapnya seorang laki-laki dengan dandanan perempuan dengan keadaan kaki yang mengalami proses “pengikatan”.
Pertengahan tahun 1600-an tradisi ini mulai dihilangkan, sejalan dengan bangkitnya pemerintahan baru di Cina. Bahkan dengan tegas, pemerintah melarang adanya praktek “pengikatan kaki” ini. Walaupun, tidak disangkal pada tahun 1930 lily lotus ini masih ada di daerah terpencil di China. Tahun 1998, pabrik sepatu yang memproduksi 'Lotus Shoes' baru saja baru berhenti berproduksi.
Tidak ada komentar:
Write komentar