Orang zaman dahulu mendidik anak-anak mereka menuntut
kebenaran dan kejujuran, bicara harus berdasarkan fakta yang ada, tidak
boleh sembarangan.
Ini adalah cara mendidik yang sebenarnya. Seperti apa yang dikatakan oleh Lao Zi :
Ini adalah cara mendidik yang sebenarnya. Seperti apa yang dikatakan oleh Lao Zi :
Jagalah apa yang kau pikirkan, karena pikiranmu akan menjadi ucapan.
Jagalah apa yang kau katakan, karena perkataanmu akan menjadi tindakan.
Jagalah apa yang kau lakukan, karena tindakanmu akan menjadi kebiasaan.
Jagalah apa yang menjadi kebiasaanmu, karena kebiasaanmu itu akan menjadi karakter.
Jagalah apa yang menjadi karaktermu, karena karaktermu itu akan menentukan nasibmu.
Sebenarnya orang yang senang berbohong mencerminkan watak dan moralitas serta pengasuhan diri orang tersebut. Di zaman sekarang yang mengutamakan kepentingan materi dan nafsu keinginan, untuk melindungi diri sendiri, acapkali ucapan yang keluar mengandung kebohongan. Hal ini sudah sering terjadi dan merupakan suatu fenomena yang sangat umum.
Ketika pada usia muda, saya menyadari bahwa seseorang di waktu yang berbeda, menceritakan sesuatu hal yang sama kepada saya, tetapi yang dikatakannya selalu mempunyai versi yang berbeda, terkadang sangat membingungkan.
Jagalah apa yang kau katakan, karena perkataanmu akan menjadi tindakan.
Jagalah apa yang kau lakukan, karena tindakanmu akan menjadi kebiasaan.
Jagalah apa yang menjadi kebiasaanmu, karena kebiasaanmu itu akan menjadi karakter.
Jagalah apa yang menjadi karaktermu, karena karaktermu itu akan menentukan nasibmu.
Sebenarnya orang yang senang berbohong mencerminkan watak dan moralitas serta pengasuhan diri orang tersebut. Di zaman sekarang yang mengutamakan kepentingan materi dan nafsu keinginan, untuk melindungi diri sendiri, acapkali ucapan yang keluar mengandung kebohongan. Hal ini sudah sering terjadi dan merupakan suatu fenomena yang sangat umum.
Ketika pada usia muda, saya menyadari bahwa seseorang di waktu yang berbeda, menceritakan sesuatu hal yang sama kepada saya, tetapi yang dikatakannya selalu mempunyai versi yang berbeda, terkadang sangat membingungkan.
Hal ini membuat saya berpikir, bahwa perkataan orang ini tidak bisa
dipercaya, dia hanya bisa berbohong sehingga membuat saya mempunyai
sifat antisipasi terhadapnya, tidak dapat percaya kepadanya lagi.
Menurut saya, berbohong sangat mudah kehilangan teman yang bisa
mencurahkan isi hati.
Setelah lebih dewasa, saya dapat mengkajinya dengan baik saya menyadari
bahwa berbohong tidak saja kehilangan kepercayaan dari teman. Secara
kejiwaan juga bisa menyebabkan kerugian besar.
Saya menyadari, ketika saya berbohong kepada seseorang, untuk dapat
menyelamatkan persahabatan dengan orang tersebut, saya akan berusaha
dengan keras, mengingat perkataan bohong yang pernah saya ucapkan
kepadanya, supaya dikemudian hari tidak mengatakan perkataan yang
membingungkan dia yang dapat mengungkapkan kebohongan saya.
Seseorang jika terlalu banyak mengatakan perkataan bohong, hanya
mengingat perkataan bohong yang dikatakan kepada orang yang dibohongi
saja, sudah akan membuat otak dan pikirannya menjadi kusut.
Di dalam pikirannya harus terus mengingat perkataan bohong yang
diucapkannya, sehingga di dalam ruang otaknya sudah tidak ada tempat
untuk mempelajari dan menyerap hal-hal yang baru dan berguna.
Akhirnya berbohong hanya akan membuat orang tersebut menjadi lamban,
pikun, tidak dapat tidur dan gelisah. Di dalam keadaan kejiwaannya
seperti ini akan sangat merugikan diri sendiri.
Jika dikaji lebih mendalam lagi, kerugian di dalam hal kejiwaan tidak
hanya itu saja. Saya sendiri menyadari, Kenapa orang harus berbohong?
Jika orang tersebut tidak melakukan hal yang “melanggar hati nurani”
sehingga memerlukan kebohongan untuk menutupi hal tersebut.
Mungkin juga, orang tersebut mempunyai motif tersembunyi melakukan hal
yang ilegal demi mendapat keuntungan, kepercayaan serta simpati dari
orang lain. Psikolog mengatakan “berterus terang” yaitu
kebenaran, sebagai indikator penting untuk kematangan kepribadian.
Tidak ada komentar:
Write komentar