Tradisi memandikan Rupang Dewa menjelang masuknya Hari Raya Imlek merupakan tradisi yang biasa dijalani masyarakat dari etnis Tionghoa, setelah para dewa-dewi diyakini pergi ke langit pada Cap Jie Gwee 24 atau sehari sebelumnya. Ritual ini pun hanya dilakukan sekali setahun yakni saat menjelang imlek. Dengan melakukan ritual tersebut, masyarakat berharap bisa mendapat berkah serta peruntungan yang baik di masa-masa mendatang.
Tradisi ritual ini dilakukan bertepatan dengan hitungan Shang An di mana para dewa naik menuju ke khayangan. Tradisi pembersihan ini juga terlihat di berbagai tempat ibadah umat Khonghucu atau yang lebih dikenal dengan sebutan klenteng yang akan membersih-bersihkan tempat ibadah, seperti membersihkan altar para Sin Beng ( dewa-dewi ) dan halaman-halaman klenteng. Klenteng yang merupakan tempat ibadah kepercayaan tradisional Tionghoa akan ramai dikunjungi warga Tionghoa.
Kegiatan pembersihan ini juga dilakukan oleh masyarakat Tionghoa terhadap altar sembahyang untuk Dewa dan arwah leluhur di rumah masing-masing. Pembersihan altar di rumah pribadi merupakan simbol tanda bakti etnis Tionghoa kepada leluhurnya juga pada dewa-dewi, yang dimaksudkan untuk menyiapkan tempat yang bersih untuk para dewa-dewi ketika kembali turun pada hari keempat setelah Imlek.
Acara pembersihan ini sebelumnya didahului dengan ritual sembahyang atau puja bakti. Sebagai permulaan, harus berdoa memohon berkah kepada Tuhan Yang Maha Esa dan setelah itu bersembahyang dan mengucapkan doa-doa kepada Kong Co Ho Tek Cing Sin, dewa bumi yang dianggap sebagai tuan rumah.
Setelah memperoleh izin barulah mulai membersihkan altar dewa-dewa dengan kain yang bersih yang baru. Dikatakan, Kim Sin dibersihkan dengan mengunakan air bersih yang dicampurkan arak putih, lalu dilap pakai kain merah. Baskom yang dipergunakan harus yang bersih sebagai tempat air yang di gunakan untuk membersihkan Kim Sin.
Dalam tradisi bersih-bersih ini air dicampur arak putih dengan 7 rupa bunga, agar mengeluarkan aroma harum. Sedangkan tujuan pembersihan Kin Sin ( Rupang dewa ) yang dicampur arak putih adalah untuk menjaga supaya agar Kim Sin tersebut tidak cepat rusak serta tetap awet seperti semula.
Adapun tujuan tradisi ini adalah untuk membersihkan diri supaya bila Imlek tiba semuanya dalam keadaan bersih, hingga menciptakan suasana nyaman dalam beribadah. Salah satu syarat utama dalam melakukan tradisi ini adalah tidak boleh makan ikan selama tiga hari.
Dalam melakukan tradisi ini, tidak hanya membersihkan altar dan memandikan para Dewa saja, namun hampir semua sarana peribadatan haruslah dibersihkan. Mulai dari hiolo atau tempat abu sampai gelas tak boleh ketinggalan juga ikut dibersihkan.
Setelah semua selesai dibersihkan baru kim sin para sin beng (patung dewa) dikembalikan ketempat semula, serta kembali melakukan sembahyang menyampaikan kepada dewa-dewi bahwa pembersihkan tempat tinggal sin beng / dewa telah selesai dilaksanakan.
Tidak ada komentar:
Write komentar