|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Kamis, 02 Februari 2012

Tato Di Punggung Yue Fei

 

Cerita yang paling banyak diceritakan tentang Yue Fei (1103-1142), seorang jenderal termashyur dari Dinasti Song yang disanjung sebagai pahlawan nasional sepanjang sejarah Tiongkok, adalah mengenai sang ibu yang melakukan tato di punggungnya. 

Melalui cerita ini, konsep mengenai pengabdian terhadap negara telah secara tegas merasuk ke dalam gen orang Tionghoa. 

Dikatakan bahwa ketika itu Yue Fei yang telah setahun dikirim kaisar untuk melawan penjajah Jin, tengah menghadapi dilema, yaitu tidak ada orang yang akan merawat ibunya yang sudah tua jika ia terus berada di medan pertempuran. Ketika ibunya mengetahui kebingungan sang anak, ia mengatakan bahwa kepentingan negara harus didahulukan. Dia kemudian menato empat karakter Tionghoa, Jin Zhong Guo Bao ( 盡忠報國 ) yang berarti setia berbakti kepada tanah air, di punggung Yue Fei untuk menasihatinya terus berjuang demi negaranya. 

Untuk memperingati Yue Fei sebagai pahlawan nasional, orang-orang kemudian membuat empat patung, termasuk patung Qin Gui dan istrinya, yang dibuat dengan posisi berlutut di depan makam Yue Fei yang terletak di Kuil Yue Fei di Hangzhou, agar mereka menebus dosa-dosa mereka. Mereka telah dikutuk untuk berlutut di sana selama ribuan tahun hingga kini.

Dia juga dikenal ahli dalam strategi militer, namun bukan bakatnya di bidang militer yang membuatnya dapat meninggalkan kesan yang mendalam pada orang Tionghoa. Kesetiaan dan pengabdiannya kepada negaralah yang hingga kini masih menjadi patokan kalangan muda Tionghoa.

Sebagai jenderal dari Dinasti Song Utara, Yue Fei memang benar-benar cakap. Tentaranya, yang dikenal sebagai “tentara Yue”, adalah sekumpulan prajurit yang tak terkalahkan. Hanya dengan menyebut nama “tentara Yue”, pasti akan menyebabkan tentara penyerbu Jin yang berasal dari utara, bergemetaran dan berkeringat dingin. 

Tentara Yue selain sangat disiplin, juga memiliki reputasi baik dengan tidak pernah mengganggu penduduk sipil dalam keadaan apapun, bahkan ketika mereka kelaparan. Ketika tentara tinggal di penginapan, mereka selalu merapikan tempat tersebut di pagi berikutnya.

Pada 1140, ketika Yue hendak mengusir semua penjajah Jin keluar dari wilayah Han, dan mendapatkan kembali semua tanah negara yang dikuasai musuh, Kaisar Zhao Gou dan menteri korup Qin Gui takut bahwa kemenangan Yue tersebut akan mengembalikan kembali tahta kepada kaisar sebelumnya sehingga menurunkan mereka dari atas takhta. 

Maka kaisar memberikan perintah untuk mundur dan memaksa Yue kembali ke Lin’an, ibukota Dinasti Song Selatan, sehingga tanah Dinasti Song itu hilang lagi. Setelah Yue kembali ke Lin’an, ia ditangkap dengan beberapa tuduhan palsu, kemudian dikurung di Kuil Dali, dan disiksa. Pada malam Tahun Baru 1142, Yue dieksekusi pada usia 39 tahun, bersama dengan anaknya, Yue Yun, dan jenderal lain, yang juga menantu laki-lakinya. 

Namun pada kenyataannya, pengabdian Yue terhadap negara, di masa mendatang bukan hanya masalah menjaga wilayah Song, tetapi lebih kepada pelestarian ribuan tahun kebudayaan Tionghoa. Yue Fei  mengetahui di dalam hatinya bahwa jika ia membiarkan Dinasti Song dalam pendudukan bangsa asing, budaya Tionghoa yang luas dan mendalam bisa menjadi hancur bagi generasi mendatang. 

Namun pada akhirnya ia jatuh ke tangan para pejabat korup dan tidak mampu menyelamatkan Dinasti Song, yang jatuh ke tangan Bangsa Jin pada 1279. Namun untungnya, Jin tidak menghancurkan budaya Tionghoa yang telah mendarah daging, namun justru berasimilasi ke dalamnya. 

Tidak ada komentar:
Write komentar